Suami Lumpuh Dan Adik Ipar

Suasana mansion Ryo begitu meriah. Pesta kecil yang mereka adakan tetap terlihat sebagai pesta mewah.

Para tamu tengah menikmati hidangan kudapan yang tersaji. Aura bertugas mengantarkan hidangan dan minuman kepada para tamu.

“Maaf Tuan, ini minumannya” Aura yang berpenampilan layaknya pelayan, namun kecantikannya tidak mampu di sembunyikan. Dengan rambut di gulung cepol rapih dibelakang, tetap ia terlihat menawan. Beberapa tamu sempat gagal fokus dengan kecantikan Aura. Ia menyodorkan nampan perak mengkilat yang diatasnya telah tersedia minuman segar di dalam gelas-gelas kristal.

Saat nampan minuman di tawarkan pada beberapa pria yang disana juga ada Ryo. Ryo sempat tertegun sejenak, ia menatap Aura beberapa saat.

“Ah, terima-kasih” ucap Ryo dengan terus menatap mata indah milik Aura.

“Ryo, kau bukan cuma pintar pilih istri, tapi juga pintar memilih pelayan. Ha ha ha …” rekan bisnis Ryo menyenggol lengan Ryo dengan sikutnya sambil melirik kearah Aura.

Aura yang merasa malu, buru-buru kembali kedapur.

Wanita itu menenangkan diri beberapa saat. Ia yakin wajahnya pasti tengah memerah menahan malu. Kemudian ia kembali meyusun gelas-gelas diatas nampan dan menuang minuman segar kedalam gelas-gelas cantik.

“Maaf, apa bisa minta to-”

“Ah!” Aura memekik kaget. Ia terkejut ketika berbalik badan tangannya hampir menyentuh dada Ryo yang berdiri terlalu dekat dengannya.

‘Sejak kapan dia berada disini? Aku tidak mendengar langkahnya’ gumam Aura di batinnya.

Keduanya sempat salah tingkah, dan mereka sama-sama menunduk.

“Maaf Tuan, a-anda perlu apa?” Aura memundurkan tubuhnya beberapa langkah menjauh dari pria tampan di depannya.

“Um, apa ya tadi … sampai lupa” Ryo sedikit tersenyum“ Oiya, apa bisa minta tolong bawakan air mineral dingin untukku”

“Ah, baik Tuan. Saya akan bawakan” Aura cepat-cepat membalik badan dan bergegas ke arah lemari pendingin.

Tapi spontan Ryo memegang bahu Aura, “Hey, suaramu sangat mirip dengan suara istriku”

“Ah, apa iya, Tuan?” kalau saja Jesica tidak melarangnya untuk berkata jujur bahwa ia adalah adik Jesica. Maka ia akan katakan bahwa memang suara mereka mirip karena mereka adalah saudari dan sudah sangat sering ia mendengar hal yang sama dari orang-orang.

Hampir sepekan berlalu. Ryo yang sudah tinggal di masionnya dan tidak kembali ke Luar Negeri, lebih sering menghabiskan hari-harinya mansion mewahnya. Beberapa perusahaannya telah ditangani Presdir. Hal itu membuat Jesica agak gelisah dan terasa bosan. Wanita itu tidak lagi bisa bebas shoping, berjudi ataupun bercumbu dengan kekasih gelapnya.

Di ruang makan, Jesica terlihat tidak bersemangat.

“Jes, kenapa kau belum mengundang adikmu kesini?, katamu kau punya adik, kan?” kata Ryo sambil menyantap sarapannya.

“Tidak perlu diundang kesini, Mas”

“Lho, kenapa?”

“Mereka itu miskin, dekil, nanti mansion kita jadi kotor” kalimat Jesica membuat Ryo menautkan alisnya.

“Apa-apaan sih kamu!, kok begitu dengan adikmu sendiri?. Undang mereka besok, suruh Mbok Jum membuat makanan”

“Tidak usah, Mas!” bantah Jesica.

“Aku bilang undang mereka kesini besok!, aku belum pernah berkenalan dengan adikmu dan suaminya”

“Ck!, kenapa sih harus menyuruh mereka kesini!”

Jesica tidak lagi bisa membantah perintah suaminya ketika mendapati tatapan Ryo yang sedikit menyeramkan. Ia mengatupkan bibirnya menahan kesal.

“Oya, ngomong-ngomong, kemana pelayan yang kemarin, aku kok tidak melihatnya lagi?” tanya Ryo tampak penasaran.

“Pelayan yang mana?!” tanya Jesica kembali dengan ketus.

“Yang suaranya mirip denganmu”

Spontan Jesica menatap wajah Ryo. Ia terkejut, apa yang di maksud suaminya adalah Aura.

“Sudah ah!, aku mau ke kamar dulu!” kilah Jesica yang langsung berdiri kemudian menggeser kursi makan.

“Hey!, kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku?” mata Ryo menelusuri pergerakan Jesica, tapi wanita itu terus melangkah meninggalkan suaminya di meja makan.

Di kamar atas, Jesica membanting tubuhnya ke kasur, kemudian mengacak-acak rambutnya sendiri dengan kasar.

“Arrgh! Kenapa kemarin si Aura itu kesini sih!, ini semua salah Mbok Jum!, dia yang mengusulkan si Aura itu kesini sampai aku terpengaruh dan mengizinkan si miskin itu kembali. Dasar Mbok Jum sialan!” Jesica terus mengumpat sambil memukul ranjang.

Esok harinya, di pagi yang hangat …

Di bibir pintu utama yang telah di buka Mbok Jum, telah berdiri seorang wanita cantik, berparas putih dan penampilan yang sederhana. Di belakangnya seorang pria dengan kemeja kotak-kotak merebakan senyumannya.

Ryo dan Jesica sudah menunggu mereka di ruang tamu. Wajah Jesica menandakan keterpaksaan.

“Hey, ayo mas- …” tiba-tiba lidah Ryo menjadi kelu, saat yang dilihatnya wanita cantik yang kemarin menjadi pelayan di mansionnya.

“Jes, apa dia … dia adikmu?!” tanya Ryo heran sambil menoleh kearah Jesica dan menunjuk Aura dengan jemarinya.

“Iya!” jawab Jesica masih menahan kekesalan.

“Kau kan yang kema-rin … “

“Iya, aku Aura, Mas, adik Kak Jesica” kata Aura sambil menyibakan senyumnya.

“Jes?, kenapa kemarin kau suruh dia menj- … ah sudahlah.” Ryo mengibaskan telapak tangannya, kemudian menoleh kearah pria dibelakang Aura.

“Ah, Kau pasti Bagas. Apa kabar?. Aku Ryo.” Dengan sikapnya yang tegas dan berwibawa, Ryo meraih tangan Bagas untuk berjabat tangan.

“Ah, baik Mas. Kapan kembali dari Luar Negeri, Mas?” tanya Bagas ramah.

“Sudah hampir sepekan lebih, baru bisa ketemu ya?” Ryo tertawa ringan.

Jesica berpura-pura menyambut adiknya. Ia memeluk Aura yang akan masuk.

“Jangan menatap suamiku dengan genit ya!. Awas kau!.” Bisik Jesica di telinga adiknya, seolah mengancam Aura.

Aura hanya mengerutkan alisnya. ‘Masih saja sikap Kak Jesica seperti ini dan belum berubah’ batin Aura tak heran dengan sikap kakaknya.