Mandalika, gadis Indonesia dari keluarga berkecukupan, mengalami trauma masa kecil setelah diculik gurunya. Akibat dari penculikan tersebut, Ia dikurung selama bertahun-tahun lamanya. Tepat saat usianya memasuki 23 tahun, Mandalika dibebaskan, namun perilakunya membuat Kedua orangtuanya mengirim paksa putri tunggalnya ke Korea Selatan.
Di sana, Mandalika menjadi bintang kampus dan menarik perhatian Kim Gyumin. Bertemu dengan perundung berhati dingin bernama Park Ji Young, mahasiswi angkuh, mengancam Ia dengan bukti kejam, memaksa Mandalika meninggalkan Korea dengan rasa trauma yang membekas.
Sebelum kepergiannya, Mandalika mendapat dukungan dari Hwang In Yeop, pekerja di Apartemen tempatnya tinggal. Perasaan Kim Gyumin terungkap dan melalui malam terakhir mereka bersama.
Sekembalinya ke Indonesia, Mandalika memulai hubungan dengan Zoo Doohyun setelah tiga tahun berlalu. Dan kembali ke Korea menghadapi cinta segi empat yang rumit dengan Kim Gyumin, Zoo Doohyun, serta Hwang In Yeop
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lalarahman23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5: Perundung kejam.
Pagi ini dimulai dengan bayangan masa laluku di Indonesia yang muncul tiba-tiba, mengingatkan kembali pada percakapan yang tidak pernah ingin kuingat lagi.
"Kamu adalah teman yang terburuk, dia meninggalkanku karena suka padamu!" Bentak Jenny, suaranya menggema dalam pikiranku.
"Aku bahkan tidak mengenal pacarmu, Jen! Kenapa menyalahkanku?" Tanyaku, mencoba mengendalikan emosiku.
"Kesalahanmu berada di wajahmu itu!" Bentak Jenny lagi, sebelum memutuskan panggilan telepon dengan marah.
"Wajahku kenapa, Jen?" Tanyaku, merasa bingung dan terluka.
Aku terhenti sejenak, menarik napas panjang dan menenangkan pikiranku. "Mereka menyalahkanku karena pacarnya yang kurang ajar, itu jelas bukan kesalahanku! Dasar!" gumamku dengan sedikit kesal, merasakan ketidakadilan yang mereka timpakan padaku. Sembari melangkah lebih dalam ke taman, aku merasakan tatapan orang-orang di sekelilingku yang tak henti-hentinya memperhatikan.
Seperti biasa, taman kampus menjadi tempat pelarian. Namun, hari ini, bisikan-bisikan yang mengiringi langkahku terasa lebih tajam. Beberapa orang memandangku dengan kagum, sementara yang lain berbicara di balik tangan mereka, penuh dengan prasangka.
"Dia terlihat sangat angkuh! Bahkan dia tidak sudi berteman dengan orang lain," ucap Kim Tae Ri, mengamati gerak-gerik Manda dengan tatapan tajam.
"Mereka terlalu berlebihan," sahut Park Ji Young.
"Benar! Aku sama sekali tidak menyukainya," sambung Tae Ri, menambahkan nada kebencian dalam suaranya.
"Dia terlihat lemah," komentar Kim Yi Kyo, matanya menyipit saat menilai.
"Mau menghampirinya?" tanya Ji Young dengan senyum liciknya, memperhatikan reaksi teman-temannya.
"Ayo, aku mau!" sahut Tae Ri antusias, mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
Mereka pun berjalan ke arah Manda dengan niat yang jelas tergambar dari gerak-gerik mereka. Tae Ri, tanpa basa-basi, merebut buku yang sedang di bacanya.
"Apa yang kau lakukan? Mencari perhatian?" tanyanya sinis.
"Mau apa sih? Nggak sopan banget!" tanyaku, mencoba tetap tenang meskipun hatiku mulai berdegup kencang.
Yi Kyo memberi isyarat kepada Ji Young untuk duduk di sebelah Manda. Ji Young, dengan gaya angkuhnya, melangkah mendekat dan duduk dengan menyilangkan kakinya.
"Kau siapa?" tanya Ji Young, memandang Manda dari atas ke bawah dengan sikap meremehkan.
"Kalian sekumpulan perundung?" tanyaku, melepaskan senyum tipis yang penuh arti ke arah mereka.
"Beraninya kau...," bentak Tae Ri, tangannya terangkat hendak menampar Manda, namun dihentikan oleh Ji Young.
"Park Ji Young! Seluruh pelajar di universitas ini segan padaku!" Ucap Ji young, angkuh.
Di sisi lain, Gyumin dan yang lainnya baru saja keluar dari gedung kampus, pandangan mereka tertuju pada Manda yang dikerubungi oleh tiga orang yang mereka kenal.
"Mereka ingin apa dengannya?" tanya In Woo, menunjuk ke arah taman.
"Kau harus segera bertindak!" saran Jun Ki kepada Gyumin.
Gyumin memperhatikannya dari kejauhan. "Mereka tidak pernah berubah!" geramnya, kemudian berjalan menghampiri.
Sementara itu, Doohyun juga ikut bergerak ke arah mereka, diikuti oleh teman-temannya.
"Ya, terus? Kau ingin aku segan denganmu?" tanyaku, mengalihkan pandanganku darinya.
Ji Young tertawa dan mendekat ke arah Manda. "Kau terlihat sangat menyebalkan!" bisiknya dengan tersenyum licik.
Namun, Doohyun tiba-tiba menarik tangan Ji Young dan membawanya pergi dari tempat itu. Seketika, Yi Kyo dan Tae Ri terkejut melihat Doohyun yang bertindak tegas.
"Jika terjadi sesuatu dengan Ji Young, kau harus bersembunyi!" ancam Yi kyo, lalu berjalan menghampiri Ji Young yang dibawa pergi, diikuti Tae ri yang menatap kesal ke arah Manda
"Dasar, tidak jelas!" gumamku pelan.
"Mereka menyakitimu?" tanya In Woo, duduk di dekat Manda dengan wajah khawatir.
"Mereka hanya datang dan berbicara omong kosong," jawabku dengan ketus.
"Jangan mendekatinya lagi!" perintah Gyumin dengan nada khawatir.
"Tidak akan, mereka hanya membuang-buang waktuku," sahutku, berusaha terlihat tegar.
Gyumin memperhatikan sekelilingnya. "Mengapa tidak menggunakan maskermu?"
Aku mengeluarkan masker dari saku bajuku dan memakainya, mencoba menyembunyikan perasaanku yang campur aduk.
Setibanya mereka di belakang gedung Kampus, Doohyun melepas genggamannya.
"Hey, kau juga tergila-gila dengan jalang itu?" tanya Ji Young, tersenyum sinis kepada Doohyun.
Doohyun berjalan mendekati Ji Young. "Kau ingin merundungnya?!" tanyanya dengan suara meninggi, mencoba menahan amarahnya.
Ji Young menghindari pandangan Doohyun. "Aku bahkan baru ingin memulainya! Kau tidak perlu berlebihan seperti ini," balasnya sambil tersenyum, kemudian menepuk kedua tangannya, matanya melebar.
"Tunggu, kau peduli? Wah... mengesankan sekali."
"Hentikan niat burukmu!" bentak Doohyun, namun Ji Young hanya menanggapinya dengan senyuman, berbalik dan meninggalkan Doohyun di sana.
...Taman....
"Aku akan pulang lebih awal," ujar Manda, berdiri dari tempat duduknya.
"Aku akan bersamamu," sahut Gyumin dengan tegas.
"Tidak! Aku ingin sendiri," jawabku, melangkah pergi meninggalkan mereka.
Gyumin meraih tangan Manda. "Aku akan menjumpaimu nanti!"
Aku melihat ke belakang, tersenyum kecil. "Tidak Gyu, aku ingin istirahat hari ini," jawabku, melepaskan tangannya perlahan.
"Berhati-hatilah, jangan biarkan seseorang mengganggumu!" Gyumin memperingatinya dengan serius. Aku mengangguk, lalu melangkah pergi.
Setelah kepergian Manda, Gyumin dengan segera mencari keberadaan Doohyun dan Ji Young.
Beberapa menit kemudian, Gyumin dan Doohyun bertemu di tengah jalan. "Di mana mereka?" tanya Gyumin dengan kesal.
"Jauhkan dia darinya!" perintah Doohyun dengan tegas.
"Aku harus memberikan tekanan kepada mereka," balas Gyumin dengan keras kepala.
"Itu hanya akan memperburuk keadaan," sahut Doohyun, mencoba menenangkan.
"Mereka mengganggunya!" bentak Gyumin dengan marah, namun akhirnya mengikuti Doohyun dan teman-temannya pergi.
...Pukul 05.00 Sore, Rumah Makan 올요/Ulyo....
"Wah, ini enak sekali!" seruku sembari menikmati sajian Tteokbokki hangat yang ada di depanku.
Saat tengah menikmati makanan, pandanganku tertuju ke arah luar dan melihat perundungan yang terjadi.
"Ck! Mereka merusak penglihatanku... mereka masih melakukan perundungan kepada teman sebayanya? Benar-benar kacau sekali," ocehku sambil memperhatikan mereka dari dalam rumah makan.
Para perundung itu semakin menjadi, mereka menendang dan memukuli seorang siswi SMP tanpa ada yang mencoba melerai. Aku semakin kesal dan berdiri menghampirinya.
"Kalian ingin membunuhnya?!" tegur Manda dengan suara yang meninggi, membuat mereka terdiam seketika saat melihatnya.
"Apa?!" bentakku, menatap mereka satu per satu.
Aku mengalihkan pandanganku ke arah gadis yang meringkuk melindungi wajahnya, lalu duduk dan memegang pundaknya.
"Kau terluka?" tanyaku dengan lembut.
"Kau mengenalnya?" tanya salah satu dari mereka, dengan tatapan tidak suka.
Aku berdiri dan menatap mereka semua. "Kenapa kalian memperlakukannya seperti binatang?!" geramku, merasa marah dan jijik dengan tindakan mereka.
Salah satu dari mereka yang bernama Kim Yoo Jin mendekati Manda, menatapnya dengan tatapan menantang. "Itu bukan urusanmu, pergilah!" usirnya dengan senyum licik.
...To be continued....