Bagaimana jika pernikahan mu tak di landasi rasa cinta?
Begitu lah kisah cinta yang membuat tiga keturunan Collins, Hadiadmaja menjadi begitu rumit.
Kisah cinta yang melibatkan satu keluarga, hingga menuntut salah satu dari kedua putri Hadiadmaja memilih pergi untuk mengalah.
" "Kau sudah melihat semuanya kan? jadi mari bercerai!"
Deg.
Sontak Hati Gladisa semakin perih mendengar semua cibiran yang dikatakan suaminya yang saat ini tengah berdiri di hadapannya itu. Siapa sangka, Adik yang selama ini besar bersama dengan dirinya dengan tega menusuknya dari belakang hingga berusaha untuk terus merebut perhatian semua orang darinya.
"Clara, Katakan ini Semua hanya kebohongan kan? ini kau sedang mengerjakan aku kan Ra??" mesti sakit, tapi Gladis masih terus mencoba berfikir positif jika ini semua hanyalah imajinasinya atau hanya khayalan.
Clara berjalan mendekat lalu tanpa aba-aba Clara nampak mencengkeram kuat Dagu kakaknya sendiri dengan gerakan yang cukup kasar me
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queenindri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehamilan rahasia
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Gladys melangkah kembali ke ruang kerjanya dengan langkah berat.
Begitu ia duduk di atas kursinya, Ia langsung menyandarkan kepalanya di kepala kursi. bukannya berangsur membaik kepalanya malah bertambah pusing.
Sementara Yuda sejak tadi terus mengawasi pergerakannya dari jarak yang tidak terlalu dekat.
Entah sudah berapa lama waktu berlalu tiba-tiba Gladys mendengar suara Clara, memasuki ruangan mereka.
"Kak," Panggilnya sebelum pintu terbuka. setelah berhasil masuk, Clara melangkah mendekat dengan langkah anggun. "Kak, jika kau sakit lebih baik pulang saja."
Tingkah Clara, seolah menunjukan jika ia memiliki kuasa di atas Gladys, yang di percayakan Nathan padanya.
Gladys tak memiliki tenaga untuk sekedar menjawab ucapan Clara, Yang ada ia hanya bisa menggerakkan kepalanya dengan menggeleng lemah.
"Jangan keras kepala." Tegur Clara, dengan nada sedikit meninggi.
"Nona, Biarkan Nona Gladys istirahat!"
Yuda akhirnya berinisiatif untuk mengusir Clara dari ruangannya. menurutnya, Sikap Clara tidak etis karena terkesan memaksa dan mengusir kakaknya.
"Maaf Yuda, tapi aku di sini hanya menjalankan perintah kak Nathan."
Clara masih enggan menyerah, wanita itu berusaha untuk menekan Yuda agar tidak ikut campur.
"Sudahlah, Yuda! aku akan istirahat sebentar dan jika masih belum membaik, Aku akan pulang."
Gladys berusaha untuk menengahi perdebatan antara Yuda dan Clara. Ia tak ingin ada keributan di sana hanya karena Yuda membela dirinya.
Mendengar itu, Clara akhirnya bisa tersenyum lega lalu memilih meninggalkan ruangan itu dengan segera menuju ke ruangan Nathaniel.
Entah apa yang akan ia lakukan di sana, namun yang jelas ia ingin menghabiskan waktu nya bersama dengan pria pujaan hatinya.
Melihat kepergian Clara, bukannya senang. Yuda justru semakin geram karena Clara masuk ke ruang kerja atasannya.
Buru-buru Yuda mendekati Gladys, guna menyadarkan wanita itu jika Clara tak sebaik yang ia kira.
"Nona, kenapa anda diam saja? seharusnya anda yang lebih berkuasa dari pada dia!"
Nafas Yuda nampak naik turun, Ia sudah gemas melihat Gladys yang selalu diam dan menerima takdirnya melihat sang adik memonopoli kakak sepupu merek, yang kini sudah menjadi suaminya.
Gladys memutuskan membuka matanya kembali dengan lemah, lalu ia sedikit menerbitkan senyumnya.
"Lalu, aku harus apa? kau ingin aku menjambaknya? bahkan mereka tidak melakukan apa-apa, Yuda. apakah tidak terkesan konyol jika aku memprotes keputusan kak Nathan, untuk mempekerjakan Clara di perusahaan ini?"
Yuda terdiam, memang ada benarnya yang di katakan Gladys barusan tentang keberadaan Clara di perusahaan ini. terlebih perusahaan mereka memang membutuhkan nya dan hanya Clara yang terbukti kompeten dalam pekerjaan ini.
"Baiklah, mungkin kita belum tau niat awalnya apa? tapi berdoalah jika ia tidak akan menjadi ular yang siap menerkam kita jika memeliharanya." Gumam Yuda, akhirnya ia kembali ke mejanya sendiri dan melanjutkan pekerjaan nya yang sempat tertunda.
Gladys geleng-geleng kepala melihat tingkah Yuda, meskipun sebenarnya ia juga cukup Khawatir dengan itu. bagaimana pun ia tidak bisa lupa jika Clara juga pernah mencintai Nathan suaminya.
Akhirnya Gladys memutuskan untuk memejamkan matanya sejenak, ia pikir dengan tidur rasa lelahnya akan sedikit berkurang.
Di dalam tidurnya, Gladys bermimpi.
Ia seolah kembali pada masa lalunya beberapa tahun silam, di mana terjadilah kesalahpahaman di antara mereka bertiga.
Gladys yang tak sengaja lewat di area taman, mendengar teriakan seseorang yang cukup memekakkan telinga. hingga langkah kakinya menunggunya untuk berlari memasuki taman dengan tersenyum senang karena bisa menemukan keberadaan Clara di sana.
"Clara, Clara, what are you doing?"
Mendengar namanya di panggil, Sontak Clara langsung menoleh ke belakang di mana sang Kakak sudah berdiri di sana dengan ekspresi wajah khawatir.
Kini Gladys nampak berjalan mendekat ke arah sang Adik guna menenangkannya yang nampak menangis.
"Stop, don't come any closer!" Clara nampak merentangkan tangannya guna menahan Gladys agar tak mendekat padanya.
"What is it? why are you crying?" Tanya Gladys semakin khawatir.
"I hate you!" You always take everything I want! you evil!" Ucap Clara yang sudah di kuasai emosi.
"Apa maksudmu? Aku tidak pernah melakukan itu? kau salah paham! Sebenarnya kau ini kenapa?" Gladys masih saja tidak bisa menerima jika Clara marah padanya tanpa sebab. Namun ia baru teringat, apakah adiknya marah karena masalah perjodohan dirinya dengan Nathan? Apa karena itu? Tapi kenapa?"
"Everyone likes you more! Only Nathan loves me! but why do you still want to snatch it from me, sis? What did I do wrong?" Semakin pecahlah tangis Clara. Gadis itu nampak jatuh bersimpuh di atas lantai lapangan basket yang cukup luas demi meredam tangisnya.
Sementara Gladys nampak shock, ia tak menyangka jika rencana perjodohannya dengan Nathan bisa membuat Adiknya begitu terluka, apakah Clara mencintai Nathan sama seperti dirinya?
Di bawah rintik hujan yang turun semakin lebat, keduanya nampak diam dalam keheningan lamunan.
"CLARA, what happened?" Teriak Nathan yang tiba-tiba saja muncul entah dari mana, Pria itu nampak berjalan cepat dengan membawa payung untuk menjemput Clara setelah mendapatkan izin dari kedua orang tuanya.
Nathan berjalan melewati Gadis hingga sampai di samping Clara, ia membantu gadis itu untuk berdiri dengan terus memayunginya. Bahkan Nathan tidak memperdulikan jika dirinya jadi basah kuyup karena lebih fokus memayungi Clara yang kehujanan.
"Sis Gladys is evil, I hate her!" Ucapnya di sela-sela tangisnya.
Sontak sorot mata Nathan menajam saat menatap ke arah Gladys setelah mendengar Ucapan Clara tadi. Entah kenapa Pria itu semakin membenci sepupunya yang menurutnya sudah sangat keterlaluan
Di dalam mimpinya, emosi Gladys nampak bercampur dengan ekspresi wajahnya yang sekarang.
Tiba-tiba di dalam mimpinya, ia melihat Nathan berjalan ke arahnya bersama dengan Clara, yang sibuk menempel pada lengannya.
"Glad, gugurkan bayi itu!"
"Iya kak, gugurkan bayi itu, kau tidak memiliki tujuan untuk menghancurkan angan-angan ku menikahi kak Nathan kan?"
Setelah mendengar itu, sorot mata kedua orang yang berdiri di hadapannya itu semakin mendingin.
Tubuh Gladys bergetar melihat keduanya yang seolah ingin mencekiknya hingga ia bergerak begitu brutal dan berteriak untuk meminta tolong.
"Tolong-Tolong!!"
Teriakan Gladys, di sertai keringat dingin yang membasahi keningnya menjadi pertanda betapa mengerikannya mimpi itu untuk nya.
Nathan yang sudah berdiri di hadapannya makin gugup bercampur khawatir, ia bingung harus melakukan apa setelah mendengar Yuda berteriak memanggilnya dengan mengatakan Jika Kondisi Gladys semakin parah.
Tanpa banyak bicara, Nathan langsung berlari meninggalkan ruangannya bahkan tak mempedulikan panggilan Clara padanya.
Yang ada di otaknya hanya panik terjadi apa-apa pada Gladys saat itu.