NovelToon NovelToon
DITALAK Karena Mendesah

DITALAK Karena Mendesah

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Dian Herliana

Dirga sangat mencintai Maya. Ia tidak ingin bercerai meski Maya menginginkannya. Ia selalu memaklumi Maya yang bertingkah seenaknya sejak Dirga kehilangan pekerjaan dan membuat keluarga mereka terpuruk.
Tapi suara desahan Maya di ponsel saat ia menghubunginya merubah segalanya.
Apa mereka akan tetap bercerai atau -lagi lagi- Dirga memaafkan Maya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dian Herliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

"Aaaa!"

jeritan Maya mengejutkannya.

Dirga berlari dan,

Brakk!

"Awh!"

Dirga menghambur masuk hingga menabrak pintu yang masih tertutup.

Dirga masuk bagai orang kesetanan.

"Kenapa, May?" Dirga melihat Maya bersimpuh di dapur. Darah mengalir dari telapak kakinya yang terluka. Rupanya ia menginjak pecahan gelas yang tadi ia lemparkan.

Dengan sigap Dirga menggendong Maya dan mendudukkannya di kursi.

"Makanya May, kalau marah yang di lempar yang nggak pecah aja." Dirga mengambil kotak P3K yang tergantung di samping kulkas.

"Memang kalau lagi marah bisa milih - milih?" Maya meringis saat Dirga membubuhi lukanya dengan betadin.

"Ini sobek, May. Kita ke klinik aja, ya?"

"Nggak usah." tolak Maya. Ke klinik 'kan harus bayar? Buang - buang duit aja!

"Aku perban, ya?" Maya mengangguk. Ia seolah tidak begitu memperdulikan rasa sakitnya,

"Hari ini Kamu nggak nyari duit, Pa?" Dirga menghela nafas.

"Papa mau pergi ke rumah Tikno tadinya. Tapi Kamunya marah - marah, terus kabur gitu aja. Papa kan nungguin Kamu."

"Terus nggak jadi?"

"Tikno pasti udah jalan."

Hmmf!

Maya menghembuskan nafas kasar. Sudah dipastikan hari ini suaminya tidak mendapatkan uang lagi. Ia lalu mencoba bangun,

"Mau kemana? Biar Aku gendong."

"Nggak usah. Mendingan Kamu ke rumah Ibu aja, Pa. Minta beras! Kalau perlu sama duitnya sekalian!" Dirga menghela nafas. Ia tetap menggendong istrinya dan mendudukkannya di pembaringan mereka.

"Aku beresin dapur dulu."

"Nggak usah! Nanti si Bibik aja."

"Si Bibik kan udah Kita pulangin ke kampungnya, May?" Maya tersadar. Bibik Minah memang sudah tidak ada di sini sejak mereka merasa tidak mampu lagi membayar upahnya.

"Nggak usah! Nanti biar Aku aja!"

"Tapi kaki Kamu, May?"

"Kamu tau, Pa? Hati Aku ini jauh lebih sakit!" murka Maya. Sakit karena ia tidak mau menerima kenyataan.

"Biar Aku beresin dulu." Dirga mulai melangkah,

"Jangan!"

"May, nanti kalau anak - anak pulang, gimana?"

"Justru itu. Cepet minta duit sama Ibu! Buat anak - anak makan!" ada air keluar dari mata Maya yang terlihat lelah.

Dirga mengalah. Ia beranjak ke luar menuju rumah Ibu. Ibunya, bukan Ibu Maya. Ibu Maya tinggal di kota lain. Ibu dari Dirga tinggal 1 RW dengan mereka. Kehidupan mereka sangat baik. Kehidupan kakak satu - satunya Dirga, Safira, juga sangat baik. Kehidupan mereka dulu juga sangat baik. Tapi sekarang..

Maya terisak. Hatinya lelah. Sudah berbulan - bulan mereka dalam kesusahan seperti ini.

"Sejak Papa kena PHK." gumamnya lirih.

Ada penyesalan di hati Maya karena tidak dapat memanfaatkan uang pesangon yang mereka terima. Mereka malah mengambur - hamburkannya dengan makan di luar, belanja nggak jelas,..

"Coba kalau waktu itu Aku ikutin nasihat Ibu untuk buka usaha. Tapi usaha apa?"

Nasi sudah menjadi bubur. Penyesalan memang selalu datang terlambat. Terbayang bagaimana ia bergaya bak sosialita waktu itu. Sekarang ia memilih menjauhi teman - teman sosialitanya.

Orang yang merasa susah itu seringkali sensitif dan insecure. Ia merasa rendah sebelum direndahkan.

"Sok sial! Bukan sosialita!" gerutunya geram. Ia bangun dan berjalan tertatih menuju lemari pakaiannya yang besar. Dibukanya lemari gantung dan matanya menangkap banyak bungkusan plastik.

"Bahkan baju - baju ini masih belum sempat kupakai." Mau dipakai kemana? Sudah tidak ada lagi acara kantor seperti waktu - waktu yang lalu.

"Apa Aku jualin aja, ya? Tapi bagaimana? Aku malu." Maya belum pernah mencari uang. Selama ini ia selalu mengandalkan suaminya.

Baju - baju itu masih bersegel. Maya mulai menghitung. 1, 2, 3,...

Ternyata banyak juga. Ada 15!

Maya sendiri lupa kapan ia membeli baju - baju itu dan kenapa ia belum memakainya.

Ning nong!

Suara bel pintu menyadarkannya dari lamunan.

"Siapa sih, itu?"

Ning nong!

Maya berjalan tertatih keluar dari kamar.

Ning nong!

"Iyaaa! Sebentaaar!"

'Nggak sabaran amat, sih?'

Seraut wajah bening tertangkap oleh mata Maya saat pintu terbuka.

"Mbak Putri? Ada apa?"

************

"Dirga boleh minta beras, Bu?" Juwita menatap putra bungsunya dengan senyum merekah.

"Boleh dong, Sayang. Ambil aja di belakang, ya? Kamu tau tempatnya, 'kan?" Dirga mengangguk. Sebenarnya ia merasa malu karena akhir - akhir ini seringkali meminta. Ayahnya seorang penjahit yang sukses. Ia kerap diminta untuk menjahit seragam kantor, seragam bridesmaid, seragam untuk resepsi dan masih banyak lagi.

"Ada Dirga, Pak. Kasihan, mukanya sampai kusut begitu." lapor Juwita.

"Kenapa? Berantem lagi sama istrinya?"

"Nggak tau. Dia minta beras." sang Bapak menghela nafas. Ia juga memprihatinkan nasib anaknya ini.

"Kasihin ke Dirga, Bu. Jangan bilang dari Bapak." Dedi menyelipkan sejumlah uang ke tangan Juwita.

"Emang kenapa kalau bilang dari Bapak?"

"Takut Dia tambah malu, Bu. Kamu ingat bagaimana Dirga?" Juwita mengangguk. Dirga sangat menjunjung harga diri. Meminta beras saja sudah membuatnya sangat malu.

Juwita kembali ke tempat Dirga.

"Dirga pulang, Bu. Makasih."

"Kamu nggak mau ngobrol - ngobrol dulu?"

"Nggak, Bu. Anak - anak sebentar lagi pulang, atau sudah pulang. Mereka belum disediain makan, Bu."

"Oh.." Juwita menutup mulutnya karena terkejut.

"Ibu masak banyak tadi. Ibu dan Bapak sudah makan. Bawa aja buat anak - anak, ya?"

"Nggak usah, Bu."

"Jangan nolak rizki. Lagian udah nggak ada yang makan lagi, kok. Nanti jadi mubazir." Juwita menahan lengan Dirga dan memintanya untuk duduk.

Dirga menurut. Ia duduk menunggu di ruang tamu. Dirga sedih, ia merasa menjadi pengemis di rumah orangtuanya sendiri.

Juwita keluar dengan bungkusan di tangan.

"Ini kasih istrimu buat belanja besok." Uang dari Dedi ia berikan pada Dirga.

"Ini nggak papa, Bu? Dirga nggak enak. Harusnya Dirga yang kasih ibu."

"Makanya Kamu yang semangat, ya? Kamu pasti bisa bangkit lagi." Dirga membalas senyumam ibunya dengan hati yang bergejolak.

"Makasih, Bu. Dirga pamit."

"Ya. Hati - hati." Dirga mencium punggung tangan Juwita dan bergegas pergi.

Dedi menuju ruang makan setelah mengetahui kepulangan Dirga.

Meja makan hanya ada piring - piring kosong. Ada bekas rendang dan tumisan.

"Bapak mau makan?" tiba - tiba Juwita muncul di pintu yang menghubungkan ruang tengah dan ruang makan.

"Iya, Bu. Kok nggak ada apa - apa?"

"Maaf, Pak. Tadi lauknya Ibu kasihin ke Dirga."

"Terus Kita makan apa?"

"Bapak mau makan apa? Nanti Ibu beli di rumah makan seberang."

"Kita makan di sana aja." ajak Dedi.

"Ya udah. Ibu ganti baju dulu, ya."

"Ngapain ganti. Begini Ibu udah cantik." Dedi menggenggam tangan istrinya dan mengajaknya keluar. Ada semburat merah di pipi Juwita. Di usia mereka yang menjelang senja, Dedi sekalu bersikap romantis. Tidak ada yang berubah selain rambut yang mulai memutih di beberapa tempat.

"Hore! Papa pulang!"

"Papa bawa apa?"

Rania dan Raka bersorak saat melihat Dirga pulang. Apalagi ada bungkusan di tangan kanan dan kirinya.

"Papa bawa lauk buat makan. Kalian belum makan, 'kan?" kedua anaknya menggeleng.

"Ya udah. Panggil Mama biar Kita makan sama - sama." titah Dirga.

"Mama nggak ada, Pa!" Dirga terkejut. Kemana Maya?

****************

1
Ma Em
Thor tolong selamatkan Nara biarkan dia sembuh dari penyakitnya dan bisa lepas dari si benalu Gery biarkan Gery menikah dgn Maya dan segera jadi gembel setelah cerai dari Naya semoga pak Handoko segera tau kelicikan menantunya
Ma Em
Buat Pelajaran untuk Gery Thor dan semoga Nara menggugat cerai Gery biarkan Gery dan Maya bersatu
Ma Em
Semoga Dirga dan Nara bisa segera bertemu kembali dan untuk Nara cepat lepaskan Gery agar Nara bisa segera bersatu dgn Dirga dan biarkan si Gery dgn Maya agar Gery bisa merasakan hidup susah setelah pisah dgn Nara.
Ma Em
Sudahlaj Nara tinggalkan Gery lelaki yg tidak tau diri sdh hidup numpang
Agus Tina
pisah aja sama gery.
Dian Herliana: makasih, Kakak. love you 😍
total 1 replies
Agus Tina
bagus ceritanya
Agus Tina
Mampir, kayaknya bagus ceritanya ... lqbjut thor
Ma Em
Aku mendo,akan sekali kalau Dirga berjodoh dgn Nara biarkan si Gery dipecat jadi menantu , hidup cuma numpang sama mertua saja belagu biarkan Maya merasakan bagaimana hidupnya setelah bersama Gery
Ma Em
Dirga cepatlah ceraikan Maya dan mungkin Dirga bisa bertemu lagi dgn Nara dan berjodoh
Ma Em
Semoga Dirga mendapatkan pengganti Maya perempuan yg baik dan sayang sama keluarganya terutama anak anaknya.
Ma Em
Gery menikahlah kamu dgn Maya tapi nanti hidup mu pasti jadi pengangguran karena kala ketahuan mertuamu kamu pasti dipecat jadi menantu, Gery hidup kamu saja numpang sama mertua tapi belagu.
Ma Em
sudahlah Dirga lebih baik kamu ceraikan saja Maya pasti kamu akan mendapatkan istri pengganti Maya wanita yg baik sedangkan si Maya skrg dia lagi sama Gery yg ternyata si Gery itu menjadi CEO itu perusahaan mertuanya nanti kalau ketahuan sama istri dan mertuanya juga pasti ditendang dan Gery jadi gembel biar Maya tau rasa wanita yg tdk pernah bersyukur punya suami baik bertanggung jawab malah disia siakan
Dian Herliana: makasih Kakak supportnya
total 1 replies
Gladys
Perasaan campur aduk. 🤯
Lucielxv
terpukau dengan plot yang rumit namun teratur.
Dian Herliana: makasih, Kak/Smile/
total 1 replies
Pandaherooes
Seperti bacaan impianku! 💭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!