Menurut cerita para tetua, jika menjadi pendamping pengantin lebih dari 3 kali, akan sulit mendapatkan jodoh. Akan kah Lia mengalaminya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Efelin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Kemudian Lia mencari sumber suara tersebut. Ternyata yang memanggil adalah Jeni, teman sekantornya yang dulu satu bagian dengannya tapi sekarang Jeni sedang di tugas kan di kantor cabang perusahaan.
“ Ternyata tebakanku benar, kamu Lia, tadinya aku ragu karna kamu kok makin cantik sih. “ ucap Jeni ketika menghampiri Lia.
“ Ah kamu bisa aja, Jen. Kamu yang lebih tampak cantik, aura calon pengantinnya tampak jelas bersinar terang. “ jawab Lia.
“ Ih.. kamu mah bisa aja, bintang kali bersinar terang, jadi malu kan diriku. “ ucap Jeni sambil menempelkan telapak tangan pada kedua pipinya.
" He...he...he... seperti ABG lagi kasmaran aja, padahal bulan depan sudah jadi istri orang. " ucap Lia.
“ Eh.. ngomong-ngomong, kenalin ini abangku, Martin. “ ucap Jeni memperkenalkan abangnya pada Lia.
“ Abang sih kok diam aja dari tadi, jadi lupa kan memperkenalkan kalian. “ protes Jeni pada abangnya.
“ Kamu yang dari tadi bersuara terus, gimana abang mau ngomong. “ jawab Martin.
Akhirnya Lia dan Martin berkenalan.
" Kamu ke sini sama siapa? " tanya Jeni yang menoleh ke kiri dan kanan, siapa tahu yang menemani Lia ke mall itu datang.
" Aku sama bayang-bayang tadi tapi ternyata lebih cepat akunya sampai dari bayang-bayangnya. " ucap Lia yang terlihat cuek.
" Konyol kamu ini, emangnya kamu Lucky Luke, lebih cepat menembak dari pada bayangannya. " ujar Jeni sambil tertawa.
" Kamu emang gak berubah, selalu gak nyambung jawaban sama pertanyaan. " lanjut Jeni.
" Kalau mau di sambungin, di lem aja, bila perlu di las biar lebih awet. " ucap Lia.
" Sekarang kamu dari mana hendak ke mana mau ngapain? " tanya Lia.
" Seperti polisi mau introgasi aja. " ujar Jeni.
" Duh..mentang-mentang calon ibu bayang-bayang, bau-bau polisi aja, tapi gak apa sekali ini sebelum kamu di introgasi komandan mas mu. Sudah urus nikah kedinasan kan. " ujar Lia.
" Kalo itu sudah. Sekarang ku jawab pertanyaanmu, aku dari butik tadi, hendak pulang dan tadi habis fitting baju manten. " jawab Jeni.
" Kalau habis fitting, mana masmu. Apa gak bareng fittingnya? " ucap Lia.
" Tadi sih ke sini bareng si mas karna dia yang jemput dari rumah, tapi setelah selesai fitting tadi, ada panggilan mendadak dari komandan, jadi tadi si mas telpon deh abang semata wayang ini untuk menjemputku. Katanya takut napa-napa kalo aku naik kendaraan umum. " ujar Jeni.
" Kayaknya kamu habis borong ya? " tanya Jeni melihat tas belanjaan di tangan Lia.
" Iya, habis beli keperluan bulanan, untuk mengisi lemari stok perbekalan. " ucap Lia.
Lia tahu dari tadi Martin seperti mencuri pandang terhadapnya, tapi ia tidak mau hanya memperlihatkan hal yang baik-baik saja di hadapan orang lain yang mencoba mencari perhatiannya. Lia akan tampil apa adanya.
" Terus sekarang kamu mau ngapain lagi, mau cuci mata kah. " tanya Jeni.
" Aku mau pulang, nah sekalian aku izin pamit ya. " kata Lia.
" Enggak sekalian makan siang bereng aja, jarang loh kita ketemu, apalagi setelah nikah nanti, aku mengundurkan diri dari kantor, mau ikut si mas tugas ke Kalimantan. " ucap Jeni.
" Baiklah, demi calon pengantin. Semoga acaramu lancar jaya ya. " ucap Lia.
Akhirnya mereka bertiga pun makan siang bersama di food court mall itu.
Setelah selesai makan, Lia kembali berpamitan, tapi Jeni melarangnya. Ia berniat mengantar Lia pulang ke kontrakannya.
Tadinya Lia menolak, takut merepotkan mereka, apalagi dia melihat nampaknya Martin akan ada kesibukan lain tapi Jeni tetap memaksa, dan Lia pun mengalah.
“ Nanti kita telpon-telponan ya, “ ucap Jeni setelah Lia turun dari mobil.
“ Ok, dan terima kasih ya atas tumpangannya. “ jawab Lia sambil berlalu meninggalkan mobil Jeni.
Di tengah jalan, Jeni bertanya pada abangnya.
“ Bang, menurutmu Lia itu gimana? “ tanya Jeni pada Martin.
“ Gimana apanya maksudmu dek? “ tanya Martin kembali.
“Apakah masuk kriteriamu, bang, itu maksudku. “ ucap Jeni.
“ Oh... jadi kamu mau jodohin abang dengan Lia. Dia itu Lia yang dulu sering kamu ceritakan ya waktu kamu masih di pusat. “ ucap Martin.
“ Iya bang, itu dia orangnya. Cantik dan mandiri tapi agak tertutup kalau masalah cowok. “ jawab Jeni.
“ Boleh juga sih, kalo abang perhatikan tadi, orangnya humoris, tampil apa adanya. Dia gak jaim saat bicara denganmu tadi. Biasanya kan kalo cewek pasti agak cari perhatain, tapi dari tadi, dia ngomongnya rada cuek aja. Nanti dekatinnya pelan-pelan aja, nanti malah lari dia jika keliatan banget kalau mau ambil hatinya. “ ujar Martin.
“ Jadi abang setuju nih kalo ku jodoh-jodohin dengan Lia. Nanti ku simpan ya nomor dia di HP abang, tapi sebelumnya aku bicara dulu dengan Lia supaya dia tidak kaget, minta izin abang mau kenalan dan temanan sama dia. ” ucap Jeni senang.
Malamnya Jeni pun menelepon Lia, meminta izin untuk memperkenalkan abangnya lebih lanjut pada Lia. Tadi nya Lia ragu, tapi setelah sejuta bujuk rayu Jeni, akhirnya Lia pun menyetujuinya.
“ Nah, gitu donk, itu baru sahabatku. “ ucap Jeni di akhir pembicaraan mereka.
“ Baiklah, yang penting calon pengantin senang. “ jawab Lia.
Akhirnya Martin dan Lia, mulai saling berkirim kabar lewat WA, kadang juga telpon tapi tidak VC karna Lia masih ragu untuk memulai sebuah hubungan. Lia tahu bahwa Martin ada niat untuk mendekatinya karna ingin menjalin suatu hubungan.
Lia sadar bahwa diumurnya sekarang, dia bukan anak remaja lagi yang menjalin hubungan hanya untuk sekedar saja, tapi Lia masih ragu akan keadaannya saat ini, apa ada yang mau menerimanya.
Menurut Lia, dia hanyalah orang biasa, keluarganya bukan lah orang berada dan kaya, berpendidikan tinggi dan mempunyai kedudukan terhormat. Keluarganya hanya lah orang biasa. Apa ada yang pantas menjadi nilai lebih dari dirinya?
Trauma akan berhubungan dengan laki-laki yang status sosialnya jauh berbeda, membuat ia harus berpikir berulang kali. Belum lagi terkadang ada yang mengusik pikirannya tentang pendamping pengantin. Dulu ia berharap tidak akan pernah menjadi pendamping pengantin agar terhindar dari perkataan para tetua dahulu tentang masalah jodoh.
Kejadian ini terjadi sekitar setahun yang lalu, ada seorang pengacara yang coba mendekatinya. Kebetulan mereka di kenalkan oleh teman Lia yang mana kantor mereka bersebelahan, mbak Anggi namanya. Mbak Anggi mengenalkan Lia pada teman SMP nya dulu, Chandra namanya. Chandra adalah seorang pengacara muda yang cukup terkenal yang berasal dari keluarga yang kaya raya.
Apakah yang telah terjadi pada hubungan Chandra dan Lia, sehingga Lia sepertinya agak menutup diri jika berkenalan dengan laki-laki yang keluarganya laki-laki itu keadaanya lebih dari keluarga Lia ??