Giska adalah anak dari seorang sopir di sebuah perusahaan. Ia terkejut saat ayahnya mengatakan bahwa Giska akan menikah dengan anak dari bos tempat papanya bekerja. Giska kaget saat tahu kalau lelaki itu dingin, sombong, arogan. Ia berkata : "Kita menikah, kamu harus melahirkan anak laki-laki untukku lalu kita bercerai."
Mampukah gadis berusia 19 tahun itu menjalani pernikahan seperti ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Pertama Sebagai Pasangan
Perlahan Giska membuka matanya. Ia terkejut karena ia tahu bahwa semalam ia tidur di ujung ranjang. Ia membatasi ranjang dengan bantal. Kenapa sekarang justru dia yang tidur sangat dekat dengan Alka sambil memeluk bantal? Jarak mereka sangat dekat. Untung saja Giska yang bangun lebih dulu. Gadis itu menepuk jidatnya dan perlahan turun dari ranjang. Ia menarik napas lega ketika sudah berada di kamar mandi. Tak lupa ia mengunci pintunya agar peristiwa semalam tak terjadi lagi.
Gadis itu pun menikmati mandi pagi dengan tenang.
Sedangkan Alka terbangun karena mendengar bunyi ponselnya. Ia melihat kalau siapa yang menelepon. Ternyata papanya.
"Ada apa, papa?" tanya Alka dengan suara yang masih terdengar mengantuk.
"Kami semua menunggu kalian untuk sarapan, nak. Ini sudah hampir jam 10."
"Baik, pa." Alka dengan malasnya turun dari ranjang. Ia menuju ke kamar mandi. Sebelum ia mengetuk pintunya, Giska sudah keluar.
"Kenapa kamu nggak membasahi rambutmu?" tanya Alka.
"Aku kan semalam sudah cuci rambut."
"Masuk dan basahi rambutmu." Alka memutar tubuh Giska dan mendorongnya masuk kembali ke kamar mandi.
"Kenapa harus dibasahi?" Giska masih protes.
"Cepat lakukan atau kita akan mandi bersama." ancam Alka.
"Dasar sinting!" Giska membanting pintu kamar mandi. Ia tak tahu kenapa harus membasahi rambut segala.
************
Alka langsung menggenggam tangan Giska saat keduanya baru keluar dari kamar.
"Kenapa harus menggunakan pegang tangan sih?" Giska berusaha menarik tangannya namun Alka menahannya dengan sangat kuat.
"Sayang, di depan sana CCTV sudah ada. Jadi jangan pernah tunjukan wajah cemberut mu itu."
Giska pun terpaksa mengikuti langkah Alka dengan tangan yang saling menggenggam.
"Good morning.....!" sapa Alka dengan senyum yang dibuat semanis mungkin.
Ada senyum manis di wajah Geo dan Delon. Apalagi saat melihat rambut Gelya yang basah.
"Ayo duduk, nak." kata Geo sambil menunjukan 2 kursi kosong yang memang disiapkan untuk mereka.
"Sebentar malam kami semua akan kembali ke Indonesia jadi kalian nikmati saja masa bulan madu. Papa akan menghadiahkan kalian bulan madu keliling Eropa." ujar Geo dengan penuh semangat.
"Tapi ...., kuliahku. Aku hanya minta ijin seminggu di kampus." kata Giska dengan sedikit keberatan. Ia memandang Alka.
"Papa, aku dan Giska menikah secara cepat tanpa menyelesaikan tugas dan tanggungjawab kami masing-masing. Jadi, bolehkah bulan madunya ditunda dulu? Kan bulan madu bisa dilakukan di rumah saja. Iya kan sayang?" Alka menatap Giska mesra sambil melingkarkan tangannya di bahu sang istri.
Giska pura-pura mengangguk dengan sedikit tersipu pada hal dia kesal karena Alka dengan seenaknya saja memeluk bahunya.
"Ya sudah. Kalau begitu, kalian nikmati saja 3 hari tersisa di sini. Ajak Giska jalan-jalan ke Tokyo. Agar dia bisa melihat' keindahan kota itu. Jangan lupa belanja yang banyak." ujar Geo.
"Tentu saja, papa."
Geo bernapas lega. Ia melihat kalau Alka bahagia dengan pernikahan ini.
Sedangkan Giska justru sedang galau. Sejak semalam ponsel Deo tak aktif dan dan tak ada seorang pun yang tahu pria itu ada di mana.
************
Giska dan Alka menginap di salah satu hotel ternama di kota Tokyo. Keluarga mereka yang lain sudah kembali karena semua keponakan Alka juga belum libur sekolah.
Setelah memasuki hotel, Alka kemudian keluar. Kini Giska sendirian di kamar besar ini. Semua makanan enak, buah dan minuman tersedia di kamar ini. Namun Giska sama sekali tak berselera karena pikirannya justru ada di Jakarta. Giska sudah berulang kali menelpon Deo namun ponselnya tak aktif. Sampai akhirnya April menelepon Giska setelah Giska menanyakan keberadaan Deo.
"Hallo Gis, kamu ada di mana sih?" tanya April.
"Eh, bos ayahku mengajak ayah berobat di Tokyo. Makanya sekarang kami ada di Tokyo. Kamu tahu keberadaan Deo?"
"Deo ada di rumah kakaknya. Semalam Deo katanya mabuk berat. Semua bingung dengan apa yang terjadi. Deo kelihatan stres berat."
"Tapi dia baik-baik saja kan?"
"Iya."
"Syukurlah."
"Kalian bertengkar?" tanya April.
"Kami......." Pintu kamar terbuka. Giska menoleh. Ternyata Alka yang masuk. "April, aku telepon lagi ya?"
Alka menatap Giska. Gadis itu buru-buru menghapus air matanya.
"Kenapa menangis?" tanya Alka.
"Bukan urusanmu."
"Tentu saja urusanku karena aku adalah suamimu."
Giska menatap Alka dengan jengkel. "Bukankah kita berjanji tak akan saling menganggu urusan masing-masing?"
"Memang. Tapi setidaknya aku harus tahu apa yang kamu kerjakan atau alami. Bagaimana jika orang tua kita bertanya dan aku tak tahu apa-apa?"
Giska hanya mendesis kesal.
"Ganti pakaian dan ikut denganku." kata Alka sambil memberikan sebuah kotak. Ia meletakannya di atas pangkuan Giska.
"Apa ini?"
"Buka saja sendiri."
Giska membukanya dan terkejut karena ternyata itu berisi sebuah gaun berwarna putih. Lengkap dengan sebuah sepatu high heels. Dan sebuah dompet berwarna putih juga.
"Untukku?" tanya Giska sambil menunjuk dadanya.
"Ya. Kita akan makan malam di restoran yang sudah di reservasi oleh papaku. Dan kita wajib mengirimkan foto kita yang sedang tersenyum bahagia kepadanya."
"Aku malas untuk keluar."
"Kita sudah menjalani sandiwara ini jadi mainkan peranmu sampai selesai. Jangan banyak drama seperti kebanyakan ABG lainnya." Alka meninggalkan Giska dan menuju ke balkon kamar. Giska dengan malasnya menuju ke kamar mandi untuk sekedar mencuci wajahnya dan memakai gaun itu.
Giska terpana melihat gaun yang sangat pas di tubuhnya, demikian juga dengan sepatunya.
Alka yang sudah selesai merokok di balkon segera masuk ke kamar.
"Berdandanlah sedikit, Giska. Agar aku tak kelihatan sedang berjalan dengan seorang bocil." kata Alka sebelum menghilang di balik pintu kamar mandi.
Giska menatap wajahnya ke cermin. Ia terkejut melihat ada peralatan make up lengkap di atas meja rias ini. Ia mencoba memakai seadanya. April yang mengajarinya berdandan namun Deo justru lebih suka Giska yang tampil apa adanya.
Setelah memoles sedikit bedak, lipstik dan pemerah pipi, Giska menggulung rambutnya ke atas dan menahannya dengan sebuah jepit rambut yang memang sudah tersedia di atas meja itu.
Alka yang keluar kamar terkejut melihat Giska. "Wah, ternyata kamu bisa dandan juga ya?"
"Dasar mesum!" Giska langsung memalingkan wajahnya melihat Alka yang keluar kamar mandi hanya menggunakan handuk.
"Apanya yang mesum? Memangnya belum pernah melihat lelaki tanpa busana?" tanya Alka sambil membuka lemari pakaian. Ia mengambil celana kainnya dan mengeluarkan kemejanya.
Giska segera berdiri dan berlari ke arah balkon.
Saat ia keluar, ia merasakan udara malam itu cukup dingin. Sementara gaun yang Giska pakai hanya berlengan pendek.
"Dasar tidak tahu malu! Seenaknya saja ia mau ganti pakaian di hadapanku. Kok ada ya lelaki yang seperti itu." Giska bergumam sendiri. Ia melihat ke dalam dan Alka sudah selesai berpakaian. Giska masuk kembali.
Alka dengan cepat menyisir rambutnya. Lalu mengenakan sepatunya. Tak lupa ia mengenakan jasnya.
"Makan malam saja harus menggunakan jas?" tanya Giska.
"Diam kalau tak tahu apa-apa." kata Alka lalu segera berjalan lebih dulu. Giska mengikutinya dari belakang.
Sebuah mobil sudah menunggu mereka di lobby hotel.
Perjalanan membutuhkan waktu 20 menit. Sepanjang jalan Giska hanya diam dan Alka sibuk dengan ponselnya. Ia bahkan menerima sebuah panggilan telepon entah dari mana dan lelaki itu menjawabnya dalam bahasa Mandarin. Giska cukup kaget karena Alka bisa menggunakan bahasa itu. Giska sendiri sebenarnya sementara mengikuti kursus secara online bahasa Mandarin.
Saat keduanya sudah tiba di tempat tujuan, Alka segera menggenggam tangan Giska.
"Kok saling menggenggam tangan sih?"
Alka menatap Giska dengan alis yang terangkat. "Kamu belum tahu kalau papaku punya CCTV di mana-mana?"
Giska pun menurut. Seorang pelayan menyambut mereka dan Alka ternyata bisa berbahasa Jepang juga.
Mereka kemudian diantar ke meja yang sudah disiapkan. Giska terkejut melihat semua lelaki yang ada di ruangan ini menggunakan jas. Ternyata memang ini restoran bintang lima yang mengharuskan semua pengunjungnya menggunakan pakaian yang resmi.
"Kamu mau makan apa?" tanya Alka.
"Aku nggak tahu harus makan apa. Lagi pula aku memang tak pernah makan makanan asal Jepang." kata Giska berterus terang.
Alka pun memilih makanan yang sesuai dengan dirinya. Ia kemudian mengeluarkan ponselnya saat sang pelayan sudah pergi.
"Ayo kita foto bersama." ujar Alka. Lelaki itu berdiri dan memposisikan dirinya di belakang Giska. Ia memanggil seorang pelayan dan meminta mengambil gambar mereka. Pada pose yang kedua, Alka bahkan mencium pipi Giska membuat perempuan itu menoleh dengan kaget dan melotot.
"Thanks." ujar Alka kepada pelayan yang telah mengambil gambar mereka lalu kembali duduk.
"Kok kamu mencium aku sih?" tanya Giska protes.
"Hei bocil, apa salahnya mencium pipi. Aku juga kalau ketemu dengan teman-teman ku biasa aja kalau cium pipi. Lagi pula kalau aku mencium pipi atau bibir mu nggak ada yang akan marah karena kita sudah halal." jawab Alka dengan cueknya lalu segera mengirim foto yang tadi pada papanya.
Giska akan bicara lagi namun dia seperti melihat bayangan Deo yang berdiri di dekat dinding kaca yang tepat menghadap ke arah mereka.
"Deo?" Giska langsung berdiri dan berlari ke luar restoran. Dia sangat yakin kalau lelaki itu adalah Deo.
*********
Benarkah Deo menyusul Giska ke Jepang?
walopun di awal2 bab sedikit gemes dg karakter Alka yg super duper cuek, tapi pada akhirnya berubah jadi super bucin ke Giska..
finally happy ending.. saya suka.. saya suka..
Akhirnya mereka bisa mewujudkan impian kedua ortu masing2, walopun pada akhirnya hanya papa Geo yg bisa melihat langsung anak Alka-Giska dan itupun hanya sebentar..
benar2 perjuangan yg luar biasa ya papa Geo..
tetep berbau "bule" ya mak, walopun cuma blasteran..
secara visual benernya lebih suka sama Rudi, hehe.. tapi itu kan preferensi masing2..
seneng banget deh bisa reunian sama Juragan Wisnu-Naura..
kangennya lumayan terobati..
jujur, karya2 awal (alias para sesepuh) menurutku yg paling ngena di hati..
mulai dari empat sekawan Faith-Ezekiel, Ben-Maura, Edward Kim-Lerina, Arnold Manola-Fairy, trus jgn lupakan Giani-Geronimo dan yg khas nusantara tentunya juragan Wisnu-Naura..
semuanya karyamu aku suka mak, tapi kisah mereka yg paling tak terlupakan..
anyway, semoga sehat selalu ya mak..
tetap semangat berkarya apapun yg terjadi dan semoga sukses selalu baik di dunia halu dan nyata.. 💪🏻😘😍🥰🤩
alur cerita menarik dengan alur yg lambat dan terkadang juga cepat dengan mengalir dan tidak muter2.
terimakasih atas bacaannya yang menarik thor.
terus semangat berkarya...❤️❤️