NovelToon NovelToon
Fanatic Obsession

Fanatic Obsession

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Wanita Karir / Karir / Dendam Kesumat / Menyembunyikan Identitas / Office Romance
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Janice SN

Stella adalah seorang aktris terkenal, baginya hidup ini terasa mudah saat begitu banyak penggemar yang mencintainya. Tetapi lama-lama salah satu penggemar membuat Stella tak merasa nyaman, dia selalu mengatakan bahwa Stella harus bersikap baik dan mematuhinya, jika tidak, kejadian tak diinginkan akan terjadi.

Lalu Stella mulai mencurigai seseorang, apakah orang itu akan tertangkap? Atau Stella malah terperangkap jauh dalam genggamannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Janice SN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hari Manis seperti Rasa Stoberi

"Kau tidak apa-apa?" Morgan yang tadi berseru memanggilnya langsung bertanya tentang keadaan Stella, lelaki itu terlihat begitu khawatir, apabila ketika melihat belakang lengan Stella yang mengeluarkan darah, sontak hal itu membuat Morgan naik pitam. "APA KAU TIDAK PUNYA OTAK MERRY?!"

Stella menelan salivanya, dia mengatakan tidak apa-apa pada staf yang sedang bekerja itu. Staf itu pun segera membawa barang-barangnya dan pergi.

Sedangkan Merry yang mendapatkan bentakan itu tersenyum masam. Hal yang paling ia benci adalah bentakan, apalagi ketika Morgan yang membentaknya demi Stella, hal itu membuat harga diri Merry turun. "Ayolah, Morgan. Dia hanya terluka sedikit, kau tidak usah lebay begitu!"

"LENGANNYA TERLUKA! DAN KAU BAHKAN TIDAK MERASA BERSALAH?!"

Stella menyahut. "Ini bukan apa-apa, ini luka kecil. Ini tidak akan cedera, seperti yang dilakukan Merry saat SMA."

Merry mengangguk, merasa setuju. "Ya betul, bahkan saat kakinya cedera saja, dia tidak menangis."

Morgan menghela nafas kesal, harusnya sedari awal dirinya tidak membiarkan kedua orang ini bersama, persetan dengan rindu, meraka berdua mungkin tidak akan pernah akur. Kemudian Morgan membawa Stella pergi dari hadapan Merry, pokoknya mereka berdua tidak boleh disatukan.

Merry mengepalkan tangannya kuat. Perempuan itu benar-benar merasa direndahkan. Tujuan utamanya adalah bertemu dengan Morgan, tapi lelaki itu selalu mencampakkannya, bahkan saat pertama kali menginjak bandara, hal yang pertama kali melintas di pikirannya adalah menghubungi Morgan, tapi tak pernah ia respon. Hanya hari ini kesempatannya, Morgan tak pernah bisa bersikap buruk saat di kerumunan. Tapi Stella mengacaukan semuanya, dia selalu bisa menarik perhatian Morgan. Perempuan itu harus mendapatkan ganjaran atas sikap menyebalkannya.

Sedangkan Morgan terus mengobati Stella dengan wajah yang khawatir. "Punggungmu juga tidak apa-apa kan? Tidak terkena barang berat?"

Stella menggelengkan kepalanya. "Seharusnya kau tidak membentak Merry, dia pasti semakin membenciku," terangnya dengan wajah yang sedikit murung. Di dalam hatinya, Stella benar-benar takut jika Merry semakin membencinya, dulu, Merry adalah orang yang paling dekat dengannya, tapi memang, semua orang ada masanya, pertemanan itu tak bertahan lama.

"Apalagi yang kau harapkan dari Merry? Dia tidak akan pernah berubah dan seharusnya, kau juga jangan bersikap lunak!" sentak Morgan yang kelewat kesal.

Stella menganggukkan kepalanya. "Baiklah, aku akan menurutimu. Tapi ada syaratnya."

"Apa?"

"Kau jangan kasar lagi padanya, jangan membentaknya, apalagi membuatnya semakin membenciku. Karena ketika kau bersikap buruk padanya, aku yang akan mendapatkan rasa bencinya."

"Ya, baiklah. Aku akan menurutimu perintahmu, Nona."

***

"Apa kau serius, tak mau menginap?" tanya Stella di basemen apartemennya. Perempuan itu memasang wajah lugu seperti anak kucing, berharap jika Lea mau menginap hari ini juga, jika sekretarisnya tak menuruti keinginannya, sungguh tidak punya hati.

Lea memandangnya kesal. "Tidak mau! Kemarin kau mengusirku, sekarang kau malah meminta-minta tak jelas! Menyebalkan!"

Stella merajuk. "Tapi kan hari ini--"

"HARI SENIN! HARI YANG PALING MENGESALKAN!" seru Lea yang memotong perkataan Stella. Perempuan itu segera berbalik badan, lalu pergi.

Stella memandang punggungnya yang semakin menjauh. Perempuan itu hanya bisa pasrah saja. Stella berjalan menuju pintu apartemennya, pikirannya terus berkeliaran tak jelas. Memang dirinya seperti parasit yang membutuhkan inang untuk bertahan hidup. Tapi dirinya bisa hidup sendiri, pokoknya dirinya parasit yang berbeda, parasit premium...

"Sialan!" sentak Stella saat melihat pintu yang bertuliskan 'Perebut pacar orang' ini benar-benar membuatnya kesal. Tak bisakah memilih hari lain saja? Kenapa harus hari ini? Hari yang membuatnya terlahir ke dunia. Morgan yang tak mengucapkan selamat, atau bahkan Merry yang masih membencinya, dan kenapa tulisan itu harus menambah rasa kesalnya lagi? Stella segera memanggil seorang pekerja kebersihan, perempuan itu tak mau orang-orang melihatnya dan membuat namanya tercoreng.

Air segar yang membasahi rambutnya membuat Stella yang baru saja keluar dari rumah itu merasa lebih baik. Stella tersenyum, hari lahirnya tidak begitu buruk.

Ting! Tong!

Suara bel itu membuat Stella beranjak dari tidurnya, Stella segera membuka pintu.

"HAPPY BIRTHDAY STELLA BRISTY"

Stella tersenyum senang. Rasa kesalnya langsung menurun drastis. Tiba-tiba hari kelahirannya ini berubah menjadi rasa stroberi. Perempuan itu segera menyuruh mereka masuk. Stella benar-benar merasa bersyukur.

"Aku pikir kalian melupakannya."

Lea tersenyum lebar. Perempuan itu merangkul Stella. "Malam ini kau bukan atasanku, kau hanya temanku yang sedang berulang tahun!"

Stella terkekeh kecil, tapi kemudian menyingkirkan tangan Lea. "Berat tahu!"

Morgan dan James tertawa melihat Stella yang sedikit kesal. James segera menyiapkan kamera, lalu Morgan yang menyerahkan sebuah kue ulang tahun pada Stella.

Stella menutup matanya sebentar, berdoa, dirinya ingin selalu bahagia, Stella juga berdoa agar orang-orang juga selalu bahagia dan tak membencinya, hidup itu memang bisa penuh kebencian, tapi semoga rasa benci dari orang lain, tak membuat orang-orang terdekatnya menderita, kemudian Stella segera meniupnya, disusul sorakan dan tepuk tangan.

Lalu setelah menjelang malam, mereka berkumpul di ruang tengah, mengobrol bersama.

"Aku senang sekali diundang kemari. Ini adalah hari yang paling bermakna dalam hidupku," jelas James yang sangat bahagia, hingga pipinya pun memperlihatkan lesung yang menggemaskan.

Stella mengangguk, saat ini James seperti adiknya. Lelaki itu begitu manis, hingga membuat suasana semakin hangat.

"Kita bingung, mengundang siapa lagi..." kata Lea yang membuat senyum Stella luntur. Lea segera melanjutkan perkataannya. "Tapi untunglah kau senang, suasana pun semakin meriah hehe."

"Sebenarnya, jika hanya aku dan Stella yang merayakannya, suasana pun akan meriah dan menyenangkan," timpal Morgan yang sedikit tertawa.

James menyahut. "Kak Stella sangat menyukai kedatanganku tahu!"

"Dia hanya bersandiwara, Stella kan pandai berakting!" sahut Morgan yang tidak mau kalah.

Kemudian terjadi pertikaian kecil antara Morgan dan James. Kedua lelaki itu membuat Stella semakin senang, hari ulang tahunnya begitu ramai dan berarti. Hingga saat tengah malam, Stella terbangun dari tidurnya, perempuan itu tersenyum tipis, melihat mereka yang sama ketiduran dengannya di ruang tengah. Oh ayolah, kapan semesta merencanakan ini untuknya? Kenapa hari ini begitu manis?

Tring!

Tring!

Tring!

Suara notifikasi dari ponsel Stella membuat ketiga orang itu terbangun. Stella langsung mengecek ponselnya. Terdapat sebuah pesan beruntun di layar.

["Aku sangat merindukanmu."]

["Kapan aku bisa membuatmu hangat lagi?"]

["Haruskah kita bertemu?"]

Suara notifikasi itu, membuat Stella menelan salivanya. Orang gila itu benar-benar mengacaukan harinya.

"Stella kau sudah lihat artikel ini?" tanya Lea yang menunjukkan ponselnya yang langsung dibaca oleh Stella.

"Perempuan ular, perebut pacar orang?" kata Stella yang membaca artikel itu. Bahkan di tengah-tengah artikel itu terdapat sebuah foto yang menampilkan pintunya yang sudah dicorat-coret.

"Kau baik-baik saja?" Morgan menyentuh pundaknya, lelaki itu terlihat begitu khawatir.

"Siapa penulis artikel ini?" tanya James yang membuat ketiga orang itu menatapnya.

1
Iren Nursathi
lanjut dong penasaran nih thor
Janice SN: Udah kak🤗🤗
total 1 replies
Iren Nursathi
lanjuuuuuuut thor
Janice SN: udah kak🤗
total 1 replies
Selfi Selfi
semangat kk...
lanjutkan



kita saling suport yukヾ(^-^)ノ
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!