Yasmin, janda muda dan cantik harus menerima jadi istri simpanan seorang pria kaya dan sudah beristri. Berawal dari pertemuan tak sengaja Reynald dengan Yasmin yang tak lain adalah karyawannya sendiri di dalam lift perusahaannya. Reynald tertarik pada pandangan pertama dan setelah ditelusuri Yasmin ternyata memiliki pekerjaan sampingan sebagai wanita panggilan.
Reynald merupakan seorang pengusaha di bidang properti dan real estate. Ia memiliki seorang istri cantik dengan segala kegiatannya sebagai sosialita. Hidup bergelimang harta membuat Aurel lupa diri hingga terlibat perselingkuhan dengan pria lain, hal itulah yang membuat Reynald perlahan mencari pelarian untuk melayani hasrat sexnya. Sedangkan Yasmin menerima jadi istri simpanan untuk memenuhi semua kebutuhan hidup dirinya dan keluarga.
Apakah pernikahan Yasmin dengan sang BOS bisa terendus? Dan apakah pernikahan mereka berdua murni karena *** semata?
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Jayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Silvia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia harus datang lebih cepat sebelum Reynald mengetahui rencananya.
Mobil yang dikendarainya berjalan agak lambat setelah sampai di rumah sakit. Silvia lebih waspada, jangan sampai para bodyguard Reynald mengetahui kedatangannya. Tak lupa Silvia mengenakan hoodie hitam miliknya, dan kaca mata hitam turut ia kenakan.
Sesuai petunjuk orang suruhannya, Silvia menuju lantai di mana ayahnya Yasmin dirawat. Sambil berpura-pura melihat layar ponselnya, Silvia terus berjalan melewati beberapa pria yang berjaga di lobi.
"Untunglah mereka tidak mengenaliku," ucapnya pada diri sendiri. Silvia menyeringai ketika lift membawanya naik.
Lift berdenting, Silvia keluar. Matanya langsung menangkap seorang perempuan paruh baya yang hendak menuju toilet yang berada tak jauh dari ruang perawatan.
"Apa wanita itu ibunya?" Tebaknya. Silvia memperhatikan area lantai sekitar, kemudian ia berdecak kesal.
"Ayahnya dirawat di ruangan VIP, siapa lagi yang membayar semua biaya rumah sakit jika bukan Reynald!" Kesalnya menatap ruangan ayahnya Yasmin penuh amarah.
Silvia tidak membuang-buang waktu, ia harus menemukan di mana Yasmin berada. Ia berjalan pelan mengitari lantai tersebut. Belum ada tanda-tanda keberadaan orang yang dicarinya.
Tak sengaja Silvia melihat dua orang sedang berbincang di depan ruangan dokter. Seorang perempuan dan seorang pria yang tak lain adalah seorang dokter.
Silvia hanya perlu memastikan apakah perempuan itu Yasmin, karena posisi perempuan itu sedang membelakanginya. Tak lama kemudian perempuan itu terlihat menganggukan kepalanya dan pamit.
"Aku menemukanmu, Jalang." Silvia tersenyum lebar melihat orang yang sedang dicarinya berjalan menuju ke arahnya. Silvia tepat berada di depan empat ruangan dari tempat Silvia.
"Aahhh," pekik Yasmin saat Silvia menariknya ke dalam ruangan kosong.
Tubuh Yasmin sedikit terdorong ke dinding.
"Bu Silvia," ucap Yasmin tak percaya.
"Ya, ini aku. Kenapa? Kenapa kamu sangat kaget seperti itu. Kamu kaget karena istri sah Reynald Hartawan ada di depanmu, hah?" Silvia sangat puas berada di depan wajah Yasmin.
Yasmin menelan kasar salivanya. Ia takut Silvia akan mencelakakan dirinya dan juga janin yang sedang di kandungnya.
"Apa yang Ibu inginkan?" tanyanya gugup.
"Aku? Aku ingin kamu pergi jauh dari hidup kami! Kamu harus tahu, kalau aku sedang hamil. Aku sedang hamil buah cintaku dan suamiku. Kamu tahu, Reynald sangat senang mendengarku hamil. Kami sudah menantikannya cukup lama. Dan Reynald bilang padaku akan mendepakmu pelan-pelan dan memperbaiki rumah tangga kami," papar Silvia sengaja ingin membuat mental Yasmin down.
Tak pelak ucapan Silvia membuat Yasmin kaget luar biasa.
'Hamil? Bukankah mereka tidak pernah lagi berhubungan,' batin Yasmin tak percaya.
"Mas Reynald tidak mengatakan apapun, Bu. Saya tidak percaya dengan ucapan Ibu!" Yasmin menyangkal dan berharap apa yang dikatakan Silvia hanyalah sebuah kebohongan belaka.
"Terserah kamu saja, Jalang. Sekali Jalang tetaplah Jalang. Ibu mertuaku tidak akan pernah menerimamu jadi menantunya, kamu tahu kenapa? Karena ibu tahu kamu bekerja jadi wanita panggilan, hahahaha. Dalam sekejap aku berhasil menyingkirkanmu. Rasanya ini sangat seru." Silvia tidak henti membuat Yasmin semakin terpuruk. Ia pastikan hubungan Yasmin dan Reynald akan memburuk setelah kejadian ini.
Yasmin menggeleng tak percaya, suaminya benar kalau Silvia akan melakukan apapun dan menghalalkan segala cara untuk menyingkirkannya.
Perlahan Silvia mengeluarkan sebuah botol berukuran sedang, di dalamnya terdapat cairan berwana hijau pekat. Tutupnya ia buka, tercium aroma khas jamu menyengat.
"Minumlah, aku ingin kamu meminumnya! Aku janji setelah kamu meminumnya, aku akan membiarkan kamu hidup damai dan aku tidak akan mengganggumu hidupmu." Silvia mengangkat botol tersebut dan menunjukannya pada Yasmin.
Kening Yasmin mengerut, "Minuman apa itu?" tanyanya curiga.
"Ini? Ini minuman untukmu, ayo minumlah." Gelagat Silvia mulai mencurigakan. Ia malah semakin mendekatkan dirinya pada Yasmin.
Semakin Silvia maju, Yasmin bergerak mundur.
"Minuman apa itu?" tanya Yasmin setengah berteriak.
"Ini? Ini jamu penggugur janin. Aku ingin kamu menggugurkan kandunganmu dan aku tidak mau kamu mengandung darah daging Reynald!"
Sontak Yasmin menutup mulutnya, ia sangat ketakutan Silvia akan benar-benar memaksanya meminum jamu tersebut.
"Tidak! Aku tidak mau! Ini anakku, aku tidak mau menggurkannya." Yasmin mulai panik. Ia mencari celah untuk bisa lari dari Silvia.
"Kamu tidak akan bisa pergi begitu saja, Jalang. Aku tidak akan pergi dengan pekerjaan yang sia-sia!" Dijambaknya rambut Yasmin lalu Silvia mulai memaksa memasukkan jamunya ke mulut Yasmin.
Sekuat tenaga Silvia berusaha agar usahanya berhasil.
"Aahh.." Silvia mengaduh karena jamu yang dipegangnya banyak yang tumpah dan gagal diminumkan.
"Tolong.. tolong jangan." Yasmin mendorong Silvia hingga terjatuh.
"Kurang ajar!" Silvia berteriak bangkit lagi.
Yasmin berusaha untuk lari, namun gagal. Silvia lebih dulu menendang bokong Yasmin sampai Yasmin jatuh tengkurap.
"Aaawww." Yasmin mengaduh kesakitan.
Silvia menyeringai puas melihat Yasmin terjatuh.
"Yasmin, Nak. Kamu nggak apa-apa?" Ibu berteriak melihat puterinya terjatuh. Segera Ibu menolongnya.
"Sial!" Decak Silvia kemudian bergegas lari sebelum dirinya ketahuan.
"Bangun, Nak." Ibu menangis melihat Yasmin jatuh seperti itu.
Yasmin menangis mendekap tubuh Sang Ibu.
"Bu, aku takut."
"Siapa dia? Kita lapor polisi saja," ucap Ibu.
Yasmin menggeleng.
"Nggak, Bu. Dia istri pertamanya mas Reynald."
Ibu lantas terdiam, ia mengerti kenapa perempuan itu berusaha mencelakakan puterinya.
"Ibu akan bicara dengan pak Reynald. Ibu tidak mau kamu kenapa-napa. Apa ada yang sakit? Kamu jatuh seperti tadi pasti sangat kerasa ke perut kamu." Ibu terlihat begitu sangat khawatir.
"Jangan, Bu. Biar nanti Dita saja yang bicara." Jangan sampai Reynald tahu, kalau Reynald tahu pasti Reynald tidak akan melepaskan Silvia begitu saja.
"Botol apa itu, Nak? Itu cairan apa?" Ibu melihat botol jamu di dekat Yasmin.
"Itu jamu penggugur kandungan, Bu," jawab Yasmin sendu.
"Apa? Penggugur janin? Astaga. Ini tidak bisa dibiarkan, Ibu akan bicara dengan pak Reynald. Katanya dia mau jagain kamu dan membahagiakanmu. Tapi, kenapa malah hidupmu terancam." Ibu hendak bangkit berdiri.
"Jangan, Bu." Yasmin menahan tangan Ibu.
"Kenapa? Ibu merestui kamu dinikahin dia karena Ibu percaya sama dia. Tapi, apa buktinya."
"Masalahnya tidak sesimple itu, Bu. Aku juga dikawal oleh para bodyguard mas Reynald. Mereka menunggu di bawah. Aku tidak mengizinkan untuk naik. Mas Reynald sangat sibuk, dia tidak bisa menjaga aku dua puluh empat jam. Apalagi sekarang ibunya juga sedang dirawat." Yasmin mencoba memberi ibunya pengertian.
Ibu mendesah pelan, wajahnya berubah sendu.
"Kamu tinggal dengan Ibu saja ya, Nak. Ibu lebih tenang dan kamu tidak akan kenapa-napa." Ibu memelas.
"Maaf, apa anda berdua tidak kenapa-napa?" Perawat datang setelah mendengar suara ribut-ribut.
Keduanya menoleh pada perawat tersebut.
"Tolong periksa anak saya, tadi anak saya terjatuh dengan posisi tengkurap," pinta Ibu.
"Mari saya bantu jalan." Perawat tersebut membantu menghela Yasmin ke ruang pemeriksaan.
Ibu memejamkan matanya sejenak, berharap kejadian seperti tadi tidak akan pernah terjadi lagi.
"Lindungilah puteriku."
***
BERSAMBUNG..
MAKASIH YANG SUDAH MAMPIR...
aku takut ni jebakan ...
jgn smpai kmu mnyesal.
dan taruhannya rumah tanggamu bersama Renata....
smga aja mama mu kena serangan betulan ... krna tau sifat Silvia seperti apa..
jgn ya Rey....baca dlu isi surat nya .kli aja jebakan bedmen ... hahahhah