NovelToon NovelToon
Agensi Detektif Hantu

Agensi Detektif Hantu

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Matabatin / Dikelilingi wanita cantik / Kumpulan Cerita Horror / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Eko Arifin

Apakah anda mengalami hal-hal tak wajar disekitar anda?

Seperti suara anak ayam di malam hari yang berubah menjadi suara wanita cekikikan? Bau singkong bakar meskipun tidak ada yang sedang membakar singkong? Buah kelapa yang tertawa sambil bergulir kesana-kemari? Atau kepala berserta organnya melayang-layang di rumah orang lahiran?

Apakah anda merasa terganggu atau terancam dengan hal-hal itu?

Jangan risau!

Segera hubungi nomor Agensi Detektif Hantu di bawah ini.

Kami senantiasa sigap membantu anda menghadapi hal-hal yang tak kasat mata. Demi menjaga persatuan, kesatuan, dan kenyaman.

Agensi Detektif Hantu selalu siap menemani dan membantu anda.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eko Arifin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 6 - Kasus Selesai

Ardian dan pak Santosa terlihat sedang duduk di kuri depan rumah setelah menyelesaikan permasalahan dengan Kinanti.

Tersimpan kegelisahan di dalam hati pak Santosa yang membuatnya sedikit kurang nyaman, dan Ardian pun dapat melihatnya dengan jelas.

"Ada apa ya pak? Kok kelihatan kurang nyaman duduknya? Apa tentang masalah dengan Kinanti?".

"Iya mas... saya takut keputusan ini membuat saya dan sekeluarga dekat dengan kemusyrikan..." tukas pak Santosa.

"Di sisi lain, saya juga kasihan jika Kinanti nanti di salah gunakan oleh orang-orang salah dan mementingkan diri mereka sendiri." lanjutnya pelan.

Ardian mengangguk, memahami kegelisahan pak Santosa, sebab itulah dia mendirikan Agensi Detektif Hantu. Di satu sisi untuk memecahkan masalah mistis.

Di sisi lain juga mengedukasi orang-orang perihal masalah ini agar mereka tidak memiliki ketergantungan dengan dukun dan orang pintar.

Karena sesungguhnya, keimanan hamba Tuhan bisa di gunakan sebagai senjata utama melawan bangsa ghoib.

Meskipun keimanan mereka itu tipis, setipis tisu yang di belah menjadi tujuh bagian.

Demi meluruskan kegelisahan pak Santosa, Ardian coba menjelaskan dengan sesuatu yang bisa di lihat dari sisi logika.

"Hmm, saya boleh bertanya pak?"

"Iya mas, silahkan..."

"Apa bapak merasa bahwa segala rejeki, keselamatan dan kesehatan yang bapak dan keluarga dapatkan itu dari Kinanti?".

"Tentu saja tidak mas karena hanya Allah Ta'ala lah Maha Pemberi segala kenikmatan dan pertolongan di dunia ini."

"Betul pak... Tuhan itu adalah pihak pertama di dalam kehidupan, manusia seperti keluarga dan teman-teman itu adalah pihak kedua, sedangkan Kinanti dan sebangsanya adalah pihak ketiga."

Ardian berhenti sejenak sebelum melanjutkan, "Jadi bapak harus yakin bahwa segala kenikmatan dan pertolongan itu datang dari pihak pertama sedangkan pihak kedua dan ketiga hanyalah perantara saja."

"Tetap saja saya gelisah mas..."

"Kita anggap saja ini sebagai ujian dari Tuhan demi menguji keimanan bapak dan sekeluarga, karena saya pun tidak tahu tentang takdir dan ketentuan-Nya. Lebih baik berprasangka baik kan pak?".

Pak Santosa berpikir sejenak dan senyum kecilnya pun terlihat, "Benar juga apa yang mas Ardian katakan, kok saya gak kepikiran sampai ke situ ya?".

Melihat pak Santosa tersenyum saat kegelisahannya menglihang, Ardian pun ikut tersenyum juga.

"Namanya juga manusia tempatnya lalai pak. Kita hanya bisa saling mengingatkan satu sama lain." ucap Ardian pelan.

Pak Santosa sedikit takjub dengan pemikiran Ardian karena jarang sekali dia temukan pemuda sepertinya.

Pergaulan bebas anak-anak muda jaman sekarang yang semakin gencar, membuatnya sedikit khawatir dengan putrinya yang baru beranjak ke ranah mahasiswa.

Pikiran itu kemudian di tepis pak Santosa saat mendengar suara lembut yang sangat familiar.

"Assalamualaikum!"

"Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh." jawab pak Santosa.

"Semoga keselamatan terlimpahkan juga kepadamu." jawab Ardian.

Di depan gerbang masuklah seorang gadis muda yang memakai hijab dan rok panjang berwarna cokelat serta pakaian yang tertutup.

Gadis itu memiliki wajah yang bulat oval dan bersih dengan hidung yang sedikit mancung, bola matanya indah bagaikan permata hitam dan memiliki perawakannya yang tidak terlalu pendek ataupun tinggi.

Suaranya yang lembut bagaikan angin sepoi-sepoi membuat Ardian keheranan karena seperti pernah melihat gadis ini.

"Oh, ada tamu toh?".

"Hush, gak sopan kamu, Imah, baru juga pulang, salaman sama bapak atau gimana gitu. Kok malah liatin tamu." ucap pak Santosa yang ternyata gadis itu adalah anak perempuannya.

"Hehehe, maaf pak, keceplosan tadi." sahutnya pendek sebelum bersalaman dengan sang ayah dan mencium punggung tangannya.

Gadis bernama Imah itu pun masih menatap Ardian sebentar sebelum mengatakan, "Ya udah pak, Imah mau ganti baju dulu. Tadi banyak tugas di kampus...".

"Bentar, masnya mau kopi lagi gak? Soalnya saya masih ingin melanjutkan obrolan kita tadi."

"Air putih saja pak, kan tadi sudah."

"Ya sudah, Imah, tolong kasih tahu ibu suruh buatin kopi sama air putih ya. Jangan lupa camilannya."

"Ya elah pak, kenapa gak nyuruh sendiri aja? Cuma bentaran doang."

"Ampun dah, gak baik teriak-teriak nyuruh ibu, lagian bapak juga masih mau nemenin masnya di sini. Gak baik ninggal tamu..."

"Iya deh iya, tapi Imah ganti baju dulu."

"Sip, memang kaulah anak bapak yang paling cantik." ucap pak Santosa dengan senyum kecilnya.

"Dih, kan memang cuma Imah anak gadis bapak, dek Galang kan cowok. Bapak ini ada-ada saja."

Pak Santosa terkekeh mendengar sahutan anak gadisnya, "Ya udah, masuk sana dan ganti baju. Jangan lupa kasih tahu ibu ya."

"Iya pak..." Imah pun masuk ke dalam rumah.

"Tumben-tumbenan bapak deket sama orang baru, tapi kok kayaknya pernah lihat tuh cowok. Tapi dimana?" guman Imah dalam hati.

Dalam besit Ardian, dia sedikit cemburu melihat kedekatan sang ayah dan anaknya tetapi pikiran itu segera ia tepis jauh-jauh.

Setelah itu pak Santosa dan Ardian pun berbincang-bincang selama beberapa menit sebelum berhenti sejenak saat Imah keluar dengan membawakan kopi hitam dan segelas air putih dan menghidangkannya.

"Widih, tumben banget anak gadis bapak mau nganterin minum buat tamu. Ada apa nih?" goda pak Santosa yang tahu Imah terus memandangi Ardian dari tadi.

"Pengen aja pak, emang gak boleh?" jawab Imah pendek.

"Boleh dong pake banget." ujar pak Santosa.

Ardian pun terkekeh melihat kedekatan keluarga mereka sebelum ia menjadi canggung karena Imah menatapnya lagi dengan tajam.

"Burry the light deep within~🎶!"

Smartphone Ardian berdering dengan keras membuatnya sedikit terkejut sebelum membuka hpnya dan melihat panggial suara masuk dari Putriani.

"Pak maaf, saya angkat telfon dulu ya." pak Santosa menanggukan kepalanya dan melihat Ardian berjalan agak menjauh sebelum menerima panggilan tersebut.

"Iya put, gimana?"

"Elu dimana? Rendy udah nungguin dari tadi di sini. Katanya ada job yang butuh bantuan elu."

"Kalau Rendy butuh gue berarti job yang di kasih agak berat kayaknya. Gue langsung ke kantor..."

"Jangan lama-lama. Kata Rendy, harus survey lagi ke tempat kejadian hari ini juga."

"Iya gue paham. Suruh Rendy buat nyantai sama ngopi-ngopi dulu."

Ardian menutup telepon dan kembali duduk di samping pak Santosa yang di temani anaknya Imah.

"Maaf pak, saya harus pamit undur diri karena ada pekerjaan di tempat lain."

"Oh begitu ya. Padahal saya masih ingin ngobrol mas." tukas pak Santosa.

"Di lain waktu bila Tuhan berkehendak saya berada di daerah ini, saya akan mampir lagi pak."

"Bener loh mas. Kapan-kapan mampir kesini ya... Imah tolong panggilin ibu, ini mas Ardian mau pamit." pinta pak Santosa.

"Iya pak." Imah pun masuk ke ldalam rumah dan beberapa saat kembali keluar bersama sang ibu.

"Bu, saya mau pamit pulang dan terima kasih banyak atan jamuan serta hidangannya... malah saya jadi ngerpotin." ucap Ardian sebelum menjabat tangan si ibu.

"Gak ngrepotin kok mas. Kapan-kapan mampir lagi ya..." balas si Ibu.

"Iya ibu, jika Tuhan berkehendak..."

Kemudian si ibu menyerahkan amplop cokelat kepada pak Santosa sebelum ia memberikannya kepada Ardian.

"Mas, saya sangat berterima kasih atas bantuannya. Ini ada rejeki dari kami sekeluarga, mohon diterima ya..."

Ardian pun memang akan mematok harga atad jasanya tergantung dari kesulitan masalah dari para klein, meski begitu, jika mereka tidak mampu, dia rela memberikan jasanya secara gratis.

Saat menerima amplop tersebut, Ardian langsung mengetahui jumlah uangnya dan membuatnya keheranan.

"Maaf pak, bukan maksud saya untuk lancang tapi ini terlalu banyak. Sebenarnya masalah Kinanti bisa di selesaikan sendiri oleh pak Santosa sekeluarga karena ini murni kesalahpahaman." ucap Ardian.

"Tidak mas, karena itu harga patokan orang pinter yang bapak undang kemarin..." balas pak Santosa.

"Saya ambil sedikit aja pak." ucap Ardian mengembalikan amplopnya tetapi pak Santosa menolak dengan halus.

"Kami sekeluarga ikhlas memberikan uang ini. Tolong di terima ya..." ucap pak Santosa sebelum melanjutkan.

"Kita sangat terbantu dengan kehadiran mas Ardian, hingga memberi kami nasehat untuk tetap berpegang teguh kepada Allah." ucapnya lagi.

"Iya mas, kita jadi tahu bahwa kita tidak perlu takut dengan mereka... semoga dengan uang ini usaha mas Ardian bisa berkembang." sahut si ibu.

"Ini ada apa ya?" tanya Imah.

"Nanti bapak jelaskan di dalam..." jawab pak Santosa.

Ardian menghela nafas karena berat untuk menerima uang, tetapi pak Santosa dan sekeluarga tetap kekeh untuk memberikannya.

"Terima kasih banyak bu, tetapi sebelum itu..."

Ardian mengeluarkan buku nota dan pulpen, sebelum menuliskan sesuatu dan menyodorkan buku itu kepada pak Santosa.

"Tolong tanda tangan di sini pak sebagai bukti sekaligus sebagai jaminan jika kedepannya Kinanti berulah lagi, kami siap membantu tanpa di pungut biaya. Ingat pak, kuitansi ini tidak ada masa habisnya..."

"Baiklah..." ucap pak Santosa sambil menandatangani buku tersebut.

Ardian memberikan satu lembar bukti tersebut untuk pak Santosa, satu lembar lainnya di simpan sendiri, dan satu lembar lagi untuk di simpan di kantor sebagai laporan.

"Saya pamit undur diri, pak, bu, karena waktu sudah mendekati magrib. Sekali lagi terima kasih telah menyambut saya dengan baik..."

"Iya mas, sama-sama, hati-hati di jalan ya..." ucap pak Santosa.

Ardian tersenyum kecil sebelum mengatakan, "Semoga keselamatan terlimpahkan kepadamu."

Pak Santosa berserta istri bingung dengan ucapan Ardian tetapi tidak degan Imah.

"Waalaikum salam." balas Imah juga dengan senyuman.

Pak Santosa berserta istri pun tahu maksud Ardian dan membalas serentak, "Waalaikum salam."

Ardian melangkah keluar rumah dan mendekati supra khasnya di pinggir jalan dan memakai helm sebelum menghidupkan motornya.

Pletak!

"Anjir!"

Sebuah batu krikil mengenai helmnya dengan keras, membuat Ardian melihat kearah rumah pak Santosa dan melihat tangan putih pucat yang tembus dari dalam dan mengacungkan jari tengah.

Ardian geram karena yang melempar kerikil tadi tidak lain adalah Kinanti.

"Lihat aja besuk kalau gue mampir, bakal tak jitak tuh dahi sampe bonyok!"

Sementara di rumah pak Santosa, mereka masih keheranan dengan apa yang di ucapkan Ardian.

"Mas Ardian ucap salam kok gak pake bahasa arab ya pak?" tanya si ibu.

"Bapak juga gak tahu ibu..."

"Mungkin masnya non-muslim kali, pak, bu, jadi gak kaya kita kalau salam." ucap Imah.

"Oh begitu, tapi bapak salut lho sama ilmu dan pendirian dia. Meski bukan muslim tetep salam sama kita..."

"Iya pak, bahkan dia nasehatin kita buat gak perlu takut sama Kinanti dan sebangsanya."

"Emang ini ada apa ya?" tanya Imah yang bingung dari tadi.

"Bapak akan ceritain semuanya di dalam... tentang mas Ardian dan makhluk lain yang tinggal di sini."

Pak Santosa berserta keluarga masuk kedalam rumah karena waktu juga udah mulai memasuki waktu magrib.

1
Keyz Gholant
buhul itu apa Thor
Keyz Gholant: Ah gitu, ok catat
Eko Arifin: Media magic, atau perantara yang berbentuk padat, untuk mengalirkan mantra2, ilmu2 ghaib dan makhluk ghaib.

Bentuk macam2, bisa berupa batu akik, paku, jarum, kain kaffan, dll, tergantung tujuan penanamnya.
total 2 replies
maska andi pradana
Seru tapi updatenya agak lama bikini penasaran
yanti
,
Keyz Gholant
kayak mau daftar Akmil 🤧
Keyz Gholant: Fokus berkarya aja bre nanti rame sendiri
Eko Arifin: Masih berusaha. Sekalian promosi biar up viewnya, tertelan dan tertekan oleh buku yang ada.

Sekarang susah cari pembacanya. (Info dari akun orang lain)
total 4 replies
Leona Night
makin seru nih kisahnya. update donk/Drool/
Eko Arifin: Makasih kak /Pray//Pray//Pray/
total 1 replies
Rosy
itu seram
Tenth_Soldier
morning coffee
Tenth_Soldier
gendruwo nya kayak sakti banget ada nyala apinya
Eko Arifin: Penjelasan lebih lanjut di chapter selanjutnya bre. Makasih udah mampir!
total 1 replies
Tenth_Soldier
Yo, ngopi² dulu
Eko Arifin: Siap mas bro 🔥
total 1 replies
Tenth_Soldier
ayo semangat ngopi² dulu lah
Eko Arifin: Makasih banyak bro atas dukungannya 👍
total 1 replies
Leona Night
Bagus ceritanya /Heart/
Eko Arifin: Terima kasih kak 👍 Semoga betah disini
total 1 replies
Tenth_Soldier
ngopi² dulu lah
Eko Arifin: Kopi hitam tanpa gula! Aaaaahhhh! Mantap coeg!
total 1 replies
Tenth_Soldier
Semangat!
Eko Arifin: Siap abangku 🔥
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!