Dalam distrik ini, dunia kriminal berlaku sangat bebas meskipun masih banyak orang normal yang tinggal di apartemen.
Para kriminal ini lah yang paling di utamakan dalam pengejaran, apalagi nama dari perampok "Topeng Buas" Akan langsung mengundang banyak perhatian. Anggota kriminal satu ini hanya berisikan 3 orang saja yang selalu menggunakan topeng penutup wajah mereka. Tubuh mereka dominan tinggi dan kuat.
Tapi bagaimana jika topeng macan itu selalu ingin tidur di paha lembut milik seorang gadis manis yang agak polos ini. Ini adalah kisah romantis dari seorang penjahat dan kisah aksi untuk seorang gadis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khara-Chikara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22
Beast Mask: Macan yang Tertidur Chapter 22
Leandra histeris melihat itu, kucing itu jelas mati karena jatuh nya yang sangat keras membuat Leandra kembali gemetar ketakutan apalagi Pria itu akan melanjutkan aksinya. "Dadamu besar juga yah..." dia akan menyentuh Leandra.
Namun mendadak, Tora melilitkan sebuah sabuk pinggang di leher Pria itu membuat nya terkejut melepaskan Leandra dan menahan sabuk itu yang sudah mencekiknya sementara Tora mendorong punggung Pria itu dengan lututnya agar tertekan lehernya di sabuk pinggang yang ia tarik.
Dengan sekuat tenaga, dia menoleh ke Leandra. “Cepat, pergi sekarang!”
Leandra bernapas cepat kemudian bangun dan berlari pergi, tapi ia menoleh dengan perlakuan Tora yang sangat kejam, dia akan membunuh Pria itu dengan mencekiknya menggunakan sabuk pinggang.
Kemudian ia buru-buru kembali mendekat. “Hentikan!” memegang tangan kiri Tora. “Kau akan membunuhnya!”
Tapi Tora tak mendengarkan nya dan terus menarik sekuat tenaga. “Hentikan itu brengsek!! Kau akan membunuhnya!! Aku baik-baik saja sekarang!” teriak kembali Leandra.
Tora terdiam menatap ekspresi Leandra yang begitu ketakutan Ketika Tora akan membunuhnya, apalagi mengingat bahwa Leandra tak suka ada pembunuhan, karena melihat mata milik Leandra hingga ia melepaskan nya perlahan membuat Pria itu terjatuh lemas dengan bekas di lehernya.
“Sialan!!” Bukan nya terima bahwa dia di lepaskan, dia justru tambah kesal dan berbalik menyerang Leandra.
“Ah!” Leandra terkejut reflek menutup wajahnya.
Tapi mendadak, Tora menarik kerah baju Pria itu dan memukul pipinya bahkan akan memukul lagi.
“Tora!!” Mendadak Leandra menghentikan nya dengan memegang tangan nya. “Hentikan!!!” dia menatap kembali ketakutan.
“Sial, aku akan membunuh mu!!” Tora memukul kembali pria itu hingga melepaskan nya jatuh dan Leandra masih memegang lengan nya untuk menahan nya.
“Kau dengar itu, menyentuh nya lagi!! Menatap nya begitu lagi, aku akan membuat mati buta!! Kau dengar itu!!” Tora mengatakan nya dengan tegas pada Pria itu yang bahkan mencoba berdiri dengan sakit.
“Hentikan itu!” Leandra mencoba mendorong tubuhnya dari depan untuk menjauh tapi Tora seperti terbawa emosi. Apalagi Pria itu mengatakan sesuatu. “Kalau begitu, kenapa tidak bunuh aku sekarang.”
Tora mengepal tangan menandakan dia benar-benar akan kesal.
Tapi dia mendengar Leandra. “Bajingan!! Sudah ku bilang berhentilah!” teriaknya dengan kesal sekaligus ketakutan karena dia sudah kehilangan cara membuat Tora mendengarkan nya.
Lalu Dia mendadak merasakan Tora memegang pinggang nya dengan otot tangan yang masih terlihat sambil menunjuk Pria itu dengan tegas. “Urusan ku dengan mu belum selesai brengsek!! Dengar itu!! Berani menyentuh nya lagi, aku akan—
“Tora!!” Leandra berteriak, dia menjauh dari Tora kemudian menarik tangan nya sekuat tenaga membuat Tora tertarik tubuhnya hingga mereka kembali ke motor.
Mereka naik seperti tadi tapi Leandra merasa bahwa Tora menatap terus ke arah pria tadi hingga Leandra memegang helmet nya dan menurunkan nya untuk menurunkan pandangan Tora juga. “Hentikan itu, jangan menatap nya terus, aku mau pulang,” dia menatap kesal.
“Kau seharusnya berlari tanpa melihat ke belakang dan jangan mencegah ku,” Tora menatap.
“Dia tercekik dan akan mati, kau pikir kau tidak akan membunuh seseorang malam ini... Kau pikir kenapa aku menghentikan mu!” Leandra menatap tajam.
“Kau ketakutan jika aku membunuh nya? Kau pasti tidak mengerti, dia tidak akan melepaskan mu begitu saja nantinya, dan inilah yang aku maksud soal tetap berada di dekat ku,” Tora kini memasang nada serius.
Leandra hanya diam dengan tatapan tajam. “Sudah? Sudah selesai? Cepat jalankan,” dia menatap kesal dan tak mau tahu, kemudian membelakangi Tora.
Tora terdengar menghela napas panjang lalu memegang perut Leandra dan menyalakan motornya, kemudian mereka menjauh dari tempat itu.
Angin yang begitu dingin membuat Leandra terus menggigil tapi dia memastikan dia tidak akan masuk angin karena perutnya di pegang oleh Tora dengan tangan panasnya.
Leandra menahan kegelian itu dari tadi hingga ia melihat ke arah apartemen nya, melihat wanita tua membawa koper di depan pintu besar apartemen.
“Oh, itu Nenek, Tora, berhenti, kita sudah sampai!” kata Leandra lalu Tora menghentikan motornya dan Leandra mengangkat tangan Tora dengan gemetar mencoba kuat lalu keluar dari motor duluan membuat Tora terdiam.
“Nenek,” Leandra memanggil wanita tua itu yang merupakan Nenek nya. “Leandra, kenapa malam malam begini keluar? Paman mu akan marah jika melihat ini,” Neneknya menatap tak percaya.
“Maaf Nek, aku baru saja kembali bekerja dan rupanya sampai malam, aku tidak akan mengulangi nya lagi, ngomong-ngomong, apa yang Nenek bawa?” Leandra menatap koper itu.
“Oh, ini bisa tolong bantu aku Sayang, aku akan naik lift barang di apartemen ini, tolong antarkan koper ini ke apartemen ku, sekalian kamu kembali ke sebelah,” kata Nenek nya.
“Tentu, aku akan melakukan nya,” Leandra memegang koper itu dan mengangkatnya tapi ia terkejut karena koper itu sama sekali tak terangkat, dengan kata lain, koper itu berat atau dia tidak kuat mengangkat.
“Baiklah, terima kasih,” Nenek nya berjalan masuk duluan.
“Uh, ini berat,” Leandra mencoba mengangkatnya tapi mendadak satu tangan besar mengambil bagian pegangan koper itu dan mengangkatnya membuat tangan Leandra ikut terangkat ke atas membuat suasana terdiam karena yang melakukan nya adalah Tora di belakang Leandra, sepertinya dia mematikan motornya dan mendekat ke Leandra tadi dengan masih menggunakan helmet nya.
“Kubantu,” kata Tora.
Leandra tampak terdiam, dia agak ragu bahkan melirik kesal hingga ia membuang wajah. “Baiklah,” dia berjalan masuk duluan tapi ia berhenti terkejut ketika melihat tangga di depan nya sangat gelap tanpa adanya lampu.
Bahkan tubuhnya mulai gemetar membuat Tora menatap nya, Tora berpikir sebentar dengan koper yang ada di bahunya karena dia mengangkat koper itu di bahunya.
Lalu berjalan duluan melewati Leandra yang menatap nya, Tora rupanya menyalakan lampu membuat tangga lantai satu itu terkena sinar lampu yang ia nyalakan membuat Leandra terdiam dengan menghela napas panjang.
“Terima kasih,” dia menatap, ia melewati tangan Tora yang masih terulurkan saklar lampu dan berjalan duluan, dia melakukan hal yang sama seperti Tora. Menyalakan lampu di setiap tangga yang mereka lewati dan dia terus berjalan duluan dengan kesunyian di antara mereka hingga sampai dimana Leandra berhenti berjalan di depan apartemen lantai 5.
“Baiklah, sudah sampai, turunkan saja di sini,” tatap Leandra. Lalu Tora menurunkan kopernya dari bahunya.
“Lalu apa?” tatapnya.
“Nenek akan datang mengambil kopernya dan memasukan nya sendiri, dan aku akan masuk ke sini,” Leandra menunjuk pintu sebelah membuat Tora terdiam bingung. “Kau tidak tinggal dengan nya?”
“. . . Orang tua ku meminta ku untuk mandiri...” Leandra membalas dengan wajah yang cemas dan agak khawatir membuat Tora berpikir bahwa Leandra memiliki masalah soal keluarganya.