"Pokoknya Lia ngak mau di jodohin, Mah!Apalagi sama bapak-bapak." Ucap Lia kesal sambil menghentak-hentakkan kakinya seperti anak kecil. Aliana Putri Mahendra di panggil Lia. Umur sudah 23 tahun tapi sikapnya yang masih kekanakan, keras kepala dan manja. Orangtuanya ingin menjodohkannya dari anak dari teman bisnis Papanya. Namun Lia menolak karena dia juga punya pacar dan belum siap menikah.
"Siapa juga sih yang mau jodohin kamu sama bapak-bapak." Ucap Mama Renata yang sudah pusing dengan sikap anaknya. Sering di panggil Mama Nata.
"Terus yang kemarin itu apa kalau bukan bapak-bapak. Lia ngak buta. Mama kok tega banget sih sama anak sendiri."
"Ya ampun Lia kamu salah paham sayang. Bukan dia yang mama maksud. Yang kemarin itu bapaknya." Ucap Mama Nata.
"Mau dia bapaknya, anaknya, sepupunya. Lia ngak peduli, Mah. Pokoknya liat ngak mau di jodohin. Lia punya pacar dan Lia juga masih belum siap menikah. Titik!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kavhyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Pernikahan
Waktu begitu cepat berlalu. Setelah 1 bulan mempersiapkan acara pernikahan yang begitu mewah. Akhirnya hari ini adalah hari yang di tunggu-tunggu semua keluarga. Hari pernikahan yang di hadiri oleh orang-orang penting dan keluarga dari kedua belah pihak sekaligus teman-teman yang hadir.
"Selamat Lia." Ucap Meli.
"Makasih ya, Mel."
"Selamat sayangku. Di tunggu kabar baiknya." Ucap Karin. Mereka semua teman kuliah Lia.
"Apaan sih, Rin." Kesal Lia. Karin pun terkekeh. Dia paling suka melihat Lia marah.
Lia yang sudah capek. Kakinya rasanya pegel banget. Entah sampai kapan ini berakhir. Lian yang melihat Lia yang sudah keliatan capek pun langsung menggendong dan membawa Lia ke kamar. Sontak semua mata tertuju kepada mereka. Banyak yang ketawa melihatnya. Sepertinya Lian sudah tidak sabar. Pikir mereka semua. Sedangkan orangtua Lia dan Lian hanya menggelengkan kepalanya tersenyum. Apalagi masih ada tamu . Tapi Lian ngak peduli. Yang terpenting adalah Lia. Dia ngak mau melihat istrinya kenapa-napa. Lagian acaranya juga sudah mau selesai. Sedangkan Lia merasa kesal dengan Lian. Jujur dia malu.
"Kamu apa-apaan sih. Acaranya kan belum selesai. Main gendong aja." Kesal Lia.
"Kan udah mau selesai. Aku tadik liat kamu capek. Jadi aku langsung bawah kamu ke kamar. Aku ngak mau terjadi apa-apa sama kamu." Ucap Lian. Lia pun merasa tersentuh.
" Makasih ya. Tapi kenapa ngak bilang dulu." Ucap Lia
"Kalau aku bilang , kamu pasti nolak." Ucap Lian. Lia pun mengangguk. Jujur saja dia merasa sangat capek.
"Mau aku bantu?" Tanya Lian tersenyum.
"Ngak usah. Aku bisa sendiri. Kamu pasti mau modus kan?" Ucap Lia
"Aku kan udah jadi suami kamu. Dan sekarang kamu istri aku. Jadi terserah aku dong mau ngapain aja." Ucap Lian. Lia yang mendengar itu hanya memutar bola matanya malas.
"Udah sana ih. Aku istirahat sebentar ya. Tolong bilang sama Mama dan Papa." Ucap Lia. Lian pun mengangguk dan berjalan pergi ke bawah.
...****************...
" Mah, Pah. Maaf ya. Lian bawah Lia ke kamar. Lian ngak tegah Lia capek." Ucap Lian.
"Ngak papa sayang. Lagian acaranya udah selesai. Mama juga udah nyampein ke parah tamu tadik." Ucap Mama Sinta.
Ini sudah malam dan acara sudah selesai. Semua sudah berkumpul dan ruang keluarga.
"Mah, Pah. Rencana besok Lian mau pindah." Ucap Lian.
"Pindah?" Tanya Mama Nata.
"Iya Mah. Jauh dari sebelum menikah aku udah bangun rumah untuk masa depan aku. Dan besok Lian dan Lia akan pindah ke sana." Ucap Lian. Mama Nata sedih mendengar itu. Dia belum siap berpisah dengan putrinya. Lian yang melihat Mama Nata pun mengerti.
"Mama ngak usah khawatir. Lian dan Lia akan sering ke sini kok. Lagian rumah Lian ngak jauh dari sini." Ucap Lian. Mama Nata pun mengangguk tersenyum. Biar bagaimana pun anaknya sudah menikah dan setelah menikah sudah sewajarnya dia ikut dengan suaminya.
"Jaga Lia ya. Jangan pernah sakiti dia." Pesan Mama Nata.
"Pasti Mah." Ucap Lian
"Besok ,Papa sama Mama sudah berangkat ke Amerika." Ucap Papa Frans
"Secepat itu Frans?" Tanya Papa Gani.
"Iya. Ada banyak kerjaan di sana. Dan aku yang harus handle sendiri. Soal usaha di sini ada Lian yang akan mengurusnya." Ucap Frans.Papa Gani pun mengangguk mengerti.
"Mama berharap kamu bahagia selamanya dengan Lia. Jaga menantu Mama. Awas aja kalau Lia sampai ngeluh." Ucap Mama Sinta
"Iya, Mah." Ucap Lian tersenyum.
Setelah berbincang-bincang. Lian pun masuk ke kamar.
Kamar
Lian yang langsung menghampiri Lia yang duduk di kasur. Lia yang keliatan cemas.
"Kamu kenapa?" Tanya Lian. Jujur saja Lia merasa takut. Apakah dia akan melakukan malam pertama? Ini pertama kali untuknya pasti dia merasa cemas, takut dan malu. Lia hanya menggelengkan kepalanya. Lian pun mengerti apa yang di pikirkan Lia.
"Kamu ngak usah khawatir. Aku ngak akan maksa kamu kalau kamu belum siap." Ucap Lian tersenyum. Mendengar itu Lia merasa bersalah dan tidak enak. Mamanya bilang setelah menikah sebagai istri dia harus melakukan kewajibannya dan jika dia menolak dia akan berdosa.
"Aku udah siap." Ucap Lia tersenyum. Lian pun membawa Lia ke dalam pelukannya.
"Boleh ngak aku manggil kamu sayang?" Tanya Lian. Lia pun mengangguk.
"Terus manggilnya apa?" Tanya Lia.
"Terserah kamu aja sayang. Senyamannya kamu aja." Ucap Lian. Lia pun tersipu malu mendengar Lian memanggilnya dengan sebutan sayang. Ternyata pilihan orangtua tidak selamanya buruk. Ucapnya dalam hati.
Lian pun mencium kening Lia. Dan mereka menikmati malam yang indah.
Di pagi harinya. Lian dan Lia pun bersiap-siap untuk pindah ke rumah barunya. Jujur saja Lia merasa sedih karena baru pertama kalinya dia berpisah dengan orangtuanya. Tapi sebagai istri dia harus ikut dengan suaminya. Itu pesan orangtuanya.
"Kamu udah siap sayang?" Tanya Lian.
"Iya." Ucap Lia.
Lia dan Lian pun turun ke bawah dan berpamitan dengan orangtuanya.
"Mah, Pah. Lia berangkat dulu ya. Lia pasti akan sering ke sini." Ucap Lia yang memeluk Mama Nata dan Papa Gani.
"Iya sayang. Kamu yang nurut ya sama Lian. Ingat pesan Mama Papa." Ucap Mama Nata. Lia pun tersenyum.
"Iya Mah. Pasti." Ucap Lia.
"Pah. Jagain Mama ya. Dan satu lagi Papa yang sabar ya hadapin Mama." Ucap Lia bercanda. Sedangkan Mama Nata yang sudah siap ngomel namun Papa Gani langsung bicara.
"Apapun itu Papa terimah semuanya. Lebih dan kurangnya Papa terimah. Karena Mama kamu adalah perempuan terbaik yang pernah Papa temui." Ucap Papa Gani. Mama Nata yang mendengar itu seketika salting. Lian yang melihat semuanya hanya tersenyum.
Sedangkan Papa Frans dan Mama Sinta udah berangkat sejak tadik.
...****************...
Setelah sampai, sekitar 15 menit dari rumah Lia. Lia yang kagum dengan interior rumahnya.
"Selerah kamu bagus juga ya." Ucap Lia
"Kamu suka sayang?" Tanya Lian. Lia pun mengangguk tersenyum.
"Yaudah kita masuk yuk." Ucap Lian. Lia pun mengangguk dan berjalan masuk. Dan langsung menuju ke kamarnya untuk menyusun barang-barangnya.
"Sayang. Hari ini kamu ngak usah masak ya. Hari ini kita makan di luar." Ucap Lian. Lia hanya tersenyum kikuk. Jujur saja dia ngak bisa masak. Tapi ngak papa nanti dia belajar sama Mamanya. Sebaiknya Lia ngak bilang dulu ke Lian.
"Iya sayang." Ucap Lia
"Ciee...Ciee... Udah pintar manggil sayang." Ucap Lian yang menggoda istrinya. Lia pun merasa kesal.
"Heheh aku cuman bercanda sayang. Aku suka dan sangat bahagia saat kamu bilang sayang ke aku." Ucap Lian yang memeluk istrinya. Lia pun membalasnya.
yang sabar ya kia
masak mau menghancur kan rumah tanga sahabat nya sendiri