Blurb...
"Sejak kapan kau mencintaiku hubby?" Tanya Alena setelah mereka selesai dengan percintaan panas mereka dan kini mereka saling memeluk satu sama lain.
"Sejak kau memakai hijabmu ini honey, kau semakin cantik setelah mengenakan hijab." Ucap Abraham sembari membelai lembut wajah cantik sang istri.
"Kalau begitu aku adalah pemenangnya hubby, karna aku sudah mencintaimu sejak pertama kali kita bertemu" Bangga Alena sembari mengecup bibir sang suami.
"Aishhh! kau pikir ini sebuah perlombaan!" Pekik Abraham sembari mencubit hidung sang istri dengan gemas"
Akankah pernikahan mereka bertahan hingga akhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hukuman
"Waalaikumsalam!"
Jawab semua orang serentak. Mereka menatap ke arah Alena dengan ekspresi wajah yang sama.
"Bu Ayu--"
Sapa Alena dengan senyumnya yang terlihat sangat dipaksakan.
Keberanian Alena menciut saat melihat sang wali kelasnya di sekolah, duduk berdampingan dengan ummi Maryamnya di ruang tamu rumah mereka.
Bu Ayu tidak datang dengan tangan kosong.
Wanita berkaca mata tebal itu membawa oleh-oleh berupa surat peringatan untuk Alena, dan surat peringatan itu kini tergeletak di atas meja ruang tamu.
"Alena, kamu darimana saja seharian ini sayang? Kenapa hari ini gak sekolah nak?"
Tanya Maryam masih dengan nada lembut seperti biasanya.
"A-anu ummi, dari---dari---"
Jawab Alena tergugup, lidahnya begitu kelu hingga tak tahu harus berkata apa.
Abraham yang semula akan ikut masuk ke dalam rumah untuk menyusul Alena pun, akhirnya memutar arah begitu menyadari situasi menegangkan yang sedang terjadi di dalam sana.
"Wah gawat, mending gue gak usah ikut campur dulu deh. Sorry ya Al."
Ucap Abraham sebelum berlalu pergi dengan motor gedenya.
***
"Duduk!"
Titah Ryan dengan nada datar namun penuh dengan penekanan.
"Iya abbi"
Alena menurut, ia mencari sofa yang masih kosong dan duduk manis disana.
"Alena, kamu sudah bolos sekolah sebanyak 50 x dalam semester ini. Walaupun nilai-nilai pelajaran kamu cukup baik, tapi tetap saja hal itu akan berpengaruh pada kelulusan kamu nantinya!"
Peringati bu Ayu sembari menatap lekat pada netra coklat gadis berusia 17 tahun tersebut.
Itulah kelebihan Alena, walaupun ia sering bolos sekolah dan jarang belajar saat di rumah. Tapi Alena termasuk anak yang pintar dan selalu mendapat nilai yang baik di sekolahnya.
Alena tak memberi respon apapun, gadis yang mewarisi kecantikan ibu kandungnya itu hanya diam sembari menundukan kepalanya saja.
"Fokus, Alena! Fokus! Sebentar lagi ujian akhir akan segera di mulai. Apa kamu tidak mau memberi kesan yang baik untuk guru-guru di sekolah saat kelulusan nanti?"
Cecar bu Ayu lagi.
"Atau kamu masih betah menjadi siswa di sekolah kami dan ingin mengulangnya satu tahun lagi?" Petingati bu Ayu lagi.
Alena menggelengkan kepalanya dengan kuat lalu kembali terdiam.
Sesekali netranya menatap ke arah sang ayah yang sudah memasang wajah tak bersahabat. Pria paruh baya itu seakan telah berubah jadi singa lapar dan bersiap menerkam Alena hidup-hidup.
Glek!
Alena hanya bisa menelan salivanya dengan kasar, saat membayangkan hukuman apa yang akan di berikan abbi Ryan kepadanya nanti.
***
***
"Apa mau kamu sebenarnya Alena?"
Tanya Ryan dengan nada frustasi, Ryan sudah lelah berbicara dengan nada tinggi pada anak gadisnya itu.
Puas mendapat omelan dari bu Ayu wali kelasnya di sekolah, kini Alena harus menerima kemarahan dari sang ayah pula.
"Abbi sudah memutuskan, lulus sekolah nanti abbi akan mengirim kamu ke kairo dan kamu akan kuliah disana!"
Glek!
Alena kembali menelan salivanya dalam-dalam, kalau di kirim ke negara lain Alena akan dengan senang hati menerimanya.
Tapi tidak dengan negara yang satu itu, karna di negara itulah umma Khadijahnya berada.
Khadijah adalah kakak pertama dari Maryam dan kini tinggal menetap di Kairo Mesir dengan suaminya yang merupakan guru besar di salah satu universitas ternama di sana.
Masih terekam jelas dalam memori Alena, ketika umma Khadijahnya datang berkunjung ke rumah mereka beberapa tahun yang lalu.
Walaupun kedatangan Khadijah hanya sebentar saja, tapi Alena sangat tertekan kala itu. Karna sedikit saja Alena melakukan kesalahan, Khadijah tak akan segan-segan untuk menghukumnya.
Hukuman yang di berikan umma Khadijah tidak main-main. Memaksa Alena ikut memasak di dapur, menyuruhnya memakai pakaian yang terlihat girly dan feminim, serta merajut pakaian. Iyuh, Alena paling anti dengan semua itu.
Lebih baik Alena menerima hukuman dari abbi Ryan untuk membersihkan seluruh toilet di area pesantren.
Jika abbi Ryan adalah orang tua yang tegas, maka umma khadijah lebih dari itu. Dia adalah seorang pemaksa.
"Ihhh"
Alena bergidik ngeri ketika membayangkan umma khadijahnya.
"Gak mau abbi, aku mau kuliah di jakarta saja. Aku akan tinggal di rumah papa dan mama saat kuliah nanti."
Ucap Alena dengan senyum yang mengembang di bibirnya, membayangkan betapa bahagia hidupnya nanti saat tinggal di rumah papa Arjuna dan mama Rinjani.
Semua keinginannya pasti akan di turuti.
Motor yang di jual Ryan beberapa hari yang lalu saja. Alena dapatkan dari Arjuna sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke 17 tahun. Kalau minta pada abbi Ryannya mana mungkin dibelikan.
Begitulah enaknya punya dua pasang orang tua. Jika bermasalah dengan yang satu, Alena akan pergi ke yang lainnya.
"Tidak! Tidak! Abbi hanya memberimu dua pilihan. Kalau kamu tidak mau kuliah di kairo, maka abbi akan menikahkan kamu dengan Amar!" Tegas Ryan.
"A-amar, anaknya ustadz zaky itu?"
Alena membayangkan sosok pria berjanggut tipis yang menurutnya memiliki sifat yang sangat aneh itu.
Bagaimana tidak aneh, karna pria itu sudah meminta pada Abbi Ryan agar Alena menjadi istrinya sejak Alena masih berusia 12 tahun.
"Iya, Amar yang itu. Abbi baru mendapat lamaran dari ustadz Zaky. Beliau menginginkan kamu untuk menjadi istri nak Amar. Mungkin setelah menikah nanti, sisi kewanitaanmu itu akan muncul dan kamu akan berhenti bertingkah konyol lagi."
Ucap Ryan sembari memijat pelipisnya yang terasa berdenyut setiap kali berbicara dengan putri tunggalnya itu.
"Gak! Gak mau!"
Tepis Alena sembari menggelengkan kepalanya kuat-kuat.
#Hallo teman-teman haluku. Dukung karya ini dengan cara like, komen, vote dan hadiahnya ya. Makasih^^#