Isa adalah seorang Presdir tampan, ia dipaksa ibunya untuk menikahi Jinan, gadis kampung yang masih imut karena dia baru lulus SMA.
Untuk menguji ketulusan Jinan, Isa berpura-pura menjadi sopir. Ia tak menyangka, Jinan malah bekerja di perusahaannya sebagai OG.
Bagaimana caranya Isa menyembunyikan jati dirinya dari Jinan, dan akan mereka benar-benar jatuh cinta.
Silakan baca kisah kocak and romantis mereka dalam Novel : Dikira Sopir Ternyata Presdir.
Baca juga kisah Novel saya yang lain :
Dia Ameera (Sang Putri Arab)
Terjebak Kawin Kontrak dengan Tuan Muda Arab
Mona Si Gadis Petualang (Novel Misteri Memecahkan Misteri pembunuhan di kampus)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maunah mom's zuzu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ke Mall
Setelah beberapa menit di perjalanan, Isa akhirnya sampai di kantornya. Karena kemaren dia tak masuk kerja, hari ini Isa benar-benar disibukkan dengan memeriksa laporan dari berbagai divisi di perusahaannya. Belum lagi dia harus menghadiri meeting dengan beberapa kolega bisnisnya.
"Ya ampun, hari ini benar-benar melelahkan, ayo pulang!" ajak Isa pada Pak Deni ketika dia sudah masuk mobilnya. Karena kelelahan, dia pun tertidur di dalam mobil.
"Duh, dia tertidur, aku harus bawa dia pulang ke mana?" gumam Pak Deni. Karena Isa tak juga bangun, akhirnya Pak Deni membawa Isa ke kontrakan.
"Pak, bangun, udah sampai!" kata Pak Deni pada Isa. Isa terlihat mengerjap kemudian membuka matanya.
Dia mendengus ketika dia menoleh ke arah samping mobil. "Pak Deni kenapa bawa saya ke sini, tadinya saya mau istirahat di rumah," ucapnya kesal, tapi dia malah keluar dari mobil dan melangkah masuk ke rumah kontrakan itu.
"Mendingan kutengok gadis kecil itu, biar aku gak kepikiran," gumamnya sepanjang jalan.
Sementara itu di dalam rumah, Jinan terlihat mondar-mandir dari ruang depan ke dapur. Dia sangat kesal pada Isa yang tak kunjung pulang. Matanya berbinar ketika melihat bayangan Isa ada di depan pintu, tapi dia berpura-pura marah lagi. Dia berdiri di balik pintu sembari bersidekap.
"Assalamualaikum." Isa menyapa sembari berusaha tersenyum.
"Om, kenapa Om jam segini baru pulang?" tanya Jinan sewot di depan laki-laki yang sudah sah menjadi suaminya itu.
"Hmm, kan Mas udah bilang, Mas sibuk kerja, jadi jangan marah. Oh ya, apa hari ini kamu masak?" Isa mengalihkan pembicaraan.
Mendengar kata masak, Jinan langsung teringat masakannya. "Iya, Inan masak, tapi Inan gak tahu, enak tau gaknya," sahut Jinan malu-malu.
Isa tersenyum simpul. kemudian melangkah menuju meja makan. Matanya terbelalak ketika melihat bentuk dan warna makanan di atas meja itu yang terlihat aneh. "Hah, ini kamu masak apaan, kenapa warna dan bentuknya begini?" tanya Isa sembari mengangkat piring yang berisi tempe dengan warna kehitaman.
"Hehe, itu tumis kangkung, sama goreng tempe dan sambal, tapi kayaknya gosong," jawab Jinan sembari nyengir kuda.
"Ya ampun, kalau kamu gak bisa masak, ya beli aja, bukannya Mas memberimu uang banyak?"
"Iih, si Om, Inan itu kan lagi ngirit. Kata Ema, kalau wanita yang udah nikah itu harus ngirit, harus pandai ngatur uang. Lagian, Inan gak mau Om terlalu kerja keras. Inan akan berusaha menabung, biar kita kebeli rumah sendiri, gak ngontrak kaya gini," Jinan menjelaskan sembari duduk di samping Isa.
"Iya, deh. Terserah kamu, tapi setidaknya kamu habiskan sehari seratus ribu, biar kamu kebeli ayam atau daging."
"Ok, Om, tapi apa Inan boleh minta sesuatu?"
Isa hanya mengangguk mengiyakan apa yang dikatakan Jinan. "Inan pengen jalan-jalan, bisa kan Om ngajak Inan ke Mall? soalnya Inan kesal di rumah terus!"
"Baiklah, besok kamu siap-siap aja. Oh ya, Mas pergi kerja dulu, ya! kamu hati-hati di rumah, kalau udah malam, pintu luar kunci saja, gak usah nunggu Mas, mungkin Mas pulang pagi," ujar Isa sembari berlalu dari hadapan Jinan.
Sebenarnya Jinan merasa kesal dengan sikap Isa, tapi dia tak berani menolak. "Dasar laki-laki aneh, awas aja nanti kalau Inan udah punya ponsel. Inan pasti akan kasih tahu mamah, bahwa kamu selalu ninggalin sendirian di rumah," gerutu Jinan selepas kepergian Isa.
Keesokan harinya, Isa benar-benar menepati janjinya untuk menemani Jinan pergi ke Mall. "Horee, akhirnya Inan bisa lihat dunia luar!" teriak Jinan ketika sudah datang menjemputnya.
Isa tersenyum tipis melihat gaya gadis di depannya yang ternyata tidak sekucel yang dia duga. Jinan yang tomboy itu kini memakai hijab yang dia sembunyikan dengan hoodie yang dia padukan dengan celana jeans dan sepatu snaker.
"Keren juga. Sekalian pake ini!" Isa memberikan jacket jeans dan topi yang senada dengan miliknya.
"Wah, kita seragaman ya, Om?" ucap Jinan kegirangan. Setelahnya, mereka pun langsung menuju mobil yang kali ini Isa sendiri yang menyetirnya. "Om, pake mobil bos gini, apa gak dimarahi?" celetuk Jinan ketika mereka sudah di mobil.
Isa terkekeh mendengar ocehan Jinan yang masih mengira dia adalah sopir. "Mas udah minta izin, kamu tenang aja."
"Wah, berarti bosnya Om baik juga ya?" Isa tersenyum lebar mendengar pujian Jinan. Setelah sampai di depan Mall, Isa gegas memakai Masker dan topi, dia tak mau ada karyawan atau pengunjung Mall yang mengenalinya.
Meski Isa bukan artis, tapi Isa cukup terkenal di media, selain karena dia pengusaha, dia terkenal juga sebagai kekasih Kimberly yang berprofesi sebagai model dan artis papan atas.
"Ayo turun!" titah Isa pada Jinan sembari memakai Masker. Mereka pun jalan berbarengan, dengan Jinan yang langsung menggandeng tangan Isa.
"Eh, kenapa Om pake masker, tapi bagus juga sih, biar gak ada yang bilang Inan lagi nemenin Om-Om."
Isa menoleh ke arah Jinan dan menoyor kepalanya.
"Aww, Iih, Om kenapa menoyor kepalaku?" protes Jinan dengan bibir yang ia manyunkan hingga 5 senti.
"Makanya, kalau ngomong tuh, jangan sembarangan. Emangnya muka Mas tua banget gitu? Asal kamu tahu, kalau Mas buka masker, para wanita yang lihat Mas, pasti terpesona, paham?" sahut Isa sewot, hingga membuat Jinan terkekeh.
"Narsis, meski Om ganteng, tapi tetap saja. Om itu lebih tua 10 tahun dari Inan, jadi kalau ada yang lihat kita, pasti Inan dibilang gak bener,"
"Udah, sekarang kamu pilih barang yang mau kamu beli, nanti kita cari makanan!"
Jinan pun bergegas memilih baju dan benda-benda yang dia inginkan, meski dia memilih yang harganya berlabel diskon. "Jinan, ini kamu kan?" sapa seseorang dari belakang Jinan.
Jinan menoleh dan terlihat riang melihat siapa yang menyapa. "Rindi, waah, kita ketemu di sini, eh, kamu kerja di Mall ini?" tanya Jinan penuh kegembiraan.
"Iya, aku kerja sebagai kasir, tapi ini udah ganti shift, jadi aku mau ganti baju. Kamu kapan datang ke Jakarta? kok, gak ngabari?" Rindi malah balik bertanya. "Eh, apa kamu mau kuliah di sini?" sambung Rindi.
Jinan terlihat tertunduk, dia sebenarnya ingin sekali kuliah, tapi dia tak mau membebani ayah dan ibunya. Karenanya dia menerima perjodohan itu. Dengan menerima perjodohan, dia bermaksud mencari kerja kemudian dia ingin minta izin kuliah pada suaminya.
"Iya, aku mau, tapi aku juga butuh kerjaan, apa kamu bisa bantu masukin aku kerja di sini?" balas Jinan.
"setelah sampai kantor Jinan pun menuju tempat keja OG dan bertanya sama Rima" terus.....baru reader paham,,nih terus pada nanya Rima,,diingat Rima sama numpang dimobil,ataupun pertanyaan tadi dituju sama Isa.