Ketika Permohonan Bumi Di Kabulkan

Sudah tiga hari kami berlatih, semua berjalan dengan lancar. Kemampuan mereka meningkat dengan pesat, masalah Soleh sudah teratasi, sekarang dia telah naik level.

Untuk kemampuan yang kita miliki, aku yakin, kita dapat dengan meudah mengalahkan si merah, tapi ada satu masalah yang sampai sekarang belum ada solusinya.

“Jadi bagaimana, apakah kalian sudah mendapatkan ide?” Ucapku.

“Kak, kalau menurut aku, itu mustahil.” Ucap Hanifa.

“Iya kak, mana mungkin pertarungan ini bisa di lakukan tanpa menarik perhatian. Apalagi sekarang era teknologi, yang sedikit – sedikit viral.” Ucap Umar.

“Sebenarnya sih ada satu cara.” Ucap Irvan.

“Apa itu, katakan.” Ucapku.

“Ya satu – satunya yang bisa bertarung hanya Yuven. Dia bisa menggunakan sihir anginnya.” Ucap Irvan.

Haaaa, kalau dipikirkan ada benarnya juga, saat dia mode angin kan dia tidak terlihat, bisa saja di akhiri dengan satu serangan. Tapi aku masih belum yakin, karena ini menyangkut nyawa, salah perhitungan bisa – bisa kita mati.

“Itu adalah opsi terakhir kita. Jika ada ide yang lain, tolong di utarakan saja.” Ucapku.

Rapat hari ini berakhir. Kami semua masih belum mendapatkan ide yang terbaik. Mau tidak mau, jika sampai dengan hari H, tidak ada perubahan, kami akan menggunakan ide Irvan.

“Eeeee.”

Aku terbangun dari tidurku, sedikit bingung. Apakah ini masih mimpi atau nyata? Aku mencubit dan menampar diriku, tapi aku masih merasakan sakit.

“Ini dimana ya?”

Hp ku berada di atas meja dan sedang di charge, pasti Yuven sekarang sedang panik melihatku tidak ada di kamar.

“Hmm, apa ini adalah salah satu kemampuan baruku?”

Aku mencoba beberapa gerakan, tapi tidak ada respon. Akan tetapi, saat aku mengarahkan tanganku ke depan, sejajar dengan bahuku, lalu aku menggerakannya seperti memotong udara, sebuah portal muncul diharapanku.

“Wah keren.”

Lalu aku masuk ke dalam portal tersebut. Di dalam potal tersebut hanya ada ruang kosong, tidak ada apapun di dalamnya. Seketika aku memiliki ide, tapi aku akan melatih kemampuanku dulu disini. Aku berharap bisa membuka portal dengan lirikan mata saja, lalu bisa membawa ku ke tempat yang aku inginkan.

Setelah aku mencoba berulang kali, akhirnya aku dapat menguasainya, aku bisa membuka portal hanya dengan lirikan mata saja, sekarang aku mencoba memikirkan kamarku lalu membuka portal.

“Wah, berhasil.”

Aku masuk ke dalam portal tersebut lalu aku berada di dalam kamarku sendiri. Waktu sudah menunjukkan pukul 10 siang, aku yakin sekarang Yuven sedang mencariku. Aku langsung menghubunginya.

“BOSSSS, bos dimana.” Teriak Yuven.

“Kamu dimana, bisa tolong bawakan makanan ke kamar, aku lapar sekali.” Ucapku.

“Tunggu bos, saya akan belikan, saya lagi di luar, dari tadi nyariin bos.” Ucap Yuven terdengar sangat pank dan khawatir.

Benarkan, dia pasti mengkhawatirkanku. Tapi sekarang tinggal mengatur waktu untuk melakukan eksekusi.

Elena memberikan beberapa saran sebelum kami ke lokasi untuk bertempur, dan menurutku itu sangat bagus.

“Tunggu Zavier, kita tidak mungkin datang ke lokasi semua, harus ada yang berjaga dari jauh.” Ucap Elena.

“Apa kamu ada rencana?” Ucapku.

“Kita bisa bagi menjadi dua tim sebut saja, tim monitor dan tim lapangan. Untuk tim lapangan sudah pasti yang memiliki kekuatan, sedangkan tim monitor adalah orang yang tidak memiliki kekuatan atau orang yang memiliki kemampuan, tapi kemampuan non tempur. Dan kita membutuhkan peralatan seperti HT portable, yang bisa menghubungkan kita, lalu gps kecil, ketika sedang beraksi, hp tidak ada gunanya, hanya membuat ribet, jadi sebaiknya di ganti dengan gps kecil untuk mengetahui titik kordinat orang yang ada di lapangan. Aku rasa itu dulu yang terpenting.” Ucap Elena.

“Kamu ada kenalan yang jual barang – barang tersebut. Kalau ada langsung hubungi dan kirim sekarang juga.” Ucapku.

“Oke.” Ucap Elena.

Hari H sudah tiba, tim lapangan yang bertugas adalah, Soleh, Elena, Rendy, Yuven, dan aku. Sempat ada tentangan dari teman – teman yang lain, karena aku tidak berkemampuan khusus, tapi aku bersikeras ikut karena, aku tidak bisa membuat portal jarak jauh.

“Tenang saja, nanti Kak Zavier akan aku lindungi.” Ucap Soleh yang menyakinkan teman yang lain.

Tim monitor di ketua oleh Hanifa, karena dia mengerti bahasa programer dan semacamnya, jadi dia yang akan memantau pergerakan kami. Gps yang kami pakai ini juga memancarkan radar hinnga radius 1 km, jadi ketika ada benda yang masuk ke jangkaua radar tersebut, maka akan terlihat di monitor.

Kami menunggu di lokasi kejadian naas itu terjadi, karena aku yakin sekali pelakunya tinggal di sekitaran situ.

Beberapa lama kemudian, terlihat seseorang yang mencurigakan keluar dari salah satu rumah, dia seperti sedang mencari mangsa. Aku memerintahkan Yuven untuk standby di dekatnya dengan menggunakan kemampuan anginnya. Namun tiba – tiba saja.

“(Srukkkk)”

Tangan pria tersebut berubah bentuk menjadi tentakel gurita yang panjang, terlihat seperti menusuk sesuatu, lalu dia mengayunkan tentakel tersebut kearah kami.

“Brakkkk.”

Sebuah pohon tempat kami sembunyi di baliknya hancur, dan betapa terkejutnya kami melihat Yuven yang sudah berlumuran darah.

Ternyata tentakel itu menusuk perut Yuven. Soleh langsung memberika pertolongan pertama pada Yuven, lalu aku membuka portal di bawah kaki pria itu berpijak, dan dia masuk ke dalam ruang dimensi yang aku buat.

Aku juga sengaja membuat portal tersebut di bawah permukaan kami juga, sehingga kami jatuh ke dalam ruang dimensi juga.

“Hah, apa yang terjadi, Kak Zavier, Soleh, Kak Elena, Yuven, Rendy.” Ucap Hanifa.

“Ada apa Han?” Ucpa Irvan.

“Mereka tiba – tiba hilang, kita lost kontak dengan mereka.” Ucap Hanifa.

“Coba telepon Kak Zavier, diakan membawa Hp.” Ucap Umar.

Setelah mereka mencoba menghubunginya, nomornya tidak tersambung, mereka lenyap seperti di telan bumi.

Memang, di dalam ruang dimensi ini, sinya apapun tidak dapat tembus. Semua alat elektronik tidak akan bisa di pakai disini.

“Wah, benar juga, ternyata kalian ini manusia pilihan tuhan ya.” Ucap pria tersebut.

Soleh fokus menyembuhkan luka Yuven, sedangkan Elena dan Rendy telah siap untuk bertarung.

“Ternyata tuhan memberi firmannya kepada bocah ingusan seperti kalian. Sangat disayangkan, kalian menyianyiakan masa muda kalian, sekarang aku akan membantu kalian bertemu langsung dengan tuhan.” Ucap pria tersebut sambil tersenyum.

Pria itu mengubah tangannya menjadi tentakel dan mengarahkannya pada Elena. Dengan cepat Rendy menangkapnya, lalu mencengkramnya dengan kuat. Elena berlari menuju pria tersebut, lalu menyemburkan api yang sangat panas ke arah pria tersebut.

“Kak, kenapa Yuven bisa terkena serangan seperti ini, padahal kita sudah pernah latihan, kalau Yuven bisa menembus material padat, waktu saat Rendy melempar batu ke arahnya, Yuven bersikap seperti angin dan batu itu dengan mudah melewatinya, sekarang kenapa bisa seperti ini, seharusnya kan tidak seperti ini.” Ucap Soleh yang mulai sedikit panik.