NovelToon NovelToon
TUMBAL RUMAH SAKIT

TUMBAL RUMAH SAKIT

Status: sedang berlangsung
Genre:Tumbal
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Pita Selina

Sebuah pembangun rumah sakit besar dibangun depan rumah Gea, Via dan Radit. Tiga orang sahabat yang kini baru saja menyelesaikan sekolah Menengah Kejuruan. Dalam upaya mencari pekerjaan, tak disangka akhirnya mereka bekerja di rumah sakit itu.

Sayangnya, banyak hal yang mengganjal di dalamnya yang membuat Gea, Via dan Radit sangat penasaran.

Apakah yang terjadi? Rahasia apa yang sebenarnya disembunyikan para author? Penuh ketegangan. Ikuti misteri yang ada di dalam cerita ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pita Selina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tragedi

Kumenoleh dengan kesal. "Kau lagi ... kau lagi!" ketusku pada Radit.

Radit tertawa. "Kau mahu ke mana? Bagaimana dengan kabarmu?" tanyanya.

"Sebenarnya hal apa yang telah menimpaku, Radit?" tanyaku.

"Ck! Lagi-lagi kau bertanya tentang hal yang sudah kau ketahui. Kau terjatuh. Sudah tidak usah terus bertanya. Kau mahu kemana?"

"Aku ingin menghirup udara segar saja. Aku akan pergi ke puncak D."

Puncaknya kecil. Bentuknya seperti huruf D. Jadi, kami menyebutnya puncak D.

"Ya sudah ... kutemani saja."

"Bukankah kau harus menghapal biografi bahasa inggrismu itu? Sana ... selesaikan saja."

"Tidak mahu. Tahu beres saja. Tidak usah diambil pusing," jawabnya.

Kulirik dengan tatapan tajam. "Apa kau menyogok lagi? Lagakmu ... uangmu memang banyak tapi setidaknya kau harus pikirkan dirimu sendiri."

"Justru itu ... aku memikirkan diriku sendiri. Bebanku terlalu banyak. Beban ini yang paling membandel untuk dihilangkan."

"Pemalas sekali. Besar nanti kau akan menjadi apa?"

"Takdir tak akan bisa ditebak ... bisa saja jadi pengusaha muda atau mati muda?" ucapnya.

"Hidupmu terlalu bebas, begitu pun ucapanmu. Bisa tidak kah kau membuatku sedikit lebih tenang kalau kau sedang bersamaku?"

"Tidak."

****

Sore hari. Aku dan Radit duduk berdua di puncak itu. Menatap pembangunan gedung tua itu dari jauh. Menatap sekeliling orang-orang yang sedang memukul padi. Menatap orang-orang yang berlalu lalang.

"Kau merasa tidak bahwa pembangunan gedung tua itu cepat sekali?" ceplos Radit.

"Maksudnya?"

"Bodoh! Maksudnya, terakhir tadi sepulang sekolah aku melihat masih banyak daun yang menjalar."

"Daun yang menjalar sangat mudah dibersihkan. Pegawainya memang banyak. Jika kau yang menyelesaikannya sendiri mungkin bisa memakan waktu sepuluh tahun. Coba kau lihat." Aku menunjuk gedung itu. "Sebelah kanan dan bagian atasnya juga masih ambruk. Bangunannya masih hitam, atapnya masih bolong dan satu lagi, masih tak enak dipandang."

"Kurasa ada yang aneh ... Gedung tua itu kira-kira akan dijadikan apa ya?"

"Kata Ibu ... dulunya gedung itu kebakaran."

"Apa ada korban?" tanya Radit dengan serius.

"Ada ... kata Ibu Ia seorang nenek tua yang terjebak."

Radit langsung mengganti topik pembicaraan.

"Kau melihat Via? Ke mana Via?"

"Dia harus mengantar Ibunya pergi membeli ikan untuk adonan pempeknya."

"Kurasa sudah terlalu lama kita berdiam di sini. Bagaimana kalau kita memutuskan untuk pulang?"

"Tumben ... biasanya kau tak mau pulang dari sini. Ada apa?"

"Ck! Kau ini terlalu banyak bertanya, terlalu pemikir dan terlalu penasaran. Sudah hampir malam. Lagi pula, aku harus menghapal biografi itu."

"Serius kau menghapalnya?" ucapku, tercengang. "Harusnya aku membawa mendali untukmu."

"Berikan saja aku uang."

"Ck! Kau memang mata duitan."

CITTTT ...

BRUKKKK

Suara tabrakan yang begitu keras, suara teriakan orang-orang mulai terdengar. Ya .. tepat di bawah sana, di hadapanku.

Aku dan Radit langsung menoleh.

"Ada apa?" tanyaku seraya terkejut.

"Tabrakan di pertigaan ... kita harus ke sana!" teriak Radit. Ia langsung menuntunku untuk berlari menuju pertigaan itu.

"Tunggu aku Radit!"

"Ayo, perbesar langkahmu itu! Kita tidak boleh melewatkan situasi ini. Kita lihat apa yang sudah terjadi," ujar Radit seraya berlari.

Langkahnya begitu besar. Berbeda dengan langkahku.

"Aku lelah! Kau duluan saja!" kesalku.

"Tidak mahu. Aku ingin melihat berbarengan denganmu. Langkahmu payah sekali."

Hingga dideretan rumah-rumah, berbondong-bondong tetanggaku melihat kejadian itu.

"Apa yang telah terjadi?"

"Ada apa?"

"Terjadi kecelakaan!"

"Panggil ambulans!"

"Orangnya terlintas truk besar!"

"Panggil pemadam kebakaran!"

Situasi sangat huru-hara. Aku dan Radit semakin penasaran dengan apa yang telah terjadi.

Di dalam desakan orang-orang di sisi jalan aku dan Radit terus berdesakan, untuk melihat situasi itu.

"Permisi ...."

"Aku mau lihat."

Dan benar saja. Mobil truk bertabrakan dengan mobil pembawa bahan bakar kendaraan.

"Ya ampun! Darahnya bercucuran di mana-mana," ceplos Radit.

Melihat itu membuat perutku mual. "Ayo Radit, kita pulang saja!"

"Menjauh!" teriak seseorang dari jauh. "Mobilnya kemungkinan akan meledak."

Teriakan itu semakin membuat orang-orang semakin rusuh. Tentunya, desakan dari orang-orang itu membuat aku dan Radit berpencar.

"Radit! Tunggu!" teriakku.

Terdengar suara Radit dari kejauhan berteriak. "Gea! Berlarilah menjauh! Selamatkan dirimu, Gea!" teriaknya.

Kudengarkan sayup-sayup suara Radit sudah mulai menghilang. Tubuhku bergetar ketakutan. Desakan orang-orang membuatku terombang-ambing. Tak kenal menyerah, aku terus ikut berlari mengikuti arah arus dari desakan orang-orang yang mengarah pada arah rumah.

Aku terus mencari keberadaan Radit. Ya ... hatiku sedikit khawatir melihatnya. Kulihat Radit sudah jauh dariku, Ia sudah berada di depan sana. Radit pun terombang-ambing oleh desakan orang-orang.

Seseorang menginjak sandalku, hingga aku terjatuh dan tengkurap. Beberapa orang menginjak-injak tubuhku. Dengan cepat aku langsung melindungi kepalaku.

Tangisku mulai pecah. "Ibu ...."

"Aw! Aw! Hentikan! Tubuhku terinjak olehmu!" teriakku dengan kencang.

DUARRRRRR

Ledakannya begitu hebat. Mereka sudah tak lagi mendesakku dan menginjakku.

Dari atas berjatuhan tubuh-tubuh yang terkena ledakan itu.

Aku tercengang. Tak lagi kumampu bergumam. Kulihat sekitar, kutatap Radit saat itu sudah di tempat yang aman bersama warga-warga yang telah mendahuluiku. Mereka melihat langsung keadaan itu, termasuk mereka melihatku yang masih hidup.

Aku, bersama mayat mereka yang telah hangus terbakar.

"Ibu!" teriakku.

"Gea ...." teriak Radit. Radit hendak berlari membantuku, tetapi beberapa warga menahannya.

"Cepat bantu, Gea! Sebelum ledakan itu datang lagi!" teriak Bapak-bapak di sana.

"Tenang ... kami akan bantu, kau tak boleh berlari ke sana!" ucap seseorang menenangkan Radit.

"Gea ... menjauh Gea!" teriak Radit. "Pak! Sahabat saya! Bantu sahabat saya! Kalau dinanti-nanti Gea juga bisa mati, Pak! Kau tak memiliki hati!"

Aku terus berusaha merangkak menjauh di pertengahan mereka yang telah mati. "Ibu ...." Teriakanku menggetarkan hati Ibu yang kala itu sedang menatapku.

Terlihat Ibu berdiri di depan sana. Tubuhnya kaku, Ia hanya menatapku tak percaya. "Anakku!" teriak Ibu. Sontak Ibu langsung mengamuk. Lagi-lagi Ibu hendak berlari menolongku, tetapi langsung dicegah oleh beberapa warga itu. "Anakku, Gea! Tolong Gea!" Ibu berteriak dengan histeris.

"Pak-pak bantu Pak!"

"Pak, pak!" teriak warga kepada pemadam kebakaran yang baru saja datang.

"Pak! Tolong Gea!"

Suara ramai itu mengalihkan perhatian pemadam kebakaran. Mereka langsung berbondong-bondong berlari ke arahku.

Dari jauh, pemadam lain langsung memadamkan apinya.

Aku terus merangkak. "Ibu ... tolong Ibu!" teriakku. Suaraku sudah mulai habis. Tak peduli akan luka di tubuhku, aku terus merangkak. "Ibu ... aku kesakitan."

"Pak! Lepaskan!" Radit terus berusaha berlari ke arahku. "Gea! Gea aku akan menolongmu! Lepas Pak! Sahabat saya sedang dalam kondisi berbahaya!"

"Kau akan mati juga kalau kau ke sana!"

Pemadam kebakaran dan petugas keamanan yang sudah dikerahkan langsung dengan cepat membantuku. Mereka menopangku, berlari dengan cepat ke tempat yang lebih aman.

Ledakan kedua lagi-lagi terjadi.

DUARRRRR

Kami langsung terjatuh.

1
Rena Ryuuguu
Sempat lupa waktu sampai lupa mandi, duh padahal butuh banget idung dipapah😂
Hafizahaina
Ngakak sampe perut sakit!
sweet_ice_cream
🌟Saya sering membawa cerita ini ke kantor untuk membacanya saat waktu istirahat. Sangat menghibur.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!