NovelToon NovelToon
Clara : Si Pendiam Yang Di Inginkan Banyak Orang

Clara : Si Pendiam Yang Di Inginkan Banyak Orang

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Mafia / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: LiliPuy

meski pendiam , ternyata Clara mempunyai sejuta rahasia hidup nya, terlebih dia adalah anak dari seorang petinggi di sebuah perusahaan raksasa,

namun kejadian 18 tahun silam membuat nya menjadi seorang anak yang hidup dalam segala kekurangan,

dibalik itu semua ternyata banyak orang yang mencari Clara, namun perubahan identitas yang di lakukannya , menjadikan dia sulit untuk di temukan oleh sekelompok orang yang akan memanfaatkan nya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiliPuy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

perjuangan peter

Peter berdiri tegap di tengah ruang makan megah karena telah sembuh dari luka tembakan yang telah dialami nya yang terletak di lantai dua rumah besar keluarganya. Pandangannya tajam dan tegas, seolah menantang puluhan pasang mata yang memandangnya penuh amarah dan kecaman.

"Bagaimana beraninya kau menolak usulan ayahmu sendiri, Peter?" Suara seorang pria paruh baya membelah keheningan, memecah ketegangan yang terasa di ruangan itu. "Kau tahu ini demi kebaikan semua orang. Para buruh pabrik itu tidak berguna lagi, kita harus—"

"Tidak, Om Edward," potong Peter, suaranya tegas dan lantang. "Usulan Ayah justru akan merugikan mereka. Mereka juga manusia, sama seperti kita. Mereka bekerja keras selama bertahun-tahun untuk perusahaan keluarga kita, dan sekarang kita akan mengamputasi mata pencaharian mereka tanpa memberikan alternatif yang layak?"

Seorang wanita paruh baya, yang duduk di samping Edward, angkat bicara. "Kita telah memberi mereka ganti rugi, Peter. Mereka seharusnya bersyukur. Perusahaan tidak bisa terus mempertahankan pabrik lama itu. Teknologi telah berkembang, dan otomatisasi adalah jalan menuju efisiensi."

Peter mengetatkan rahangnya. "Itu hanya akal-akalan Ayah dan kalian semua untuk memaksimalkan keuntungan. Tidak semua orang mampu beradaptasi dengan teknologi baru dalam sekejap. Banyak di antara mereka yang sudah tua dan hanya terbiasa dengan cara lama. Kita tidak bisa seenaknya menyingkirkan mereka dan menghancurkan kehidupan mereka!"

Suara Peter menggelegar di ruangan itu, dan kini semua mata tertuju padanya, penuh kemarahan. Edward berdiri, wajahnya merah padam karena marah. "Kau terlalu muda untuk memahami strategi bisnis, Peter. Kau pikir keputusan ini mudah bagi kami? Tapi kita harus kejam untuk tetap bertahan. Dunia ini kejam, dan kau harus—"

"Aku cukup dewasa untuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, Om. Aku menolak ikut serta dalam rencana ini. Aku akan melakukan apapun yang bisa kulakukan untuk membantu para buruh itu." Peter berkata dengan tegas dan yakin.

Edward mendesah, menggelengkan kepala. "Kau sangat membantah ayahmu sendiri, Peter. Apa kau tidak ingat bagaimana dia telah membesarkanmu menjadi pria yang kau hari ini? Dia telah memberikan segalanya padamu. Dan ini balasanmu?"

Tatapan Peter memanas, namun suaranya tetap terkendali. "Ayah memang telah memberikan banyak hal padaku, tapi itu bukan berarti aku harus setuju dengan setiap keputusannya. Kadang kita harus menentang orang yang kita cintai untuk melakukan hal yang benar."

Seorang pria bertubuh besar, yang duduk di ujung meja, ikut angkat suara. "Kau lupa tempatmu, anak muda. Ingat siapa kau dan siapa keluargamu. Jangan sampai kau dianggap pengkhianat oleh—"

"Cukup!" Peter memotong dengan tegas. "Aku tahu siapa diriku dan aku bangga akan hal itu. Tapi aku tidak akan membutakan mata terhadap ketidakadilan. Aku akan melawan, meski itu berarti melawan keluargaku sendiri."

Kemarahan Edward memuncak, wajahnya memerah. "Kau tidak tahu apa-apa, bocah sombong! Kau pikir kau bisa seenaknya—"

Tiba-tiba, suara berisik dan gemuruh menginterupsi pertengkaran mereka. Sebuah protes telah berkumpul di luar gerbang rumah itu. Suara massa membahana, penuh kemarahan dan menuntut keadilan.

Edward tampak terkejut dan marah. "Lihat yang kau sebabkan, Peter! Mereka berani mendatangi rumah ini dan—"

"Mereka hanya menuntut hak mereka, Om. Aku akan bicara dengan mereka." Peter berjalan menuju pintu, tatapannya serius dan teguh.

Edward mencoba menghalanginya. "Kau tidak akan pergi kemana-mana! Kau—"

Peter menepis tangan Edward dengan lembut namun tegas. "Biarkan aku yang menyelesaikannya, Om. Aku akan mencoba membuat mereka mengerti."

Tanpa menunggu persetujuan, Peter keluar dari ruangan, menuruni tangga, dan membuka pintu utama. Massa di luar terlihat marah, beberapa di antara mereka membawa spanduk dan papan yang bertuliskan tuntutan mereka.

Peter berdiri di ambang pintu, angkat tangan untuk meminta ketenangan. "Tolong dengarkan aku dulu," katanya dengan suara yang tegas namun tenang. "Aku tahu kalian marah, dan kalian berhak atas kemarahan itu. Tapi aku ingin kalian tahu, bahwa aku, Peter Vincent, putra sulung Conrad Vincent, berdiri di sini bukan sebagai musuh, tapi sebagai sekutu kalian."

Seorang pria paruh baya maju dari barisan massa, wajahnya penuh kerutan dan mata berbinar marah. "Kau anak Conrad Vincent? Kau pikir kami akan mempercayaimu? Keluargamu adalah sumber penderitaan kami!"

Peter menelan ludah, tapi tetap teguh berdiri di tempatnya. "Aku tahu, Pak. Dan karena itulah aku di sini. Aku tidak setuju dengan keputusan ayahku, dan aku ingin membantu kalian. Aku ingin mencari solusi yang adil untuk semua pihak."

Seorang wanita paruh baya meneriakkan, "Kami tidak butuh simpati dari keluarga kaya seperti kalian! Kami hanya butuh pekerjaan untuk menghidupi keluarga kami!"

Peter angkat tangan untuk menenangkan. "Aku mengerti, Bu. Itulah sebabnya aku ingin bekerja sama dengan kalian. Marilah kita duduk bersama dan membicarakan solusi yang terbaik. Aku yakin ada jalan keluar yang bisa menguntungkan kita semua."

Suara keraguan dan cemoohan bergemuruh di antara massa. Seorang pria muda, yang terlihat seperti mahasiswa, berteriak, "Kau pikir kami bodoh? Apa kau pikir kami akan percaya pada kata-katamu?"

Peter mengambil langkah maju, wajahnya serius. "Aku tidak mengharapkan kalian mempercayaiku sejak awal. Tapi biarkan aku menunjukkan niat tku dengan tindakan. Mari kita mulai dengan duduk bersama dan mendiskusikan masalah ini secara damai. Aku akan menjadi penjamin bahwa kalian akan diperlakukan adil."

Massa bergemuruh, beberapa orang tampak ragu-ragu, sementara yang lain masih penuh kecurigaan. Pria paruh baya yang sebelumnya bicara maju selangkah, tatapannya menyelidik. "Kau benar-benar akan membant kami, anak muda?"

Peter mengangguk, tegas. "Ya, Pak. Aku akan berdiri di pihak kalian. Aku akan memastikan bahwa perusahaan keluarga kami bertanggung jawab dan memberikan solusi yang adil. Mari kita mulai dengan berdialog."

Pria paruh baya itu tampak berpikir sejenak, lalu berbalik ke massa. "Baiklah, kita dengarkan apa yang ingin dia katakan. Kita tidak akan meraih apapun dengan kekerasan. Mari kita berikan dia kesempatan."

Suara riuh rendah bergemuruh di antara massa, tapi akhirnya mereka setuju untuk mendengar apa yang ingin Peter katakan. Peter memimpin mereka ke sebuah ruang pertemuan di dalam rumah besar itu, dan diskusi yang panjang dan intens dimulai.

Peter berbicara dengan penuh semangat, menjelaskan pandangannya tentang pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan dan perlunya solusi yang berkelanjutan. Dia menawarkan beberapa alternatif, termasuk pelatihan keterampilan baru, bantuan keuangan untuk memulai usaha kecil, dan kesempatan kerja di divisi lain dalam perusahaan.

Massa mendengarkan, beberapa orang masih skeptis, tapi yang lain mulai melihat kemungkinan. Diskusi berjalan panas, penuh argumentasi dan pertentangan, tapi Peter tetap teguh pada pendiriannya, menjawab setiap pertanyaan dan keraguan dengan sabar dan rasa hormat.

Malam telah jatuh saat diskusi akhirnya selesai. Massa meninggalkan rumah itu dengan perasaan campur aduk, tapi setidaknya ada secercah harapan. Peter berdiri di ambang pintu, melepas setiap orang dengan tangan yang kokoh dan tatapan yang ramah.

Pria paruh baya yang sebelumnya bicara menghampiri Peter, mengulurkan tangannya. "Terima kasih, anak muda. Kau telah memberikan kami secercah cahaya di tengah kegelapan ini. Aku harap kau serius dengan janji-janjimu."

Peter mengangguk, berjabat tangan dengan pria itu. "Kau bisa percaya padaku, Pak. Aku akan melakukan apapun yang bisa kulakukan untuk membantu kalian. Ini baru permulaan, masih banyak yang harus kita lakukan."

Dengan begitu, massa itu bubar, meninggalkan Peter sendirian di ambang pintu. Dia menarik napas dalam-dalam, merasakan beban berat di bahunya. Dia tahu perjuangan belum berakhir, tapi setidaknya sekarang ada kesempatan untuk perubahan.

Suara langkah mendekat memecah keheningan, dan Edward muncul di belakangnya. "Kau pikir kau telah melakukan hal yang benar, ya?" katanya dengan nada sinis.

Peter menoleh, tatapannya tajam. "Aku tahu aku telah melakukan hal yang benar, Om. Dan aku akan terus melakukannya, meski itu berarti menentang keluargaku sendiri."

Edward mendesah, menggelengkan kepala. "Kau sangat keras kepala, Peter. Kau tidak pernah mendengarkan nasihat dari orang yang lebih tua dan lebih bijaksana."

Peter menatap lurus ke mata Edward. "Kadang orang yang lebih tua dan lebih bijaksana itu salah, Om. Dan ketika itu terjadi, generasi muda seperti aku harus berdiri tegak dan melakukan apa yang benar."

Edward tertawa sinis. "Kau pikir kau bisa mengubah dunia sendirian, ya? Lihat saja nanti, dunia akan—"

"Aku tidak sendirian, Om," potong Peter dengan tegas. "Aku berdiri bersama mereka yang tertindas. Dan bersama, kita akan menciptakan perubahan."

Dengan itu, Peter meninggalkan Edward sendirian di ambang pintu, masuk kembali ke rumah besar yang kini terasa seperti penjara baginya. Perjuangannya belum berakhir, tapi dia bertekad untuk tetap berjuang, tidak peduli seberapa sulitnya jalan yang harus ditempuh.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!