MEET YOU AGAIN

"Aku dengar kau membuka studiomu lagi. Benarkah itu?" tanya Alex Nikolai menatap ke arah Lucy, cucunya yang sedang menikmati makan malam.

Lucy membalas tatapan sang kakek dan tersenyum manis. "Sudah hampir seminggu dan aku berencana membuka kafe kecil untuk orang-orang yang membaca karyaku."

"Aku dan Daddymu memiliki banyak bangunan tidak terpakai dan berada di tempat-tempat strategisnyang bisa kau gunakan. Mengapa kau masih menggunakan properti milik pria itu?" tanya Alex dengan suaranya yang besar.

"Tempat itu sudah menjadi milikku, Kakek. Dan aku menyukainya. Jika kau tidak suka aku menggunakan properti milik Declan, Kau bisa membayarnya untukku." Jawab Lucy sembari menyuapkan udang besar ke mulutnya. "Ini benar-benar sangat lezat, Mom."

"Seseorang mengirimkan satu box udang kesini pagi tadi, dan begitu membukanya mom sudah tahu siapa pengirimnya." Bisik Lyana ditelinga Lucy yang membuat putrinya itu tersedak.

"Jangan pernah menyebut nama pria itu disini. Aku tidak Sudi mendengarnya." Sahut Alex sembari beranjak dari duduk menuju ruang kerjanya.

Lucy menatap punggung kakeknya berjalan menjauh dengan tongkat ditangannya. Usia kakeknya sudah sangat tua dan ia sangat takut suatu waktu akan kehilangannya. "Aku tidak tahu lagi bagaimana cara membuat kakek dan Declan berbaikan. Mereka saling membengkak dan aku menyayangi keduanya."

"Mommy sangat yakin Declan bisa menggantikan posisi Kakekmu, mereka memiliki sikap dan watak yang sama. Bahkan dulu aku bisa menghitung bagaimana kekasihmu itu sangat ingin menghajar Kakekmu, kalau saja pria tua itu sedikit lebih muda mungkin mereka sudah saling membunuh." Ujar Lyana dengan tertawa.

"Apakah Daddy tidak bisa membujuk kakek agar bisa mengajak Declan berbisnis bersama?" tanya Lucy menatap wajah sang Mommy dan membujuknya. "Daddy pasti akan mendengarkan permintaan Mommy."

Lyana tertawa mendengar permintaan putrinya. "Kau pikir dengan sikap dingin Daddymu, Declan akan diterima di keluarga kita? Kekasihmu itu yang tidak ingin bekerjasama, Baby. Sikapnya yang sombong itu sangat tidak disukai Daddymu."

"Mommy, apa kau percaya aku bisa membuat Declan tergila-gila agar dia luluh dan mau berjuang untukku?" Tanya Lucy dengan kepercayaan diri yang tinggi.

"Apa kau sangat menyukai pria itu? Mommy bisa mengenalkanmu dengan pria yang baik yang tidak akan membuatmu dalam bahaya" Lyana berkata sembari mengelus rambut putrinya dengan lembut.

Lucy sangat cantik meski sikapnya kadang bar-bar seperti lelaki. Ia dilatih keras karena satu-satu yang akan mewarisi semua bisnis keluarga. Serena memilih menjadi dokter dan tidak ingin mengambil bagian apapun karena terlalu lembut. Lyana tidak menyangka bahwa Lucy akan jatuh cinta pada pria yang sudah menyelamatkan nyawanya ketika hampir tenggelam saat mereka kecil.

"Aku sudah pernah mengikuti kemauan kakek dengan mengikuti kencan buta dan semua berakhir berantakan. Mereka sangat takut padaku, dan aku suka dengan pria yang tidak takut apapun." Jawab Lucy mengingat bagaimana ia beberapa kali mengikuti kencan buta yang membuatnya frustasi.

Lyana kembali dibuat tertawa. "Kau harus bisa bersikap lembut, tentu saja mereka akan ketakutan jika kau datang dengan pakaian seperti itu. Apalagi jika tahu kau cucu dari siapa."

"Aku tidak suka merubah diriku hanya untuk disukai orang lain. Mereka harus bisa menerima semua tentang diriku." Balas Lucy sembari menyesap minumannya.

"Apa kau akan menginap malam ini?" tanya Lyana ketika mereka menyelesaikan makan malam dan berpindah duduk diruang keluarga.

Lucy mengangguk sembari menyalakan televisi. "Kapan Daddy pulang? Kenapa Mommy tidak ikut bersama Daddy?"

"Dua hari lagi ulang tahunmu, dan Daddy akan lama berada disana. Tentu saja Mommy tidak ingin kau merayakannya sendirian." jawab Lyana sambil menghubungi Darren melalui ponselnya.

...****************...

Lucy sedang berada di sebuah pesta yang diadakan oleh salah satu petinggi diwilayah mereka ketika sepatu yang ia pakai patah dibagian tumit. "Seharusnya aku sudah membuangnya ketika Mommy memintanya saat itu."

Dengan menangkap lengan Declan yang tengah melewatinya, ia merasa senang bisa bertemu dengan pria itu lagi. "Bisakah kau membantuku?"

Declan memperhatikan wanita yang sejak ia masuk tadi sudah membuat semua tujuannya kacau dan hanya fokus menatap Lucy dari kejauhan. "Apa yang sedang kau lakukan?" Aku tidak ingin ditembak oleh Kakekmu di keramaian seperti ini."

"Kakek sedang berada didalam ruangan untuk membicarakan bisnis. Apakah kau tidak tertarik?" Tanya Lucy yang merasakan Declan menunduk untuk melepas sepatunya.

"Mengapa kau selalu bermasalah dengan sepatu yang kau pakai?" Tanya Declan tanpa menjawab pertanyaan Lucy. "Ini sepatu bahkan sangat mahal tapi bisa rusak dengan kakimu."

"Sudah ku bilang aku sangat membenci memakai sepatu dengan tumit tinggi seperti ini. Membuat betisku sakit. Tapi kakek memaksaku untuk bergaya seperti wanita-wanita disini." Ujar Lucy kesal.

"Apa kau datang sendiri?" Tanya Lucy lagi ketika merasakan pria itu memijat betisnya yang kaku.

Declan bisa mencium parfum mahal dari tubuh Lucy ketika wanita itu menunduk kearahnya. "Aku meninggalkan pasanganku untuk menikmati makan malamnya."

"Cih, pergilah temani pasanganmu. Tinggalkan aku." Ucap Lucy sembari menarik kakinya yang sedang dipijat oleh Declan.

"Bukankah kau yang meminta bantuan dariku? Apa kau cemburu, Lucy?" Declan tersenyum dan melanjutkan memijat betis wanita itu seperti yang selalu ia lakukan saat mereka masih bersama dulu. "Aku akan menggendongmu sampai ke mobil."

"Dan membuat semua orang bergosip tentang kita lagi," ucap Lucy tersenyum kearah Declan yang beranjak berdiri dan menggendongnya. "Turunkan aku, Declan. Kakek akan melihat kita."

"Kita akan keluar lewat pintu samping, disana sepi." Declan berkata sembari membawa Lucy melewati ruangan yang terlihat sepi.

Lucy menatap wajah Declan dari samping ketika mereka berjalan keluar, pria itu sangat tampan dengan jas berwarna biru dongker dan kemeja putih. Ia melihat pria itu memakai dasi bergaris tipis yang ia berikan ketika mereka berlibur di Paris.

"Kau memakai dasi pemberianku, Declan?" tanya Lucy sambil menyentuhnya.

"Semua yang kau berikan padaku masih tersimpan rapi dan aku pakai. Kau juga masih memakai gelang yang aku berikan," jawab Declan sembari menurunkan tubuh Lucy perlahan.

"Mengapa kau menurunkan aku disini, Declan?" tanya Lucy dengan suaranya yang serak ketika merasakan tubuh mereka begitu dekat.

"Karena aku ingin melakukan ini." Jawab Declan sembari mencium Summer dengan cepat dan memainkan lidahnya dimulut wanita itu.

Lucy membalas ciuman Declan dan melingkari leher pria itu dengan kedua jemarinya bermain dirambutnya. Lucy tidak menduga gairah liar dari pria ini masih ada. Declan melumat bibir Lucy lebih dalam hingga rasa wanita itu bisa ia rasakan.

Lucy lupa menahan diri, sambil mengerang dengan suara rendah dan parau ia bisa merasakan bibir pria itu berpindah menyusuri disepanjang lehernya dan menggigit bagian sensitif kulit Lucy.

"Declan, Cukup." gumam Lucy sembari mendorong tubuh pria itu.

"Belum cukup" balas Declan kemudian melumat bibir Lucy lagi.