NovelToon NovelToon
Ada Kisah Di Pesantren

Ada Kisah Di Pesantren

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: @nyamm_113

Pondok pesantren?

Ya, dengan menempuh pendidikan di Pondok Pesantren akan memberikan suatu pengalaman hidup yang berharga bagi mereka yang memilih melanjutkan pendidikan di pondok pesantren. Belajar hidup mandiri, bertanggung jawab dan tentunya memiliki nilai-nilai keislaman yang kuat. Dan tentunya membangun sebuah persaudaraan yang erat dengan sesama santri.

Ina hanya sebuah kisah dari santriwati yang menghabiskan sisa waktu mereka di tingkat akhir sekolah Madrasah Aliyah atau MA. Mereka adalah santri putri dengan tingkah laku yang ajaib. Mereka hanya menikmati umur yang tidak bisa bisa mendewasakan mereka.

Sang Kiyai tak mampu lagi menghadapi tingkah laku para santriwatinya itu hingga dia menyerahkannya kepada para ustadz mudah yang dipercayai mampu merubah tingkah ajaib para santri putri itu.

Mampukah mereka mengubah dan menghadapi tingkah laku para santri putri itu?

Adakah kisah cinta yang akan terukir di masa-masa akhir sekolah para santri putri itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @nyamm_113, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SUDAH LELAH KAH?

“Bangun ih! Kamu tidur atau simulasi mati sih Ayyara, Aruna?” Kesal Adira. Kesekian kalinya membangunkan temannya hingga dia lelah sendiri.

“Adira, liat kedepan.” Pinta Almaira. Mencolek lengan Adira beberapa kali memintanya untuk melihat kedepan.

Adira melihat kedapan. “Kenapa?” Tanyanya.

Almaira bedecak. “Lihat ustadz Agra dkk, mereka dari tadi natap kita mulu deh.” Katanya pelan kepada Adira. Adira lalu melihat kedepan.

Deg

Mampus dah batinya.

Benar saja, didepan sana ada kiyai Aldan yang subuh ini memiliki jadwal pengajian fiqih dan beberapa ustadz dan pembina juga turut ikut termasuk Agra dkk yang saat ini tengah menatap keempat santriwati yang saat ini menjadi tanggung jawab mereka.

Adira tanpa balas kasihan mencubit kuat kedua temannya, masa bodoh jika dia mendapatkan tatapan maut dari kedua temannya yang terpenting adalah tidak mendapatkan hukuman tambahan lagi.

“Bangunnnnn…,” Geram Adira. Mencubit bergantian lengan kedua temannya.

“Aaawssssttt!”

“Aaaakkhhh!”

Ayyara dan Aruna meringis saat merasakan perih pada legan mereka, walau ogah-ogahan membuka matanya mereka tetap membenarkan posisi duduk dan mengusap wajah mereka dengan pelan.

“Hwooaammm… kenapa sih?” Tanya Ayyara dengan wajah bantalnya. Dirinya masih sangat mengantuk karena begadang untuk menghafalkan surah Al-Waqi’ah.

“Mau lan…,”

“Eeetttsss, mau lanjut hm?” Tanya Adira kesal menghentikan pergerakan Aruna yang ingin tidur kembali. “Tuh tidak lihat wajah ustadz Agra dkk didepan.” Lanjutnya.

“Buruan sana basuh muka kalian, ngeri liat wajah ustadz didepan.” Ujar Almaira. Dia juga mengantuk namun dia bisa menahannya.

Dengan ogah-ogahan dan memaksakan tubuh mereka meninggalkan tempat dan menuju tempat whuduh putri, sempat melirik sekilas kedepan dan benar saja.

xxx

Agra dkk berjalan pelan menikmati udara pagi yang sejuk setelah pengajian kiyai Aldan selesai beberapa menit yang lalu, beberapa santri putra berlalu lalang.

“Hm, ana pengen balik jadi santri lagi. Sibuk di pagi-pagi, antri mandi, antri ambil makan di ketring. Pokonya rindu masa-masa jadi santri dulu.” Tutur Abraham.

Ya benar, mereka sedikit iri dan ingin mengulang kembali dimana pada masa itu mereka juga menjadi santri yang punya banyak kesibukan di pagi hari.

Melihat parah santri putra yang berlalu lalang didepan mereka semakin membuat mereka ingin kembali kemasa itu.

“Ya, tapi disini tidak ada pemutar waktu Doraemon hahah…,” Ujar Bima dengan terkekeh.

“Iya juga.” Lirih Abraham. Tiba-tiba saja langkahnya terhenti membuat yang lainnya menatap bingung.

“Ngomong-ngomong, kalian semua tadi lihat kelakuan para santriwati yang doyan dihukum itu?” Tanyanya.

Mereka bertiga mengangguk. “Terus?”

“Ya tidak apa-apa sih, heheh...,” Jawabnya meringis pelan melihat respon ketiga temannya.

“Kita jadi berangkat hari ini?” Tanya Abyan. Mereka semua kemudian kembali melanjutkan langkah yang sempat tertunda.

“Jadi!” Jawab ketiganya.

“Yaudah siap-siap.” Lanjut Abyan.

xxx

Dari asrama ke madrasah bisa dibilang jaraknya sedikit jauh, mereka harus melewati lapangan seluas harapan orang tua, semua santri Al-Nakhla mulai meninggalkan asrama menuju madrasah mereka.

Tak terkecuali Adira dkk, namun mereka berjalan berbaris memanjang seperti hendak menghalangi para pendemo. Dan juga saling bergandengan seperti hendak menyebrang jalan.

“Tanpa kita sadari nanti, tahu-tahu udah sore ajah. Terus masuk ba’da maghrib, terus lagi setoran.” Ucap Aruna lemas.

“Dehhh, kata Adira dinikmatin ajah.” Sahut Ayyara kepada Aruna yang berjalan disampingnya.

“Ihhh, tapi baru dikit hafalnya. Ya walaupun kita sering tadarrusan surah Al-Waqi’ah, otak cantik ana ini mana bisa hafal.” Keluhnya lagi.

“Yaudah sih, nanti kalau ditanya kenapa belum hafal jawab jujur ajah.” Timpal Almaira. Di juga sama paniknya dengan Aruna, bahkan dia baru hafal beberapa ayat.

“Hahah, mampus nanti hafalan kamu bakalan ditambah. Abis itu tambah pusing deh.” Ejek Adira. Menakut-nakuti temannya ini sepertinya menyenangkan.

Defenisi bahagia diatas penderitaan teman sendiri.

Aruna semakin menekuk wajahnya, apes sekali dirinya ini. “Jangan gitu ih.”

“Iya, iya…,”

“Kita harus tetap lanjutin rencana kita, pokoknya harus berhasil.” Ujar Adira dengan tegas.

“Okey!”

“Kalau mereka masih tidak tahan dengan kita, kita atur rencana baru. Pokonya harus balik ke kiyai Aldan, harus banget pokonya.” Ucap Ayyara.

Mereka benar-benar tidak mau berurusan dengan Agra dkk, tampang mereka itu seperti hedak memakan hidup-hidup.

Pertemuan keduanya harusnya

lebih baik, meberi kesan yang baik namun malahan mereka harus berakhir di hukum hanya karena buku setoran hafalan itu.

Didalam kelas sudah ramai, mereka duduk dibangku masing-masing dan menunggu seorang guru yang akan mengajar pada jam pertama hari ini.

xxx

“Kesalnya ya Allah…,”

“Bisa-bisanya kita dihukum lagi ya Rabb…,”

“Ampun dah.”

“Hummm…,”

Berjemur dibawah terik matahari?

Ya, inilah yang sedah dilakukan Adira dkk akibat tak mengerjakan pekerjaan rumah alias PR. Dan tentu saja mereka sudah berakhir dilapangan ini dengan terik matahari pagi yang cukup panas dan menusuk.

“Masih pagi dan kalian sudah dihukum?” Tanya seseorang dari depan mereka. Adira dkk melihat sang pemilik suara itu.

“Eh kiyai.” Jawab mereka. Segera menghampiri kiyai Aldan dan mencium punggung tangannya sebagai bentuk rasa hormat mereka.

“Kenapa bisa dihukum?” Tanya kiyai Aldan menatap satu-persatu anak-anak didiknya ini.

“Kita tidak mengerjakan tugas kiyai.” Jawab Almaira mewakili ketiga temannya.

Kiayi Aldan mengangguk. “Kenapa tidak dikerjakan?”

Tanyanya lagi. Mereka memang suka melanggar namun mereka bukan santri yang lalai terhadap tugas dari sekolah.

“K-kami juga di asrama mendapat hukum semalam dari ustadz Agra, jadi kami sampai lupa jika ada tugas dari guru.” Jawab Adira. Mereka seperti tengah mengaduh kepada ayahnya.

Kiyai Aldan menghela napasnya. “Owhhh begitu ya… emmm ya sudah lanjutkan hukuman kalian.”

“Emmm kiyai.” Panggil Aruna. Menghentikan pergerakan kiyai Aldan yang hendak melangkah pergi.

“Ya nak?” Tanya kiyai Aldan pelan. “Kenapa?”

“Maaf kiyai, bisa kiyai yang kasih hukuman ke kita lagi maksud ana kiyai kami… tidak…,”

“Kata Adira dinikmati saja hukumannya.” Sela kiyai Aldan dengan senyum tipisnya. “Sudah tidak bisa dinego nak, saya sudah tanda tangan kotrak dengan mereka.” Lanjutnya. Pria tua itu hanya bercanda.

Adira dkk yang tadinya semangat menunggu jawaban dari sang kiyai berharap untuk bisa lepas dari para Agra dkk. Namun, kiyai Aldan sepertinya memang sudah benar-benar bosan dengan mereka.

“Yah kiyaiiii…,” Lirih mereka dengan bahu melorot lemas.

xxx

“Ana kira kita harus jauh lebih tegas lagi dalam memberikan sanksi kepada santri yang suka melanggar.”

“Benar, jika hanya hukuman seperti itu tidak akan pernah membuat mereka jerah.”

“Bagaimana jika kita menjadikannya santri khusus?”

“Tidak, jangan dulu. Kita lihat dulu sampai dimana mereka akan bertahan.”

“Ya baiklah, namun mendengar cerita dari kiyai Aldan tentang mereka membuat ku merasa kasihan.”

1
Delita bae
salam kenal dari saya😇🤗 jika berkenan dukung juga karya saya. 🙏
semangat 💪👍
Nda_Zlnt
semangat Thor
Rosma Niyah: di tunggu ya part 18 nya
Rosma Niyah: makasihhh
total 2 replies
Nda_Zlnt
lanjut Thor
Rosma Niyah: sabar ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!