Seorang wanita cantik yang suka dengan kehidupan bebas hingga mendirikan geng motor sendiri. Dengan terpaksa harus masuk ke pesantren akibat pergaulannya yang bebas di ketahui oleh Abahnya yang merupakan Kyai di kompleks perumahan indah.
Di Pesantren Ta'mirul Mukminin wanita cantik ini akan memulai kehidupannya yang baru dan menemukan sosok imam untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fii Cholby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 6
Fifia merebahkan dirinya di atas kasur yang kecil nan tidak terlalu empuk. Ia membuang nafasnya kasar hingga beberapa kali.
Apakah ia akan betah berada di pesantren? Kasur yang kecil, banyak peraturan, tidak bisa bebas.
"Mbak, ayoo kita siap-siap ke masjid sholat berjamaah. Sebentar lagi waktunya sholat magrib" ajak Sherly
"Iyaa, wudhu nya di mana?" tanya Fifia.
"Mbak Fia bareng aku aja. Aku juga mau ambil wudhu. Ayoo, Mbak" ajak Yulia.
.
.
Setelah selesai melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim. Kini di lanjut dengan kegiatan rutin di pesantren sehabis sholat magrib. Semua santriwati membaca Surah Yasin, Surah Al-Waqiah dan Surah Al-Mulk sembari menunggu adzan isya' berkumandang.
"Suara Mbak Fia merdu sekali. Bacaannya juga bagus dan fasih." Puji Nayla. Saat mereka sudah kembali di kamar.
"Makasih" ujar Fifia.
"Emm Mbak mau ikut kegiatan apa di pesantren?" tanya Sherly
"Belum tau! Memangnya kalian ikut kegiatan apa aja?" jawab Fifia apa adanya.
"Mbak Yulia, dia pengajar di pesantren ini, Mbak. Dia mengajar kitab kuning, bisa di bilang ustadzah. Kalau Mbak Nayla, dia mengikuti program hafidzul Qur'an dan kitab kuning. Kalau aku, cuma ikut satu kegiatan aja yaitu hafidzul Qur'an. Aku ingin mengangkat derajat orang tua ku kelak di akhirat nanti, Mbak. Aku ingin memberikan yang terbaik untuk orang tua ku di akhirat" terang Sherly.
Fifia memandang Yulia, Nayla dan juga Sherly secara bergantian. Mereka bertiga memilik wajah yang teduh. Sepertinya Yulia dan Nayla dari orang yang lumayan mampu. Terlihat dari pakaiannya yang tampak sederhana. Berbeda dengan Sherly, ia seperti dari kalangan rendah. Pakaiannya terlihat jelek, bahkan ada tambalan di baju bagian lengannya.
Mereka bertiga yang di tatap oleh Fifia hanya bisa tersenyum kaku. "Kamu ini apa-apaan sih, Sher" ucap Nayla berbisik.
"Ekheemm... Sudah ayoo kita siap-siap untuk belajar" ucap Yulia mengalihkan pembicaraan.
"Mbak juga siap-siap. Nanti Mbak Fia bisa lihat-lihat sendiri kegiatan apa saja yang ada di pesantren ini. Baru Mbak pilih mau mengikuti kegiatan yang mana"
Fifia hanya mengangguk.
Fifia jadi teringat akan sosok lelaki yang ia lihat tadi sore. Kulitnya putih bersih, terlihat tampan mengenakan pakaian santri. Wajahnya teduh seakan ia merasa nyaman dan ingin berada di samping lelaki itu.
Hidung yang mancung, bibir merah muda alami, bulu mata yang cantik. Hatinya seketika berdebar mengingat sosok lelaki itu.
"Emm aku mau ikut kegiatan Al-Qur'an dan ajaran kitab kuning saja. Sepertinya lebih menarik" ucap Fifia setelah memikirkannya dengan matang. Sebenarnya ia hanya penasaran akan sosok lelaki tampan yang membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an di bawah pohon tadi sore.
Ia berinisiatif ikut kegiatan Al-Qur'an karena ia pikir, ia bisa melihat sosok lelaki tampan itu jika ia mengikuti kegiatan Al-Qur'an. Ia benar-benar ingin mengenal sosok lelaki itu. Hatinya merasa berdebar setiap kali ia membayangkannya.
"Alhamdulillah jika Mbak Fifia mau ikut kegiatan Al-Qur'an dan ajaran kitab kuning" ucap Yulia.
Semua santriwan maupun santriwati berbondong-bondong memasuki kelas masing-masing. Kelas santriwan dan santriwati di pisah. Hanya saja jika santriwati ingin memasuki kelas untuk belajar. Santriwati akan melewati aula tempat belajar santriwan.
Fifia tak sengaja melihat sosok lelaki tampan itu memasuki aula santriwan. Ia ingin melihat apa saja yang di lakukan sosok lelaki tampan itu di dalam aula. Namun langkahnya terhenti kala Nayla memanggilnya karena ustadzah sebentar lagi akan memasuki kelas.
"Mbak, ayoo cepat. Ustadzah bentar lagi datang. Ntar bisa ketinggalan pelajaran nanti" teriak Nayla.
"Iyaaa" balas Fifia sedikit berteriak. Ia berdecak kesal karena gagal melihat sosok lelaki tampan itu.
"Mbak Fia tadi ngapain lihat-lihat aula santriwan? Mbak naksir yaa sama salah satu santri sini?" ucap Sherly yang duduk berdampingan dengan Fifia.
"Ngaco! Aku hanya penasaran aja. Apa yang di lakukan santriwan di dalam ruangan itu" elak Fifia mencoba menutupi.
"Oohhh.... Kirain Mbak naksir sama salah satu santri sini."
"Yaa kali naksir, kenal aja enggak. Lagipula kan aku belum ada sehari semalam di sini, Sher. Kamu ini ada-ada aja."
"Huussss.... Ustadzah datang. Jangan berisik!" Peringat Nayla.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh" ucap Ustadzah Nurul
"Wa'alaikumsalam warohmatullah wabarokatuh" jawab serempak santriwati.
Ustadzah Nurul melihat ke arah Fifia. "Apakah ada santri baru?" tanya Ustadzah.
"Ada ustadzah" ucap Sherly.
"Mbak, bisa maju ke depan sebentar." Pinta Ustadzah Nurul.
Fifia mengangguk dan maju ke depan. "Boleh perkenalkan siapa namanya."
"Nama saya Fifia panggil aja Fia. Semoga kita bisa menjadi teman yang baik di pesantren ini" ucap Fifia.
"Nama apaan kek gitu. Norak. Hahahaha....." ucap salah satu santriwati yang bernama Ulya
"Iyaa, norak banget hahaha...." timpal Mila sahabat Ulya.
Fifia mengepalkan tangannya erat mencoba menahan emosinya agar tidak meledak.
"Ulya, Mila. Apa-apaan kalian ini. Nggak boleh bicara seperti itu pada teman kalian"
"Ustadzah, dia nggak cocok ada di pesantren ini. Namanya terlalu norak" ucap Mila
"Iyaa Ustadzah" timpal Ulya
oke lanjut
semangat untuk up date nya
Alhamdulillah double up date
oke lanjut thor
semangat lanjutkan Thorrrrr