NovelToon NovelToon
Cinta & Cappuccino

Cinta & Cappuccino

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:565
Nilai: 5
Nama Author: SangMoon88

Kisah cinta dua sejoli, yang kembali terjalin setelah beberapa tahun terpisah, kini diuji kembali. Sosok dari masa lalu yang mencoba menghancurkan hubungan mereka, hingga membuat keduanya berada dalam pilihan yang sulit, bahkan hampir meregang nyawa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SangMoon88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 22

Mereka tiba dikantor, kemudian menuju ruangan masing-masing. Saat Al dan papi hendak masuk ke ruangannya, ternyata disana sudah menunggu pak Gunawan.

"Pak Gunawan? Apa yang anda lakukan disini sepagi ini?" tanya papi sambil mendekat dan menyalaminya.

"Halo pak, maaf saya mengganggu pagi-pagi begini, tadi pagi saya kerumah anda, dan ART bilang anda semalam pergi dengan Al, jadi saya putuskan untuk kemari." jelas pak Gunawan.

"Ah tidak apa-apa pak, silahkan duduk! Al tolong buatkan minuman untuk kami ya!, apa bapak sudah sarapan?"

"Sudah pak, tidak perlu repot-repot, lagi pula saya tidak akan lama, saya hanya ingin memberi tahu bahwa.."

"Ada apa pak?"

"Laura mencoba mengakhiri hidupnya."

"Astaga, mengapa bisa begitu pak? Lalu bagaimana keadaannya sekarang?" papi bertanya dengan panik.

"Ia sudah baik-baik saja, pak apa saya bisa meminta bantuan kepada anda dan Al?"

"Apa itu pak?" tanya Al penasaran.

"Apakah kalian bisa mencabut laporan terhadap Laura, saya akan membawanya ke luar negeri untuk berobat. Dokter mengatakan jika ia sebenarnya mempunyai masalah psikis, dan jika tidak segera ditangani, kemungkinan ia akan terus menyakiti dirinya seperti itu."

Papi dan Al terkejut mendengarnya, pantas saja kelakuannya benar-benar absurd sekali, dia tidak bisa mengontrol emosinya.

Al dan papi saling tatap seolah sedang berbicara melalui telepati. Kemudian mereka meminta waktu kepada pak Gunawan untuk mempertimbangkan ini terlebih dahulu.

Pak Gunawan mengerti apa maksud mereka, dan ia pun akhirnya pamit meninggalkan kedua anak dan ayah itu.

Papi lalu kembali duduk disofa setelah mengantar pak gunawan ke depan pintu. Papi termenung seolah memikirkan sesuatu.

"Pi, kok melamun, papi lagi mikirin kata-kata pak Gunawan ya?" tanya Al sambil duduk disamping papinya.

"Bukan hanya itu son, papi jadi teringat dengan Andrew, ia pun mempunyai gejala yang sama seperti Laura!"

"Oh iya pi, apa papi pernah mencari tau siapa keluarganya?

"Sudah, namun pihak panti mengatakan jika ia mendapatkan Andrew kecil dari sepasang suami istri yang meninggalkannya didalam sebuah box bayi didepan pintu panti, lalu pergi begitu saja setelah memencet bel, menggunakan mobil sedan berwarna hitam, ditengah hujan yang cukup deras. Ada salah seorang petugas panti yang melihat, namun saat hendak menegurnya mereka keburu pergi." jelas papi.

"Apa papi sudah mencari bukti lain mengenai keluarganya, mengapa ia sampai ditinggalkan disana?"

"Tidak son, papi hanya beranggapan kala itu, keluarganya tidak menginginkannya, sehingga mereka sampai setega itu menyerahkan dia dipanti begitu saja. Sedangkan papi dan mami yang menginginkan momongan, tidak berpikir panjang kala memutuskan untuk merawatnya."

"Jadi petugas panti memang sudah memberi tahu dari awal, mengenai kak Andrew?"

"Ya son, namun tidak ada informasi apapun yang bisa mereka beritahu kepada papi dan mami."

"Lalu mengenai Laura, bagaimana menurut papi?"

"Apa kamu sudah memafkannya?

Al terdiam kemudian mengangguk.

"Jika memang sudah memaafkannya, maka cabut saja laporan dan tuntutannya, agar ia bisa berobat, karena memang penyakit mental seperti itu berbahaya son, jangan sampai ia melakukan hal nekad seperti itu lagi, dan kamu yang disalahkan karena perbuatannya, padahal kamu tidak terlibat."

Al termenung, sedang berusaha mencerna kata-kata papi.

"Al, apa kamu masih ingat bahwa ia adalah Laura sahabatmu?"

"Kalian pernah cukup dekat kala itu, sebenarnya papi sudah menjodohkan kalian, namun karena kejadian kala itu papi harus menundanya untuk waktu yang tidak ditentukan, namun saat kamu kembali lagi kesini, pak Gunawan membahas kembali hal itu, dan papi belum sempat memberitahumu, hingga akhirnya Laura melakukan hal nekad kepada kamu dan juga Sya. Kini papi paham mengapa ia begitu, ia merasa kamu adalah miliknya, dan ia tidak terima kamu bersama wanita lain. Al tolong maafkan papi, ini semua salah papi, seandainya dulu papi tidak berusaha menjodohkan kalian, mungkin hal seperti itu tidak akan pernah terjadi." ucap papi dengan lirih, seolah menyesali semua yang terjadi karena akibat ulahnya.

Al memeluk sang papi, ia memang tidak tahu mengenai perjodohan itu. Al mencoba mengingat kembali sosok sahabatnya itu, memang benar dulu dia mempunyai sahabat wanita, namun bukan Laura namanya, melainkan Ana.

Dan seingatnya wajah Ana tidak seperti wanita itu. Ana yang selalu menjadi teman curhatnya, memiliki tubuh sedikit gempal dan wajah bulat dengan pipi chubby, berbeda sekali dengan Laura, maka wajar saja bila ia tidak mengenalinya.

"Pi, apakah Laura itu adalah Ana?" tanya Al penasaran.

"Iya son, Laura Mariana, dan Ana adalah panggilannya sedari kecil, hanya saja ditempat kerja mereka memanggilnya Laura."

"Tapi mengapa wajahnya berbeda dengan yang dulu Al kenal?"

"Selepas kejadian itu, kamu mendapat luka yang cukup parah di area wajah sehingga dokter mengharuskan melakukan operasi plastik, mendengar kamu terluka parah, Laura berusaha mengakhiri hidupnya, ia mengendalikan mobil dengan kecepatan tinggi sehingga terjadi kecelakaan tunggal di jalan tol, dan ia hampir saja kehilangan nyawanya. Kondisinya cukup parah kala itu sampai ia pun harus dibawa ke singapura untuk mendapatkan perawatan."

"Lalu?" tanya Al masih penasaran.

"Wajahnya terluka parah bahkan sampai sulit dikenali, sehingga dokter melakukan operasi kepada wajahnya. Ia pun sempat pulih, namun mendengar bila kamu pergi ke Jerman untuk waktu yang tidak ditentukan, ia mengalami syok dan koma selama 3bulan."

"Oh seperti itu, ternyata dia benar-benar menyeramkan."

"Menyeramkan bagaimana son?" kali ini papi yang bertanya karena penasaran.

"Iya, dia sampai melakukan hal ekstrim seperti itu, tidak mempedulikan hidupnya sendiri, untuk sesuatu yang belum tentu orang itu akan melakukan hal serupa untuknya."

"Entahlah son, sepertinya ia mencintai kamu sedari dulu, karena Awalnya papi akan menjodohkan dia dengan Andrew namun ia menolak, dan justru meminta agar dijodohkan denganmu."

"Apa?, tapi selama dulu aku mengenalnya, aku tidak pernah melihat bahwa ia memiliki rasa kepadaku pi, makanya diantara teman-teman wanitaku, aku memilihnya menjadi sahabat!"

"Entahlah son, mungkin kala itu ia tau jika kamu mencintai wanita lain, sehingga bila ia menunjukan rasa cintanya, kemungkinan kalian akan menjadi jauh, dan ia tidak mau hal seperti itu terjadi, bisa saja kan ia memendam rasanya kepadamu dan terus mendengar curhatanmu tentang wanita lain, sekalipun itu menyakitkan baginya, asalkan tetap bisa bersamamu, ia bisa menerimanya."

Al kembali terdiam, sepertinya apa yang papi ucapkan ada benarnya juga.

"Son, apa kamu mau mencabut tuntutan itu?" tanya papi sambil menepuk bahu anak kesayangannya itu.

"Iya pi, kini aku paham mengapa ia melakukan itu, tidak dibenarkan juga memang, hanya saja bila Al rangkaikan kembali puzzle ini, Laura adalah korban dari perasaannya kepada Al, dan Al juga ada andil dalam perbuatannya."

"Jangan terlalu menyalahkan dirimu son, kita juga bukan sengaja melakukan ini, lagi pula memang kelakuannya sungguh abnormal, untung saja ia tidak jadi menantu papi, dan papi jelas lebih setuju kamu dengan Sya!"

Al terkekeh mendengar ucapan papinya itu, sepertinya hubungannya dengan Sya sudah mendapat lampu hijau dari papi.

Tanpa mereka sadari, dibalik pintu ada seseorang yang mendengar percakapan mereka.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!