"Aku mencintainya, tapi akulah alasan kehancurannya. Bisakah ia tetap mencintaiku setelah tahu akulah penghancurnya?"
Hania, pewaris tunggal keluarga kaya, tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Meskipun seluruh sumber daya dan koneksi dikerahkan untuk mencarinya, Hania tetap tak ditemukan. Tidak ada yang tahu, ia menyamar sebagai perawat sederhana untuk merawat Ziyo, seorang pria buta dan lumpuh yang terjebak dalam bayang-bayang masa lalunya.
Di tengah kebersamaan, cinta diam-diam tumbuh di hati mereka. Namun, Hania menyimpan rahasia besar yang tak termaafkan, ia adalah alasan Ziyo kehilangan penglihatannya dan kemampuannya untuk berjalan. Saat kebenaran terungkap, apakah cinta mampu mengalahkan rasa benci? Ataukah Ziyo akan membalas dendam pada wanita yang telah menghancurkannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Belum Bisa Meraba
Diva menatap layar laptopnya dengan ekspresi dingin, jemarinya mengetuk meja kaca di hadapannya. Laporan terbaru tentang saham perusahaan keluarga Ziyo terpampang jelas. Rencana awalnya untuk mengambil alih posisi Ziyo dengan memanfaatkan kondisi Ziyo yang lumpuh dan buta kini gagal total.
Investasi besar-besaran dari seseorang yang tak terduga membuat posisi Ziyo kembali menguat. Bahkan pemegang saham yang sebelumnya mulai goyah dan hampir berpihak padanya kini kembali mendukung Ziyo.
Diva menutup laptopnya dengan suara klik tajam. Matanya menyipit.
“Siapa sebenarnya orang ini?” gumamnya pelan, penuh kecurigaan.
Ia telah memerintahkan penyelidikan terhadap investor misterius yang menyuntikkan dana besar ke perusahaan, tetapi belum mendapat laporan apa pun. Yang jelas, keberadaan orang ini merusak rencananya.
Diva berdiri, mengambil ponselnya, lalu menekan nomor yang sudah dihafalnya.
“Apa belum ada perkembangan?”
Suara di seberang terdengar ragu. “Kami masih mencari informasi. Investor ini sangat tertutup. Hampir semua jejaknya dihapus atau sulit diakses.”
Diva menghela napas, menekan pelipisnya, berpikir cepat. Jika orang ini benar-benar ancaman, maka ia harus disingkirkan—tapi tanpa informasi yang cukup, ia tidak bisa bertindak gegabah.
Yang tidak ia sadari, orang yang membuat posisi Ziyo kokoh dan gadis yang merawat Ziyo adalah orang yang sama. Karena saat menjadi perawat Ziyo, Hania menyamar dengan sangat baik.
Diva mengepalkan tangan. Jika ia tidak bisa menjatuhkan Ziyo secara langsung, maka ia akan membuatnya kehilangan segalanya dengan cara lain.
Langkah pertamanya? Mengungkap identitas investor misterius itu. Dan jika orang itu benar-benar berbahaya bagi rencananya, ia tidak akan tinggal diam.
***
Rian duduk di ruang kerjanya yang luas dan elegan, tatapannya tajam saat menunggu laporan dari orang kepercayaannya. Pria paruh baya di depannya, dengan jas rapi dan sikap profesional, menyesap napas sebelum mulai berbicara.
“Perusahaan tempat Nona Hania berinvestasi besar adalah milik seorang pria bernama Ziyo. Dia CEO perusahaan itu, tetapi saat ini dalam kondisi yang cukup mengenaskan.”
Rian menyipitkan mata. “Jelaskan.”
Orang kepercayaannya, pria bernama Damar, mengangguk sebelum melanjutkan.
“Ziyo mengalami kecelakaan yang membuatnya buta, lumpuh, dan wajahnya rusak. Dalam keadaan seperti itu, ibu tirinya, Diva, mencoba memanfaatkan situasi untuk melengserkannya dengan memengaruhi pemegang saham. Jika tidak ada investasi besar yang masuk ke perusahaan, mungkin posisi Ziyo sudah tergantikan sekarang.”
Rian menyandarkan tubuhnya ke kursi, ekspresinya mulai berubah serius. “Tapi dia masih berusaha mempertahankan posisinya?”
“Benar, Tuan. Meski buta dan lumpuh, dia tetap memegang kendali perusahaan. Orang kepercayaannya, Prasetyo, menjadi tangan kanannya. Saat ini Ziyo sedang dalam masa penyembuhan. Wajahnya sudah pulih setelah operasi, dan kakinya pun mulai menunjukkan kemajuan. Hanya penglihatannya yang masih belum ada perkembangan, tapi dia sedang mencari donor kornea.”
Damar berhenti sejenak sebelum menambahkan sesuatu yang lebih menarik perhatian Rian.
“Satu lagi, Tuan. Ziyo memutuskan pertunangannya setelah kecelakaan itu.”
Rian menautkan jari-jarinya di atas meja, matanya tajam menatap Damar. “Siapa mantan tunangannya?”
Damar menatap Rian sejenak, lalu berkata, “Clara. Pewaris perusahaan tempat Bryan—mantan pacar Nona Hania—bekerja.”
Ruangan mendadak sunyi. Rian mengernyit, mulai menghubungkan berbagai informasi dalam benaknya.
“Jadi, ada kemungkinan Clara punya hubungan dengan Bryan?”
“Desas-desusnya begitu, Tuan. Ada beberapa sumber yang menyebutkan bahwa Clara dan Bryan memiliki hubungan yang lebih dari sekadar rekan bisnis. Belum ada bukti konkret, tetapi gosip itu sudah beredar di kalangan orang-orang dekat mereka.”
Rian menghela napas panjang, tatapannya semakin tajam. Sekarang ia semakin bertanya-tanya.
Apa sebenarnya motif Hania berinvestasi begitu besar di perusahaan Ziyo?
Apakah ini ada hubungannya dengan masa lalu putrinya?
Atau ada sesuatu yang lebih dalam yang belum ia ketahui?
Ia menyadari bahwa ini bukan hanya sekadar bisnis. Ada sesuatu yang lebih besar di balik keputusan putrinya. Dan ia akan mencari tahu semuanya.
Rian mengusap wajahnya, perasaan tak menentu menguasainya. Ia bukan pria yang mudah terbawa emosi, tetapi kali ini pikirannya benar-benar kacau. Putrinya yang menghilang tiba-tiba berinvestasi besar di perusahaan yang nyaris kacau karena CEO-nya dalam kondisi mengenaskan.
Rian menatap Damar, orang kepercayaannya, dengan sorot mata penuh ketegasan.
“Temukan secepatnya putriku.”
Suara Rian berat, menunjukkan kegelisahan yang jarang terlihat darinya.
“Aku semakin tidak mengerti kenapa ia menghilang dan tiba-tiba berinvestasi di perusahaan itu. Aku sama sekali tidak bisa meraba apa yang sebenarnya terjadi.”
Damar mengangguk, memahami betapa pentingnya ini bagi Rian. “Baik, Tuan. Saya akan mengerahkan lebih banyak orang untuk mencari keberadaan Nona Hania.”
Rian menghela napas panjang, menatap kosong ke meja di depannya. Semua ini tidak masuk akal. Hania bukan tipe orang yang gegabah dalam mengambil keputusan bisnis. Selama ini, ia selalu cermat dan penuh perhitungan.
Kalau ia menarik saham dan menjual asetnya untuk dialihkan ke perusahaan Ziyo, berarti ada sesuatu yang lebih besar terjadi.
“Pastikan kalian menyelidiki segala sesuatu yang berkaitan dengan Ziyo lebih dalam,” lanjut Rian. “Bukan hanya perusahaannya, tetapi juga orang-orang di sekitarnya. Aku ingin tahu siapa saja yang terlibat di dalamnya.”
Damar mencatat perintah itu. “Saya mengerti, Tuan.”
Rian meremas jemarinya. Ada firasat buruk yang terus menghantuinya. Ia kehilangan putrinya beberapa bulan ini, dan sekarang ketika ada jejak Hania, semuanya justru semakin membingungkan.
Apakah putrinya dalam bahaya?
Ataukah Hania memiliki rencana yang tidak ia ketahui?
Bagaimanapun juga, ia tidak akan tinggal diam. Jika ada sesuatu yang mengancam Hania, ia akan memastikan bahwa putrinya tetap aman.
Dengan tatapan penuh tekad, Rian mengulang sekali lagi, “Temukan dia secepatnya.”
***
Di Sisi Lain
Hania berdiri di samping Ziyo, tangannya siaga di dekat pria itu, memastikan jika Ziyo kehilangan keseimbangan, ia bisa segera menahannya.
“Angkat kaki kanan Anda, perlahan… lalu letakkan dengan stabil,” suara Hania lembut, tetapi tegas.
Ziyo mengerutkan kening, berkonsentrasi penuh. “Mudah diucapkan, sulit dilakukan.”
Hania tersenyum tipis. “Saya akan membantu Anda. Jangan takut jatuh, saya di sini.”
Ziyo menghela napas dan mencoba melangkah lagi. Satu, dua, tiga langkah… tetapi keseimbangannya goyah.
“Tuan, hati-ha—”
BRUKK!
Terlambat. Tubuh Ziyo kehilangan kendali, dan dalam hitungan detik, ia terjatuh… menimpa Hania yang refleks ingin menangkapnya.
Mereka terhempas ke lantai, napas keduanya memburu.
Ziyo menumpu berat badannya dengan kedua tangannya, wajahnya hanya beberapa senti dari wajah Hania. Sementara itu, Hania menatapnya tanpa berkedip, jantungnya berdetak tak karuan.
Ziyo tidak bisa melihat ekspresi Hania, tetapi ia bisa merasakan kehadiran wanita itu begitu dekat—begitu nyata.
Hening.
Suasana tiba-tiba terasa berbeda.
Hania bisa mencium aroma khas tubuh Ziyo, bisa merasakan hembusan napas pria itu menyapu kulitnya. Di sisi lain, Ziyo merasakan kehangatan Hania di bawahnya, sesuatu yang entah mengapa membuat dadanya bergetar.
“Aku… aku tidak sengaja,” suara Ziyo terdengar lebih pelan dari biasanya.
Hania masih terpaku. “A-Anda bisa bangun sekarang.”
Ziyo mengangguk dan dengan hati-hati berusaha bangkit, tetapi pergerakannya justru membuat wajah mereka semakin mendekat.
Lagi-lagi hening.
Jantung Hania semakin berdebar, sementara Ziyo yang tidak bisa melihat hanya bisa mengandalkan instingnya. Ia bisa merasakan kehadiran Hania begitu dekat, dan anehnya, ia tidak ingin segera menjauh.
Perasaan ini… apa?
Hania juga tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Selama ini, ia hanya melihat Ziyo sebagai seseorang yang harus ia rawat, tetapi kenapa sekarang… perasaannya terasa berbeda?
Akhirnya, Ziyo berhasil bangkit dengan susah payah, dan Hania ikut duduk, mencoba menormalkan detak jantungnya.
Ziyo berdeham. “Sepertinya aku masih harus banyak belajar berjalan.”
Hania menunduk, menyembunyikan senyumnya. “Tidak masalah, saya akan membantu Anda… sampai Anda benar-benar bisa berjalan lagi.”
Ziyo mengangguk. “Terima kasih.”
Hania menatapnya. Sejak kapan Ziyo terlihat begitu… hangat di matanya?
Mungkin, tanpa mereka sadari, sesuatu sedang tumbuh di antara mereka. Sesuatu yang lebih dari sekadar perawat dan pasien.
...🔸"Cinta adalah misteri, datang tanpa diundang, pergi tanpa permisi. Cinta tak pernah meminta untuk datang, namun selalu punya alasan untuk tinggal."🔸...
...🍁💦🍁...
.
To be continued
Tinggal bersama kakak ziyo dan hania...
Diva dilaporkan ke polisi...
Demi ambisimu ingin menguasai perusahaan Clara tega selingkuh dengan Clara...