Cinta Terakhir Alice

Setelah menempuh perjalanan menggunakan motor.  Danzel dan Alice telah sampai di bawah kolong jembatan. Danzel sempat sedikit bingung kenapa Alice membawanya ke tempat seperti ini bukan ke toko bunga.

Alice bisa melihat kebingungan di wajah Danzel dan segera menjelaskan. 

"jangan khawatir, temanku tinggal di disini dan dia merangkai bunga-bunganya sendiri. meskipun tempatnya tidak terlihat seperti toko bunga mewah, tapi hasil rangkaiannya sangat bagus.

Danzel tersenyum mengangguk mengerti. "Baiklah tidak masalah, aku percaya padamu."

Alice juga tersenyum dan mengajak Danzel untuk segera menemui Rania.

"Rania..."panggil Alice kepada Rania yang saat ini sedang sibuk merangkai bunga 

Rania menoleh dan mendapati Alice menghampirinya bersama seorang pemuda berparas tampan. baru pertama melihatnya saja Rania sudah tahu siapa pemuda yang bersama Alice tersebut, 

"Dia pasti Danzel."gumamnya dalam hati, karena sebelumnya Alice selalu menggambarkan sosok Danzel kepadanya.

Alice langsung mengatakan maksud tujuan kedatangannya kepada Rania. Rania pun mengerti, dan langsung merangkai bunga pesanan Danzel. 

Sedangkan Danzel tidak masalah jika harus menunggu Rania merangkai bunga nya terlebih dahulu.

**

Saat ini Alice membantu Rania merangkai bunga dan mengobrol bersama. tak jauh dari sana, Danzel duduk di atas sepeda motornya sembari melihat keakraban Alice dan Rania.

Alice juga terlihat sangat akrab kepada anak-anak jalanan di sekitarnya. sesekali banyak anak jalanan yang mendekat hanya untuk menyapa Alice. 

raut wajah mereka juga terlihat sangat bahagia dan penuh antusias saat mengobrol dan bercerita kepada Alice. 

Danzel melengkungkan senyumnya melihat pemandangan itu, dia terlihat sangat kagum kepada Alice yang mau berteman tanpa memandang status sosial atau apapun. 

"Alice lihatlah..."bisik Rania mengarahkan pandangannya ke arah Danzel 

"ada apa?"tanya Alice 

"Apa kamu tidak sadar? sedari tadi Danzel selalu memperhatikanmu dari sana. dia terlihat seperti sedang mengagumi mu Al, tatapan matanya memancarkan rasa kagum." ucap Rania yang bisa langsung menyadari arti tatapan Danzel 

"Aku rasa mungkin, diam-diam Danzel menyimpan rasa kepadamu."lanjutnya 

Alice tersenyum dan menggeleng pelan." Dia hanya kagum dengan caraku bersosialisasi, dan tidak lebih dari itu. kamu terlalu berlebihan Rania." duga Alice 

"oh ayolah Alice setidaknya berharap lah sedikit saja agar kamu terlihat bahagia dan semangat."desak Rania dengan senyum nakal

Alice tertawa kecil tetapi detik berikutnya ekspresi wajahnya berubah menjadi sedih, 

ya tiba-tiba Alice teringat jika saat ini dia tidak memiliki harapan lagi kepada Danzel, Karena Danzel sendiri mencintai gadis idamannya yaitu Rachel.

Rania mengernyitkan dahinya saat menyadari perubahan raut wajah Alice. ia baru akan bertanya tetapi tiba-tiba....

Alice memekik kesakitan karena secara tidak sengaja tangannya terkena tusukan duri dari bunga yang dirangkainya.

Rania sedikit membelalakkan matanya, sedangkan Danzel yang melihat hal itu dari kejauhan langsung segera berlari menghampiri Alice.

"Alice kamu terluka?" pekik Danzel khawatir melihat ujung jari telunjuk Alice mengeluarkan darah

tanpa berpikir dua kali Danzel langsung memasukan jari Alice ke dalam mulutnya agar menghentikan pendarahan.

gerakannya gesit dan sigap, menunjukkan betapa khawatirnya dia pada Alice. Alice terkejut dengan tindakan Danzel.

"Rania, apakah ada kotak obat disini?"tanya Danzel

"Ada, sebentar akan aku ambilkan." Rania segera bergegas mengambil kotak obat dan setelah itu menyerahkannya kepada Danzel 

"Jangan khawatir Al, aku akan mengobati lukamu." kata Danzel dengan suara lembut. dia juga tetap memegang tangan Alice dengan lembut.

"T-tapi Danzel, ini hanya luka kecil dan kamu tidak perlu-

"Sstt....aku akan tetap mengobati mu karena aku tidak bisa melihatmu terluka. "Sela Danzel sembari mulai mengobati luka Alice dengan telaten dan penuh perhatian 

"Terimakasih Danzel." Kata Alice pelan, menatap Danzel dengan mata yang bersinar. hatinya berdebar melihat kepedulian Danzel.

Danzel membalas tatapan Alice dan tersenyum hangat

Rania yang berdiri di dekat mereka tersenyum bahagia melihat kepedulian Danzel kepada sahabatnya. 

Rania merasa senang melihat bagaimana Danzel memperlakukan Alice. ia berharap semoga saja di dalam hati Danzel yang paling dalam tersimpan rasa cinta untuk Alice.

**

Danzel sudah kembali pulang terlebih dahulu dengan membawa bunga rangkaian Rania yang di belinya. sementara Alice masih tetap bersama Rania.

"oh ya Alice, untuk apa Danzel membeli bunga?"

"Dan tadi sepertinya aku melihat sebuah coklat dan boneka di motornya." lanjut Rania penasaran 

Alice baru akan menjawab pertanyaan Rania, tetapi sebelum itu...

"atau jangan-jangan dia akan memberikannya untukmu besok." kata Rania dengan senyum menggoda 

Alice tersenyum tipis, namun segera menggelengkan kepalanya. "Bukan, semua itu bukan untukku."

Rania mengerutkan keningnya bingung. "Lalu untuk siapa?"

Alice menghela nafas pelan, mencoba menata kata-kata. "Danzel...dia mencintai gadis lain."

Rania terkejut mendengar itu

"ya, Rania. itulah kenyataannya, Danzel ternyata mencintai orang lain dan itu bukan aku." lanjut Alice menatap Rania dengan tatapan sendu

Rania menghela napas, merasa prihatin dengan cinta  sahabatnya yang ternyata bertepuk sebelah tangan. 

detik berikutnya, Rania memeluk Alice dengan penuh kasih sayang."Alice aku tahu ini tidak mudah bagimu."

Alice tersenyum membalas pelukan Rania

"Lalu apa rencanamu selanjutnya? apakah kamu akan menghapus rasa cintamu untuk Danzel?" tanya Rania melepaskan pelukannya 

"walaupun aku berusaha sekuat tenaga untuk menghapusnya,  Rasa itu akan selalu ada Rania. Aku akan tetap mencintainya dalam diam. meskipun rasa sakit itu selalu ada, aku berjanji akan selalu ada sebagai teman yang mendukungnya."

"Karena cinta yang tulus tidak selalu harus dimiliki, terkadang hanya dengan melihat orang yang kita cintai bahagia, itu sudah cukup." lanjutnya 

Rania tersenyum bangga kepada Alice. "kamu luar biasa Alice, semoga suatu saat Danzel bisa berubah haluan untuk mencintaimu. dan jika tidak, semoga saja tuhan mengirimkan seseorang di masa depan yang bisa mencintaimu dengan tulus."

"Terimakasih Rania." ucap Alice penuh haru