Dosen Galak Itu Suamiku

"Pak! berhenti!" teriak Fi sambil berusaha membuka pintu mobil.

Namun Ilham tetap melaju tanpa memperdulikan Fiandra yang trus saja bertanya dia akan dibawa.

"Kalau Bapak gak berhenti juga saya akan laporkan Anda ke polisi!" ancam Fi.

Ilham menyunggingkan bibirnya yang tipis. membuat wajahnya terlihat semakin manis. "Silahkan," jawabnya dingin.

Mobil berhenti tiba-tiba tepat di tengah keramaian perempatan lampu merah. Fiandra, menyadari ini mungkin kesempatannya untuk kabur. Ia segera mulai menggedor kaca mobil dengan panik. "Tok tok! Pak, tolong saya! Saya mau diculik!" teriaknya sambil mengetuk jendela mobil.

Seorang pengendara motor yang juga terjebak di lampu merah tersebut, memperhatikan Fiandra dengan penuh kecurigaan sebelum memalingkan pandangan kepada Ilham..

Ilham hanya memberikan senyuman tipis, sambil menggerakkan jari telunjuknya di kening, seolah-olah mengisyaratkan bahwa Fiandra sedang mengada-ada dan menyarankan melalui gerak bibirnya yang berucap silent "Jangan dengarkan dia, dia itu stres."

Melihat kedua pria itu tak merespon, Fiandra semakin kuat menggedor kaca mobilnya. "Pak tolongin saya, pak. saya mau di culik dosen saya!" pintanys mengubah, berharap mendapatkan bantuan dari pria itu.

Pengendara itu pun tak memperdulikan Fi. Dia lebih percaya Ilham hingga lampu hijau menyala dan mobil kembali meluncur di jalanan.

Fi mendengus kecewa karena usahanya itu sia-sia, matanya mendelik memandangi Ilham yang tampak tenang.

"Sudahlah, Fi! percuma kamu berontak! mending kamu simpan tenaga kamu untuk nanti malam."

Sontak saja Fi kaget mendengar ucapan Ilham itu. Dipikirannya kini terbayang apa yang akan Ilham lakukan nanti malam terhadapnya. Bibirnya bergetar kedua tangannya menyilang sebagai respon seolah tubuhnya tak ingin disentuh. "Tidak, Pak. Saya gak mau dinodai, Pak! saya gak cinta sama Bapak!" celetuk Fi dengan raut wajah ketakutan sambil memeluk dirinya sendiri.

Ilham, terkejut dengan reaksi Fi, menoleh dengan mata melebar. "Apa kamu bilang, menodai kamu?" dia tertawa keras, suaranya bergema di dalam mobil sambil menepuk-nepuk kemudi, seolah-olah apa yang baru saja Fi katakan adalah lelucon terlucu yang pernah dia dengar. "Kamu pikir saya tertarik padamu?"tanyanya dengan nada merendahkan." Pria itu menoleh lagi lalu menoel kepala Fi."Makanya pikiran itu jangan kemana-mana, haha" celetuk Ilham sambil tertawa.

Tawa Ilham terdengar mengejek. Membuat Fiandra semakin kesal, bibirnya mengerucut, matanya memicing memandangi pria itu. "Tadi bapak sendiri bilang jika aku harus siapin tenaga untuk nanti malam, itu artinya bapak mau unboxing aku, kan? Tanya Fi dengan sambil berkacak pinggang "mentang-mentang nanti malam malam pertama, kita," dengusnya.

Haha! tawa Ilham semakin kencang, entah kenapa tutur kata gadis itu terdengar begitu begitu lucu. "Pantas saja ilmu yang saya ajarin itu gak pernah masuk, ternyata otak kamu sekotor itu. Haha," ledeknya, padahal Ilham bukan tipe pria yang gampang tertawa entah kenapa kali ini dia merasa geli sekaligus terhibur.

Fiandra yang kesal langsung mendaratkan pukulan ke Ilham. Auw! teriak Ilham yang merasa kaget sekaligus kesakitan, secara reflek dia menoleh ke arah gadis disampingnya,

Fiandra menyingsing lengan bajunya dengan wajah yang memerah karena mampu menahan emosi lagi. "Lagi bapaknya terus saja tertawakan saya, saya memang gak secerdas bapak, tapi soal ilmu bela diri saya gak akan kalah! saya akan keluarkan jurus kodok mati tercebur di kali, " dengus Fi sambil menyilangkan kedua tangannya ke dada

Bukan takut, Ilham justru semakin mentertawakan Fiandra. "Haha kamu pikir saya takut! kamu mau pukul? pukul sini!" tantang Ilham.

Fiandra yang kesal langsung mencubit paha Ilham dengan sekuat tenaga."Ih kesel!" pekik Fi tertahan.

"Akh! Fi lepasin!" Teriak Ilham sambil meringis kesakitan, namun tawa kecil mengejek masih terdengar di sela-sela rintihannya.

"Berhenti mentertawakan saya, Pak! atau saya cubit sampai kulit bapak terlepas!" ancam Fi, tak main-main.

"Iya Fi, saya berhenti." Ilham mengulum bibirnya agar dia tidak tertawa, meskipun masih ingin tertawa. "Akh!" jerit Ilham karena cubitan gadis itu semakin kencang.

"Fi lepaskan!" Ilham meliuk-liuk tubuhnya berusaha menghindar. Namun tangan Fi justru semakin kuat.

"Minta ampun dulu!" teriak Fi.

Karena tidak tahan, akhirnya Ilham menyerah. "Iya Fi, saya minta maaf," Ucapan itu terdengar hanya seperti formalitas saja, karena raut wajah dan senyuman Ilham masih terlihat mengejek.

Fi melepaskan cubitannya membuat pak Ilham misuh misuh sambil mengusap pahanya yang terasa kebas. "Huduh belum satu hari jadi istri sudah KDRT," dengus Ilham. "Awas saja kamu, aku beri nilai F baru tahu rasa," batin Ilham karena dia tak berani mengganggu gadis itu lagi.

Dari kejadian itu Ilham menyadari jika istrinya itu lebih galak dari pada dirinya. Ilham melirik ke arah Fiandra, lalu di balas dengan tatapan tajam, dengan cepat pria itu memutar kepalanya berusaha untuk fokus di jalan.

Mobil Ilham berhenti di jalan kompleks, tepatnya di sebuah rumah yang tak begitu jauh dari rumahnya.

Mobil tak bisa masuk ke halaman rumah karena terlihat ada keramaian dan suara alunan musik dengan tembang Tenda Biru mengalun mengusik suasana tenang di kampung itu. 🎶Tak sengaja lewat depanmu, ku melihat ada tenda biru, dihiasi indahnya janur kuning hati bertanya pernikahan siapa🎶

Bait terakhir lagu itu mengisyaratkan kedua insan yang tampak bengong di dalam mobil. Mereka bertanya-tanya siapa yang menikah.

Romlah memang tidak memberitahu putranya jika hari ini akan diadakan selamatan dan resepsi pernikahan putranya itu.

Warga sekitar mempersiapkan pelaminan dan hidangan, mereka bergotong royong menyiapkan itu semua.

Ilham dan Fiandra mengedarkan pandangan, mencari tahu siapa yang menikah. Dan mereka di buat kaget ketika mata bertemu dengan janur kuning yang melambai, dan tertulis nama mereka berdua.

Sontak keduanya saling menoleh saling memandangi satu sama lain dengan bola mata yang melotot. "Pernikahan kita, ternyata!" Seru mereka secara kompak dan serempak.

"Ha! ini bagaimana ceritanya, Pak?" tanya Fiandra merengek . Wajahnya pucat dan panik.

"Ya gak, tahu, kok nanya saya." jawab Ilham ala pak jok* wid*d* yang viral.

Fiandra memicingkan matanya mental ilham dengan kesal. "Ini semua gara-gara bapak!"serunya.

"Kok nyalahin saya?" tanya Ilham. Dia sendiri masih syok dan bingung

"Ya salah bapak! kenapa mau menikahi saya!" Fi misuh misuh sambil menggosok hidungnya yang gatal.

"Eh dengar, ya. kalau bukan karena di paksa sama Nyak. gue juga gak bakalan sudi nikahin elo!" Tunjuk Ilham ke wajah Fi.

Wajah Fi mengkerut." Yaelah pak, kalau teman-teman kampus tahu kita nikah, bagaimana. Saya pasti di ejek," Keluh Fi dengan sedih.

Ilham mendelik, "Harusnya saya yang berkata seperti itu. Kalau sampai seluruh kampus tahu, saya nikahi gadis dung* seperti kamu, bisa-bisa jatuh martabat saya!" Saya bisa malu selalu-malunya, Mau taruh dimana muka saya? !"

"Kamu, nanya? kamu bertanya-tanya?" ledek Fi sambil memonyongkan . "Gampang! taruh aja muka tuh di pant*t!"

Ilham menarik napas kemudian tertahan, tangannya mengepal menahan diri ingin mencekik gadis itu. Bagaimana tidak, selama ini dia di kenal sebagai dosen killer, tak ada yang mahasiswa yang berani melawan perintahnya, terkecuali Fi.

Ilham mendelik "Awas saja nanti ku permalukan kau di depan mahasiswi lainnya," batinnya dengan raut wajah penuh dendam.

Fi menyunggingkan senyum misteriusnya, "Hehe akhirnya aku bisa mengerjai dosen killer ini. bangganya aku, keren kamu Fi, lihat betapa kesalnya pak Ilham, haha," Batinnya sambil tertawa bangga.

Ketika suami istri itu tatap-tatapan tiba-tiba terdengar suara gedoran pintu. Yang membuat keduanya tersentak kaget.

Romlah menggedor pintu, dengan segera Ilham menurunkan kacanya.

"Mau sampe kapan kalian berdua main tatapan? sudah seperti film India saja! nanti malem, puas-puasin deh lo tatap bini lo Ham! sekarang lo bedua turun!" Omel Romlah.

Kedua insan yang masih bermusuhan itu pun turun dari mobil. Dengan wajah kecut seperti jeruk purut.

"Sini! sini!" Romlah mengatur posisi Ilham dan Fiandra agar berdiri bersebelahan. "Lalu ia menyelitkan satu tangan menantunya di siku Ilham.

Reflek Fiandra menarik kembali tangannya.

"Eh gak boleh gitu, Fi. Ayo! kamu gandeng tangan Ilham, ini tuh filosofi simbol jika kalian berdua akan selalu bersama mengarungi bahtera rumah tangga kalian, baik suka maupun duka," ucap Romlah sambil senyam senyum.

Fi tentu tak enak menolak jika itu permintaan mertuanya. Mereka berdua pun bergandengan tangan menuju pelaminan dengan arak-arakan khas pengantin. Bukan terlihat bahagia, kedua penganten baru itu terlihat kesal.

Hay reader assalamualaikum! sorry author baru up lagi, setelah kemaren ada kesibukan. Belikan like, komen dan votenya untuk dukung author ya.