Kisah sekelompok anak muda yang ingin hidup sesuai dengan keinginan mereka karena di beri kesempatan kedua. Mereka pernah meninggal dan hidup kembali secara ajaib sehingga mereka sangat ingin menikmati hidup mereka.
Namun tanpa mereka sadari sebuah bencana besar sedang mengintai dunia dan pada akhirnya mengancam semua makhluk hidup di dunia. Untuk mempertahankan kehidupan kedua mereka, sekelompok anak muda itu berjuang untuk mengembalikan dunia seperti sedia kala dengan keajaiban yang mereka miliki.
mohon dukungan komen dan like nya ya kalau suka, thanks
Prinsip mereka hanya satu. "Kita tidak tahu sampai kapan keajaiban ini akan mempetahankan hidup kita, sampai saat itu tiba kita akan bersenang senang dan melakukan apa saja yang kita inginkan, tidak ada yang bisa menghalagi kita, apapun itu, jadi jangan coba coba,,"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21
Setelah tenang kembali, Jay kembali memperlihatkan buku tulisnya yang belum sempat di baca oleh Rio dan Alex sebelumnya.
“Gue kenal kak Rio waktu kita sama sama di sasana tinju dulu, tanding ama kak Rio benar benar seru, tapi setelah itu gue keluar dan pulang ke asrama karena di minta oleh perawat yang mengasuh gue, ga di sangka bisa ketemu kak Rio lagi di sini, gue seneng banget,”
“Ya itu bener, makanya gue masih inget bekas luka di muka lo, cuman lo yang mau ngeladenin gue sparring,” ujar Rio tersenyum.
“Okeh berarti dia Rio kedua,” ujar Alex.
“Jay ya ? kok rasanya gue sering denger nama itu ya ?” tanya Sarah.
“Karena dia temen sekelas lo yang ga pernah masuk dan rangking satu, bener ga ?” tanya Lina kepada Jay.
Jay mengangguk dan dia menuliskan kata “benar” di bukunya kemudian memperlihatkan pada yang lain,
“Kok lo kenal ?” tanya Sarah kepada Lina.
“Dia satu kos kosan ama gue, perawat yang ngasuh gue pernah ngomong kalau dia juga masukin anak seumuran gue yang di asuh sama dia juga dan kamar kita bersebelahan, jadi tiap pagi gue bangunin dia dengan cara mengetuk kamarnya berharap bisa berangkat bareng, gue ga pernah ketemu ama dia karena dia ga pernah keluar kamar, baru hari ini ketemu,” jawab Lina.
Jay menulis lagi di bukunya, kemudian dia memperlihatkan bukunya kepada Lina yang duduk di sebelahnya,
“Mba Ani ya ?” tanyanya.
“Iya bener, mba Ani, perawat yang mengasuh gue,” jawab Lina.
“Duh ribet ya, kenapa lo ga ngomong sih ?” tanya Alex.
Jay kembali menulis, kali ini dia cukup panjang menulisnya sampai membuat yang lain menguap karena menunggu,
“Gue dulu pernah sakit panas sampai panasnya tinggi banget dan meninggal waktu umur 3 tahun, bangun bangun gue ga bisa ngomong, bisanya ngaum, jadi ya gue perlu buku untuk komunikasi, semua kata mba Ani sih, maaf ya kak Alex,” ujar Jay melalui bukunya dan dengan wajah datar tanpa ekspresi.
Tiba tiba Lina menyibakkan rambut Jay dan Jay langsung menoleh karena malu sebab ada bekas luka panjang di bagian kanan wajahnya.
“Luka ini bekas apa ?” tanya Lina.
Jay kembali menulis, dia langsung memperlihatkan bukunya kepada Lina di sebelahnya, Lina membaca tulisan nya,
“Di keroyok waktu baru lulus sd,” ujar Jay di bukunya.
“Jay tunggu sini bentar,” ujar Alex berdiri dan melepaskan tangan Tania yang menggenggam tangannya.
“Mau kemana kamu Lex ?” tanya Tania yang berusaha bangun.
“Mengambil sesuatu, bentar ya, ada di kelas kok, ga jauh,” jawab Alex menyuruh Tania tetap duduk.
Alex berlari keluar dari atap kemudian turun kebawah dan berlari ke kelasnya, sementara itu di atas, Tania kembali duduk,
“Kak Tania, kenalin ini Rio,” ujar Sarah memperkenalkan Rio yang di sebelahnya dan sedang di gandeng olehnya.
“Salam kenal Rio,” ujar Tania.
“Salam kenal juga Tania,” balas Rio.
“Crep,” tiba tiba Sarah menggigit lengan Rio dan membaringkan dirinya di pangkuan Rio, tangan Rio yang besar mengelus ngelus kepala Sarah. Lina, Jay dan Tania yang melihatnya langsung kaget,
“Kok kayak ngasih makan kucing gitu sih dan kucing nya suka di elus,” ujar ketiganya dalam kepala mereka.
“Oi Sar, lo ga salah nih ?” tanya Rio.
“Hemes, hehum hahan (lemes, belum makan),” jawab Sarah.
“Apa artinya tuh ?” tanya Lina.
“Dia lemes belum makan, kalau di pikir pikir kita tadi ga jadi makan ya ?” tanya Rio.
“Oh bener juga, gue juga lapar ternyata haha,” jawab Lina.
“Kresk,” tiba tiba di depan Lina ada sebuah bungkus snack, Lina menoleh ternyata Jay memberikan snack nya kepada Lina.
“Thanks ya,” ujar Lina mengambilnya.
Jay menulis lagi di bukunya dan isinya “sama sama.” Tania menatap Rio dan Sarah kemudian dia bertanya,
“Kalian pacaran ?” tanya Tania.
“Hehum (belum),” jawab Sarah yang sedang menghisap darah Rio.
“Hmm...bukan, kita teman,” balas Rio.
‘Tapi kok kayak udah pacaran gitu ya ?” tanya Tania bingung.
“Diemin aja kak Tania, emang begitu mereka,” jawab Lina sambil mengunyah snack nya.
Jay menulis sesuatu di bukunya, kemudian dia memperlihatkan bukunya kepada Rio dan Sarah yang berada di depannya,
“Berarti gue harus panggil kakak, secara dia pacar kak Rio, gue menghormati kak Rio dan pacarnya, kak Sarah,” ujar Jay.
“Hue hemen hehehas ho (gue temen sekelas lo),” ujar Sarah protes.
Tak lama kemudian, Alex naik membawa sebuah tablet, kemudian dia duduk kembali di sebelah Tania dan memberikan tabletnya kepada Jay,
“Lo pake ini aja, ga usah pakai buku, tablet itu buat lo aja, gue masih ada dua lagi,” ujar Alex.
Jay mengambilnya dengan wajah tanpa ekspresi, kemudian dia menekan nekan tabletnya membalik tabletnya,
“Terima kasih kak Alex,” tablet itu mengeluarkan suara seperti suara robot.
“Nah bener juga, jadi dia bisa lancar berkomunikasi,” ujar Rio.
“Ngomong ngomong lo apa ? gue demigod, kak Alex half demon, kak Tania feyblood, Sarah dhampir dan kak Rio nephilim,” ujar Lina sambil menoleh kepada Jay.
“Ga tau, tapi gue bisa gini,” tablet Jay menjawab lagi.
Jay menyibakkan rambutnya, mata sebelah kanan nya yang terlewati luka dan awalnya terpejam kemudian terbuka lalu kedua matanya terlihat seperti mata seekor harimau yang berwarna kuning. Jay membentuk cakar menggunakan tangannya dan terlihat kuku kukunya memanjang seperti pisau. Setelah itu, Jay mengetik sesuatu di tabletnya,
“Gue bisa bergerak cepat seperti bayangan dan bersembunyi di bayangan,” ujarnya.
“Hmm...sepertinya gue tahu dia apa,” ujar Tania.
“Huh ? kamu tahu ?” tanya Alex bingung.
“Waktu kondisi ku menjadi seperti ini, aku mencari tahu tentang diriku dan aku membaca apa saja yang bisa memberi petunjuk tentang diriku, mulai dari legenda, mitos, cerita rakyat, dongeng dan semuanya, kalau melihat mata kuning itu dia pasti bisa melihat dalam gelap, bener ga Jay ?” tanya Tania.
Jay tidak menjawab tapi dia mengangguk, kemudian Tania merangkak maju menatap Jay dari jarak dekat untuk mengamati kedua matanya, Jay langsung melompat mundur dan bersikap seperti seekor macan yang ingin melindungi dirinya,
“Yap ga salah lagi, dia were panter, separuh manusia separuh macan kumbang, salah satu varian dari lycanthrope,” ujar Tania.
“Kok kamu bisa yakin ?” tanya Alex.
“Mata kuningnya itu, mata macan kumbang dan gerakannya cepat seperti macan kumbang,” jawab Tania.
“Wow...kamu ternyata lebih hebat dari ku ya,” ujar Alex merangkul Tania.
“Aku belajar dari kamu Lex,” ujar Tania memegang pipi Alex.
“Ehem,” Rio, Sarah dan Lina langsung berpura pura batuk, Alex dan Tania langsung saling mendorong, Jay kembali duduk di sebelah Lina dan mengambil bungkus snack yang di pegang Lina, tapi tiba tiba “ada apa ini ?” teriak seorang pria. Rio, Sarah, Alex, Tania, Lina dan Jay menoleh melihat pintu atap, seorang guru berdiri di depan pintu dengan wajah tercengang karena melihat kelimanya duduk sementara di sekitar mereka banyak murid bergelimpangan tidak sadarkan diri,
“Geh...pak Gatot,” ujar Alex.
“Aduh guru Bk,” ujar Rio.
Pak Gatot langsung menghampiri ke enamnya yang sedang berdiri, kemudian dia berdiri di depan ke enamnya sambil bertolak pinggang,
“Ada apa ini ? kenapa berkelahi di sini, kalian semua ke kantor bk, sekarang,” ujar pak Gatot.
“Baik pak,” ujar ke limanya di tambah Jay yang mengetik di tablet dan bersuara seperti robot.