NovelToon NovelToon
Jerat Hati Sang Duda Dominan

Jerat Hati Sang Duda Dominan

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Duda / One Night Stand / Selingkuh / Teen Angst / Penyesalan Suami
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Lifahli

"Mengemislah!"

Awalnya hubungan mereka hanya sebatas transaksional diatas ranjang, namun Kirana tak pernah menyangka akan terjerat dalam genggaman laki-laki pemaksa bernama Ailard, seorang duda beranak satu yang menjerat segala kehidupannya sejak ia mendapati dirinya dalam panggung pelelangan.

Kiran berusaha mencari cara untuk mendapatkan kembali kebebasannya dan berjuang untuk tetap teguh di tengah lingkungan yang menekan dan penuh intrik. Sementara itu, Ailard, dengan segala sifat dominannya terus mengikat Kiran untuk tetap berada dibawah kendalinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lifahli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5. Sebuah Penghinaan

...Happy reading!...

...•••...

Kiran terbaring, napasnya tersengal dan tubuhnya lelah setelah setengah jam mengikuti setiap gerakan yang diajarkan Ailard padanya. Meski tubuhnya menjerit minta berhenti, dia hanya bisa bertahan dan menahan keluhan.

Ketidaktahuan Kiran tentang seks membuatnya tak punya pilihan selain mengikuti arahan pria itu. Setiap posisi baru yang diberikan Ailard hanya membuat rasa lelahnya semakin berat.

"Fuck! Tubuhmu menyenangkan sekali Kiran."

"Mas, eunggh... aku lelah," lirih Kiran, mencoba untuk menyampaikan ketidaknyamanannya, namun nada suaranya nyaris tenggelam dalam atmosfer ruangan.

Ailard mendengus kasar, tidak menunjukkan belas kasihan. "Stupid! Kita baru melakukannya setengah jam, jangan banyak bicara!" balasnya dingin, tanpa sedikit pun memperlambat gerakannya. Dominasi yang ditunjukkannya semakin mempertegas ketidakseimbangan antara mereka, membuat Kiran merasa kecil dan tak berdaya di bawah kuasa pria itu.

Air mata mulai menggenang di sudut mata Kiran, namun ia tahu tak ada gunanya menangis. Ini adalah harga yang harus dibayarnya untuk bertahan hidup dan membayar semua hutang keluarganya.

Kala posisinya didudukan, ia memeluk tubuh Ailard dengan lemas. Pria itu terus menggempur nya tanpa ampun dan Kiran hanya bisa mengikuti apapun yang diingini pria ini.

"Kamu tahu, apa yang paling menyenangkan dari dirimu?"

"Mas..."

Miliknya memenuhi perut Kiran didalam sana, dan serasa membesar kala klimaks kembali mengguncang. Pria ini belum kembali membuka suara. Namun, gilanya dia kembali membawa Kiran melayang, dipaksa menikmati gejolak hasratnya yang tak kunjung reda.

"Tak berdaya." Jawabnya, ia menggigit cuping telinga Kiran, dan mengakuisisi tengkuknya tanpa ampun.

Begitu waktu satu jam yang ia agendakan selesai, Kiran lemas sekali terbaring diatas ranjang. Ia tak memiliki tenaga untuk bangun dan Ailard juga tidak mempermasalahkan itu.

•••

"Saya jemput anak saya dulu, kamu tunggu didalam mobil. Saya tidak akan lama."

Kiran hanya mengangguk pelan, menghindari kontak mata dengan Ailard saat pria itu keluar dari mobil. Ia memandang rumah besar di depannya, tempat yang megah dan penuh kesan mewah. Ailard berjalan cepat menuju pintu utama, meninggalkan Kiran yang duduk sendirian di dalam mobil.

Kiran mencoba mengalihkan pikirannya. Namun, bayangan tentang anak Ailard—putri kecilnya yang masih berusia satu tahun—muncul di benaknya. Ia membayangkan seperti apa hubungan Ailard dengan putrinya, apakah pria dingin itu menunjukkan sisi lembutnya sebagai seorang ayah? Sepertinya begitu.

Ailard tersenyum lembut. Dalam sekejap, sosok pria dingin itu tampak berubah saat berada di dekat putrinya, Rosemary. Ia merentangkan tangannya ke arah Ailard dengan mata berbinar.

"Papa datang," ucap Ailard pelan, suaranya lebih hangat daripada biasanya. Dia mengambil langkah lebih dekat, mengangkat tubuh mungil Rosemary ke pelukannya. Bayi kecil itu tersenyum lebar, tertawa riang saat Ailard membawanya ke dadanya.

Tiara, ibu Ailard, mengamati momen itu dengan senyum tipis. "Kamu harus lebih sering datang menemuinya, Ilard. Rosemary membutuhkan kehadiranmu lebih dari yang kamu sadari."

Ailard hanya mengangguk, tatapannya tetap tertuju pada wajah putrinya yang polos, "Ilard mau jemput Rose, Mom. Ilard kangen sama putriku ini."

Tiara menghela nafas panjang, bukannya tak percaya namun ia tidak yakin Ailard dapat dengan mudah mengurusi Rosemary sendirian.

"Kamu yakin? Mommy khawatir, nanti kamu malah sibuk dengan yang lain."

"Ngga kok Mom, hanya untuk hari ini. Ilard juga gak bisa lepas tanggung jawab sama putriku."

Tiara memandang putranya dengan raut wajah yang masih ragu, tetapi akhirnya mengangguk. "Baiklah, kalau begitu. Tapi ingat, Ilard, Rosemary masih butuh perhatian penuh. Jangan terlalu sibuk dengan urusanmu."

"Aku tahu, Mom. Aku akan menjaganya dengan baik."

Ailard membawa Rosemary keluar dari rumah keluarganya. Di dalam mobil, Kiran melihat dari kejauhan saat Ailard menggendong putrinya dengan hati-hati.

Pintu mobil terbuka, dan Ailard masuk sambil tetap memeluk Rosemary dengan lembut. "Ini putri saya," katanya pelan, sambil menatap Kiran sejenak sebelum menyalakan mobil.

Kiran tersenyum lembut pada Rosemary, bayi berusia satu tahun itu tersenyum manis membuat Kiran jadi gemas melihatnya.

"Mas, boleh tidak aku gendong anakmu? Kamu juga bakal kesusahan menyetir." Katanya meminta izin, Ailard menatap Kinan sejenak sebelum akhirnya mengangguk pelan.

Ailard menyerahkan Rosemary dengan hati-hati ke pelukan Kiran. "Hati-hati, dia sensitif dengan suara keras," ucapnya singkat, sebelum fokus kembali ke jalan.

Kiran menerima Rosemary dengan lembut, dan bayi itu langsung mengeluarkan suara tawa kecil, membuat Kiran tersenyum hangat. "Dia manis sekali," bisiknya, sambil menimang-nimang Rosemary di pangkuannya.

Ailard melirik mereka dari sudut matanya. "Kamu suka anak kecil?" Tanyanya, Kiran menoleh kembali kearah Ailard.

"Sangat suka Mas," jawabnya singkat, ia kembali menatap kearah si bayi yang terus memperhatikan wajahnya.

Ailard tersenyum tipis, ia memiliki ide yang bagus. "Bagaimana kalau kamu bekerja sebagai baby sister Rosemary? Selain pekerjaanmu menjadi pelacur saya."

Kiran terdiam mendengar tawaran Ailard yang begitu dingin dan tanpa perasaan. Mengapa pria itu selalu menyisipkan komentar yang begitu menusuk, meskipun disampaikan dengan nada tenang?

Namun, Kiran tidak keberatan ditawari pekerjaan keduanya, menjadi baby sister lebih layak, setidaknya ia tidak terlalu gila di labeli memiliki pekerjaan yang tugasnya hanya menghangatkan ranjang pria ini.

"Mau, Mas. Aku mau," jawab Kiran dengan suara pelan. Setidaknya, jika ia bisa merawat Rosemary, ia akan merasa sedikit lebih berguna.

Ailard melirik Kiran sekilas, senyum tipis masih terlukis di wajahnya, tetapi matanya tetap dingin. "Bagus. Mulai besok, kamu akan mengurus dia. Tapi ingat," ia menambahkan, suaranya berubah lebih rendah, "pekerjaan utamamu tetap seperti yang sudah kita sepakati."

Kiran mengangguk pelan, ia tahu harus apa kedepannya. Sampai hutang keluarganya lunas, barulah ia akan meninggalkan pekerjaan gelapnya ini. Suatu hari nanti, ia yakin ia pasti bisa.

Mobil miliknya keluar dari pelataran rumah keluarganya, mereka hening didalam mobil kecuali suara Rosemary yang tertawa kecil di pangkuan Kiran. Bayi itu menggenggam jari-jari Kiran dengan erat, seolah tidak ingin lepas. Kiran tersenyum samar melihat Rosemary yang begitu polos, begitu jauh dari dunia penuh masalah yang sedang dihadapinya.

•••

Kirana menatap rumah pribadi milik Ailard yang sangat besar dan mewah, entah mengapa ia malah terasa terintimidasi melihat rumah itu, mungkin karena tahu diri akan posisinya sebagai perempuan simpanan.

Ia mengikuti langkah Ailard dari belakang sambil menggendong Rosemary yang masih tertidur pulas di pelukannya, napas bayi kecil itu terdengar tenang. Hanya Rosemary yang membuat Kiran merasa sedikit lebih ringan di tengah tekanan besar ini.

Tentu saja mereka disambut oleh para pengawal Ailard, dan pelayan yang segera membuka pintu besar rumah itu. Ailard berjalan dengan tenang melewati mereka, memberikan anggukan singkat kepada salah satu pengawal yang kemudian membungkuk hormat.

Pelayan lain segera datang mendekat, siap membantu membawa barang atau mengambil alih bayi dari pelukannya, namun Kiran menggeleng halus, memberi isyarat bahwa dia ingin tetap menggendong anak itu.

Mereka melangkah masuk ke dalam rumah yang begitu besar dan mewah. Langit-langit tinggi dengan lampu kristal menggantung megah di atas mereka, lantai marmer yang berkilau memantulkan cahaya di setiap sudut ruangan. Di antara kemewahan itu, Kiran merasa begitu kecil, seolah butiran debu yang bisa menjadi bagian dari tempat ini.

"Siapkan kamar untuk Rosemary," ucap Ailard singkat kepada pelayan, lalu berbalik sejenak ke arah Kiran. "Dan tunjukkan kamar untuk baby sister ini disebelah kamar saya." Ailard mendekati Kiran dan berbisik ditelinganya, "setelah itu datang kekamar saya."

Kiran mengangguk pelan, jelas sekali para pelayan mencuri-curi pandang kearah mereka.

Namun para pelayan itu tidak mau bermasalah, mereka langsung menjalankan tugasnya yang diperintah Ailard. "Baik Tuan." Jawabnya dengan kepala yang tetap tertunduk, "mari Mbak." Kata salah satu pelayan pada Kiran.

Kiran mengangguk pelan dan mengikuti langkah pelayan yang membimbingnya menuju kamar yang telah disiapkan. Ia masih menggendong Rosemary dengan lembut, memastikan bayi itu tetap nyaman dalam pelukannya. Pelayan tersebut membuka pintu kamar yang letaknya tepat di sebelah kamar Ailard, sesuai perintah tuannya.

"Ini kamarnya, Mbak. Jika ada yang dibutuhkan, saya akan selalu siap membantu," ucap pelayan tersebut dengan sopan, sambil melangkah mundur sedikit.

Kiran menatap ruangan itu, kamarnya sangat besar. "Terima kasih," jawabnya singkat.

Pelayan lain datang menghampiri dengan langkah cepat, lalu berbicara dengan penuh sopan. "Kamar untuk Nona Rosemary sudah selesai disiapkan, Mbak. Apakah Mbak ingin kami membawa Nona Rose kekamarnya sekarang?"

Kiran menatap Rosemary yang masih tertidur pulas dalam pelukannya. Ia menggeleng pelan. "Tidak apa, biar saya saja. Tolong ditunjukkan kamar Nona Rose ya Mbak," ucap Kiran sama sopan nya.

Pelayan itu menunjukkan kamar Rosemary, Kiran mengangguk pelan. "Terimakasih," Ia membaringkan Rosemary dengan hati-hati di tempat tidur bayi yang telah disiapkan, menatap wajah polos bayi itu sejenak. “Tidurlah yang nyenyak, sayang,” bisiknya, sebelum akhirnya ia keluar dari kamar untuk memenuhi permintaan Ailard.

Saat Kiran memasuki kamar Ailard, suasana berubah drastis dari ketenangan yang ia rasakan saat menidurkan Rosemary. Pria itu duduk di sofa dengan santai, hanya mengenakan bathrobe, sementara sebotol vodka berada di atas meja di depannya.

Ailard mengangkat kepalanya, menatap Kiran dengan sorot mata yang penuh tuntutan. "Kamu lama sekali," ucapnya dingin sambil meraih botol vodka dan menuangkan isinya ke dalam gelas.

Kiran menelan ludah, merasakan ketegangan yang selalu menyelimuti setiap pertemuan mata mereka.

"Maaf, Mas," jawab Kiran pelan. Ia mendekati Ailard setelah menutup pintu.

"Duduklah, temani saya." Katanya sambil menepuk tempat duduk disebelahnya. Kiran manggut-manggut saja dan duduk disebelah Ailard. Tangan pria itu langsung tergerak memeluk pinggang rampingnya.

Pria itu memiringkan kepalanya, mendekatkan wajahnya ke telinga Kiran. "Buka bathrobe saya Kiran," bisiknya dengan nada yang penuh perintah. Tidak ada tempat untuk keraguan atau penolakan.

Kiran hanya mengangguk pelan, tidak mampu berkata banyak. Ia sudah tahu apa yang diharapkan darinya. Baginya, ini hanyalah salah satu bagian dari perjanjian mereka, meskipun hatinya terus bergolak menghadapi kenyataan tersebut.

Tangannya bergerak pelan, membuka tali bathrobe Ailard seperti yang diperintahkan, meskipun hatinya enggan namun ia tidak memiliki pilihan lain.

Sungguhan matanya terbelalak lebar saat melihat milik pria itu menegang dari balik kain segitiga yang menutupinya, Kiran tidaklah sepolos itu dan ia mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Berjongkok lah!"

•••

Kiran meringkuk di sudut kamarnya, tangisannya pecah dalam sunyi. Meski dirinya sadar akan pilihan yang telah diambil, kenyataan bahwa ia harus melewati penghinaan seperti itu terasa begitu berat. Ailard bukan hanya memegang kekuasaan atas tubuhnya, tetapi juga atas harga dirinya. Setiap kali pria itu melakukan hal-hal yang menjijikkan, Kiran semakin merasa kehilangan dirinya sendiri.

Ia tahu mengapa ia terjebak dalam situasi ini—untuk membantu keluarganya membayar hutang dalam nominal besar, ibunya yang sakit dan adiknya yang memerlukan biaya sekolah. Namun, tidak ada yang bisa mempersiapkannya untuk rasa hampa dan jijik yang menumpuk di dalam dirinya setiap kali Ailard menuntut haknya.

Kiran menarik napas dalam, mencoba menenangkan hatinya. "Aku hanya perlu bertahan, tenang Kiran, nanti juga kamu akan terbiasa." Gumamnya, meski ia tak yakin seberapa lama ia bisa terus bertahan ditengah situasi yang serba salah ini dan sialnya ia sangat membutuhkan uang pria itu.

1
Nus Wantari
lanjut thor
Septanti Nuraini
kapan update lagi
nonaserenade: Sudah update tapi sedang proses penerbitan dari Novelton nya ya kak, palingan sebentar lagi terupdate. Terimakasih sudah menunggu bab selanjutnya🙏🌹
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!