Cinta Di Ujung Nestapa

Setelah kepergian Arka dan Raina, Freya dan Alexander, melepaskan ciuman mereka keduanya saling menatap dengan penuh cinta.

" Al, maafkan atas kejadian tadi A...aku tak menyangka jika akan bertemu dengan Arka disini, aku sungguh menyesal atas kejadian ini"

Alexander membelai wajah Freya ditatapnya gadis yang sudah berhasil mengukir namanya di lubuk hati seorang Alexander Bhaskara dengan tatapan penuh kasih sayang dan juga memuja.

" Sudah jangan kau pikirkan lagi tentang kejadian tadi, sekarang pikirkan saja tentang kita , bukan yang lain"

" Al, kau tidak marah,atau tersinggung dengan semua yang dikatakan Arka?"

" Tidak, aku tak mau memikirkan hal yang tidak penting, aku hanya ingin memikirkanmu saja , itu lebih membuatku bahagia dan lebih mengasyikkan "

" Al, kau tidak berpikiran yang macam-macam kan tentangku?"

Freya menatap horor Alexander ia menatap dirinya sendiri dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada dengan membulatkan mata menatap wajah Alexander yang malah terbahak-bahak dengan tingkah Freya.

" Hahaha, apa yang kau pikirkan Nona? aku bukan laki-laki seperti yang kau pikirkan itu, sudah kita pulang saja"

" Habisnya kau membuatku berpikiran macam-macam "

" Apa jangan-jangan kau mau aku berbuat macam-macam?"

" Al...kau ini "

Freya meraih tas dan ponselnya tidak lupa dengan buket bunganya yang kembali ia peluk ditangannya, Alexander tertawa senang melihat sikap kesal dan malu-malu yang ditunjukkan Freya membuat dirinya gemas sendiri.

Alexander membayar makanannya tadi kemudian segera mengejar Freya yang berjalan ke arah basement di ikuti para pengawalnya.

" Sayang, tunggu aku"

Freya berbalik dan tersenyum melihat Alexander yang sedang berlari ke arahnya dengan senyum bahagia.

Malam menjelang, saat ini Freya tengah duduk menonton TV dengan laptop yang ia letakan di meja sementara ia duduk beralaskan karpet tebal yang membuatnya merasa nyaman , tak lupa kopi dan beberapa cemilan yang menjadi temannya menonton TV sembari memeriksa pekerjaannya di laptop.

" Kau sedang apa Frey?"

" Kakak tidak lihat aku sedang nonton TV?"

" Ya Tuhan, jutek amat"

" Apaan sih Kak Dirga ini "

Dirga duduk di dekatnya ia baru saja kembali dari kantor bersama Yuda.

" Selamat malam Nona"

" Malam Kak Yuda, sudah ku bilang jangan panggil aku Nona kalau kita sedang dirumah cukup panggil namaku saja seperti Kak Dirga"

" Maaf Nona, saya belum terbiasa "

" Makanya biasakan"

" Baik Nona, emh ... maksud saya Freya"

" Nah begitukan lebih enak di dengar "

" Kak Dirga dan Kak Yuda sudah makan malam belum?"

" Sudah tadi kami makan malam bersama klien kita "

" Oh ya sudah, kalian mau kopi?"

" Kopi lagi"

" Iih Kak Dirga ini , aku cuma menawarkan kalau mau syukur , kalau tidak ya jangan "

" Dasar jutek"

" Biarin "

Dirga mengguyar rambut Freya dengan penuh kasih sayang.

" Tadi siang Kakak lihat kau pergi dengan Alex?"

" Iya,kami pergi makan siang bersama "

" Kakak senang kau dan Alex semakin dekat, apa kau masih mencintai Arka?"

Tiba- tiba Dirga menanyakan sesuatu yang membuat Freya terdiam , Yuda juga ikut duduk di sisi Dirga dan ia juga turut ingin mendengar jawaban Freya.

" Kak, tadi siang saat kami berdua di restoran kami bertemu dengan Arka dan Raina" ucap Freya dengan raut wajah berubah sedih.

" Apa kau bilang? Kalian bertemu dengannya?"

" Iya Kak "

" Lalu apa yang terjadi?"

Freya menceritakan kejadian yang ia alami tadi siang saat bertemu Arka dan Raina juga tentang hubungannya dengan Alexander yang kini telah resmi menjadi sepasang kekasih.

" Arka benar -benar keterlaluan" ucap Dirga Yuda mengangguk tanda setuju dengan apa yang dikatakan Dirga.

" Tapi Kakak senang kau dan Alex sudah memastikan perasaan kalian masing-masing, Kakak hanya ingin melihatmu bahagia Frey, apa boleh Kakak tanya satu hal padamu?"

" Apa itu Kak?"

" Frey, apa kau sungguh -sungguh mencintai Alexander, atau kau hanya ingin membalas perbuatan Arka dan memanfaatkan Alexander?"

Dirga menatap Freya ia ingin mencari kejujuran dari adiknya itu.

Freya terdiam dan tertunduk di lihatnya buket bunga yang di berikan oleh Alexander dan ia simpan di samping TV , bunga itu menjadi saksi pengakuannya tadi kepada Alexander.

Freya mengingat semua yang telah terjadi tentang Arka dan semua mimpi dan juga janji yang di berikan Arka, namun semua itu kini seolah telah hilang dalam hatinya dan juga rasa sakit yang sempat ia rasakan itu kini telah hilang begitu saja.

Kini dalam hati dan pikirannya hanya ada Alexander dan hanya namanya saja yang kini seolah telah menyatu dalam jiwa dan sanubarinya.

" Entahlah apa yang kurasakan ini cinta atau bukan Kak?"

" Apa maksudmu Frey?"

" Kak Dirga, saat ini yang aku rasakan hanya ingin bersama Al, dia seolah menjadi candu bagiku, baru beberapa jam saja aku tak melihat atau mendengar suaranya aku menjadi sangat rindu, kadang aku juga ingin menangis saat tak ada kabar darinya, dengannya aku merasa begitu bahagia dan aku juga merasa begitu dicintai aku mendapatkan kenyamanan saat bersama Alexander.

" Frey, kau sudah jatuh cinta pada Alexander!"

" Begitukah? Jika memang benar ini adalah cinta, maka di dunia ini aku hanya ingin bersama Al "

" Kau tidak seperti ini Frey saat bersama Arka, Kakak yakin kau benar-benar mencintai Alexander "

" Kakak jangan terus menerus meledekku kenapa sih ? Kakak selalu saja meledekku Kak Dirga kurang kerjaan apa?"

" Kakak hanya senang melihatmu bahagia Frey "

" Senang meledek"

" Ya seperti itulah "

" Kakak, ih ...sebel deh"

Freya mencebikan bibirnya membuat Dirga dan Yuda tertawa terbahak-bahak melihat wajah Freya yang sengaja memasang wajah cemberutnya.

" Sudah ah, kalian sengaja membuatku kesal"

" Memang...

" Kak Dirga, Kak Yuda awas ya kalian aku akan menghukum kalian dengan memberikan pekerjaan banyak"

" Ampun Nona Muda "

Dirga mencubit kedua telinganya sendiri mendengar ancaman Freya.

" Kak Dirga, awas ya"

Freya mengejar Dirga dengan memegang bantal di tangannya untuk ia pukul atau ia lemparkan ke arah Dirga dan juga Yuda, malam itu menjadi ramai karena ulah ketiganya yang saling mengejar setelah menjaili Freya.

Pelayan dan para penghuni rumah menjadi penasaran dengan suara kegaduhan di dalam rumah, begitu juga dengan pengawal yang mengira ada sesuatu yang terjadi atau ada seseorang yang berusaha masuk ke dalam rumah.

Rupanya sang pemilik rumah yang sedang membuat kegaduhan.