NovelToon NovelToon
Obsesi Suami 500 Juta

Obsesi Suami 500 Juta

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari dari Pernikahan / Nikah Kontrak / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / suami ideal
Popularitas:58.2k
Nilai: 4.8
Nama Author: KOHAPU

Kontrak pernikahan dirobek oleh sang suami. Melangkah mendekati istrinya, melemparkan tas yang dipenuhi dengan uang.

"Ingin bercerai dariku? Jangan pernah bermimpi."

Tangannya gemetar, dirinya terpaksa menikahi pria paling cupu dan miskin. Untuk mengindari pernikahan dengan tunangannya yang berselingkuh.

Membuat kontrak kesepakatan, dengan pria yang cupu dan miskin (Neil).

500 juta akan diberikan Chesia, sebagai imbalan. Tapi kala kontrak akan berakhir. Dirinya dikurung dalam kamar yang dipenuhi dengan uang oleh Neil.

"Jangan pernah berfikir untuk bercerai..." Pinta Neil, terlihat putus asa, melucuti pakaiannya. Menarik sang istri ke atas ranjang yang dipenuhi uang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rasa

"Neil..." Cheisia yang masih sakit kesulitan untuk berucap.

"Aku memang gelandangan. Nona Cheisia hanya membela ku. Tolong! Jangan salahkan nona!" Neil berlutut, membenturkan kepalanya berkali-kali ke lantai.

"Apa maksudnya!? Jangan percaya! Dia bahkan mengancam akan membunuh dan memotong tubuhku! Dia itu psikopat!" Teriak Asha dengan nada tinggi, melupakan perannya sebagai pelayan teraniaya.

"Neil, jangan berlutut." Pinta Cheisia.

"Tapi nona sedang sakit. Tidak ada yang merawat nona. Bahkan tidak ada yang memanggil dokter. Andai saja aku dapat membawa ke rumah sakit. Kebaikan nona tidak akan pernah aku lupakan, ha...hanya nona yang bersedia mengobati gelandangan sepertiku." Neil tertunduk menitikkan air matanya.

Seketika itu juga suasana hening sejenak. Tatapan mata Sela tertuju pada putrinya yang terlihat pucat.

"Jangan bohong! Yang sakit itu aku! Karena kamu mengikat dan memasukkanku ke dalam bathtub yang dipenuhi air es!" Teriakan Asha tidak menerima segalanya.

Sedangkan Bianca hanya bungkam sembari memegang jemari tangan Asha. Melihat situasi saat ini, bukankah seharusnya menguntungkan untuknya.

Tapi.

"Tolong, datangkan dokter obati nona." Pinta Neil terus berlutut. Sedikit luka terlihat di bagian dahi. Pemuda baik hati ini mungkin bersungguh-sungguh. Itulah yang ada dalam benak sela.

Hingga, Bianca diam-diam berbisik pada Asha."Pura-pura pingsan."

Tiba-tiba saja Asha terkulai lemas menutup matanya mengikuti keinginan Bianca."Asha! Asha! Ya Tuhan! Wajahnya pucat."

"Kita bawa dia ke rumah sakit." Seru Dirgantara mendekat.

"La...lalu bagaimana dengan nona. Nona demam." Tanya Neil bagaikan memohon.

"Neil, biarkan ibu dan ayah membawa Asha." Jawaban Cheisia mengepalkan tangannya, sudah cukup jenuh dengan semua ini. Air matanya mengalir, lagi-lagi kedua orang tuanya akan mengecewakannya.

Tapi bukankah memang ini keinginan Neil? Pemuda itu dapat saja mengantisipasi segalanya. Namun membuat Cheisia seolah-olah hanya memilikinya, itulah yang akan dilakukannya.

"Ba...baik nona, nona jangan menangis." Neil memegang jemari tangannya.

Sedangkan Sela hendak mendekat merasa iba mendengar tangisan putrinya.

"I...ibu, ayah... Jika aku mengatakan kebenaran akan dianggap kesalahan. A...aku tidak apa-apa dengan itu. Tapi anggap saja apa yang dikatakan Asha itu benar, Neil yang sebaik ini sudah menjagaku ketika sakit mengancam akan membunuh Asha. Jika begitu, Asha yang lebih kalian percayai bukankah nyawanya akan terancam. Karena itu, aku mohon, aku tidak ingin lagi mempekerjakan Asha. Biarlah Neil yang bekerja disini." Ucapan lirih dari putrinya yang telah dikecewakan terlalu dalam.

Mungkin tujuan Neil tercapai, Cheisia menganggap hanya Neil yang baik padanya. Bergantung hanya padanya, itulah tujuan Neil. Sebuah perasaan obsessive, yang mengerikan, seolah-olah wanita ini hanya diciptakan untuknya.

Mendengar hal itu refleks Asha membuka matanya. Pekerjaan santai dengan gaji tinggi. Tentu saja dirinya tidak ingin kehilangan segalanya.

"Jangan pecat aku!" Teriak Asha terdengar benar-benar sehat bagaikan pahlawan kemerdekaan.

"Bodoh!" Batin Bianca.

"Bodoh!" Teriak Neil dalam hati, berharap Cheisia menyerah pada cinta kedua orangtuanya.

"Jadi, kamu menipu kami? Asha! Padahal aku begitu percaya padamu. Sampai-sampai mendengarkan semua omong kosong tentang putriku." Bentak Dirgantara menyadari ada yang salah dengan perilaku Asha.

"Bu...bukan begitu! Nona Cheisia benar-benar memperlakukanku tidak manusiawi! Dia menyiramku dengan air panas." Asha yang memang sering berbohong, melebih-lebihkan.

"Mana bekasnya!" Teriak Dirgantara.

"A...aku..." Asha bingung harus bagaimana. Tidak ada luka bakar ditubuhnya, dirinya hanya asal berucap.

Barulah setelah itu Sela mendekati putri kandungnya. Memeriksa bagian kening Cheisia."Kamu benar-benar demam, kita ke dokter ya?" pinta sang ibu.

Namun.

Tangan Sela ditepis olehnya."A...aku tidak ingin dianggap hanya mencari perhatian. Ibu dan ayah boleh pulang, bawa Asha. Biar Neil yang merawat ku. Aku masih bisa menggaji Neil, dan mengurus diri sendiri."

"Bagus!" Batin Neil, masih tertunduk.

"Kakak! Kakak tidak boleh begitu pada ibu! Ibu bermaksud baik, untuk---" Bentak Bianca.

"Cukup, aku sadar diri." Ucap Cheisia, matanya sedikit melirik ke arah Neil."Neil, tolong bantu aku ke kamar." Pintanya merasa suhu tubuhnya kembali naik.

"Cheisia..." Panggil Sela pelan.

Namun putrinya tidak menoleh sama sekali, melangkah lemas, dengan bahu dirangkul pemuda berkacamata itu. Pemuda dengan sedikit luka kecil di bagian dahinya. Hanya untuk memohon agar Cheisia mendapatkan perawatan lebih baik.

"Ibu, kakak mungkin sedang emosional. Bicara dengan kakak setelah kakak tenang saja ya?" Pinta Bianca terlihat peduli.

"Cheisia sedang sakit. Suhu tubuhnya tinggi, dia---" Kalimat Sela terhenti, kala Neil keluar, menutup pintu kamar Cheisia.

"Tuan, nyonya, mohon biarkan nona sendiri. Kesehatannya kurang baik, apalagi karena kejadian kemarin. Dan saya mohon, sementara waktu jangan biarkan Asha berada di dekat nona." Pinta Neil.

Putri kandungnya sakit, dan bahkan tidak ingin disentuh olehnya. Bagaimana cara menjaganya? Air mata Sela tertahan di pelupuk matanya. Membuka dompetnya, mengeluarkan semua uang cash dan kartu nama yang ada disana."Tolong bawa Cheisia ke rumah sakit. Jika kurang kamu hubungi nomor ini."

Neil mengangguk paham."Agar tidak ada kesalahpahaman, nota pembayaran rumah sakit akan aku berikan setelah nona sembuh."

Sela mengangguk, bingung harus bagaimana. Mungkin baru terasa saat ini, sudah 14 tahun dirinya tidak berkomunikasi dengan baik dengan putrinya.

Menghela napas kasar."Kamu aku pecat!" Bentaknya baru mengetahui ada yang tidak beres dengan pelayan ini.

"Nyonya! Saya mohon! Itu hanya rencana gelandangan itu. Dia jahat, dia hampir melempar saya dari balkon. Bahkan mengikat dalam kamar mandi yang dipenuhi dengan es, ditambah dengan mengancam akan mencincang tubuh saya dan mengawetkan menggunakan garam." Asha memohon, dimana lagi dirinya mendapat pekerjaan dengan gaji tinggi.

"Ibu! Asha mungkin panik dan tidak sengaja pura-pura pingsan. Lagipula---" Kalimat Bianca disela.

"Bianca sayang, kamu terlalu polos. Tapi Cheisia bahkan masih terlalu lemas. Tidak mungkin memiliki tenaga untuk menamparnya." Dirgantara menjelaskan, matanya kembali fokus pada Asha."Kamu tidak boleh bekerja di sini lagi!"

"Tuan! Ini bukan perbuatan saya! Saya dibayar oleh nona Bianca!" Teriaknya kala Dirgantara mengemasi pakaian sang pelayan.

"Ibu dan ayah benar. Pelayan itu jahat..." Bianca menangis terisak.

Sementara Neil terdiam menatap jenuh. Dengan mudah dirinya dapat menginjak semua orang yang ada di ruangan ini.

Tapi, dengan begitu Cheisia akan mengetahui segalanya."Tujuanku adalah membuat dia hanya menggantungkan hidup padaku." Batinnya tersenyum, merasa nonanya sudah mulai putus asa pada kedua orang tuanya.

Namun, bagaikan hanya pion catur. Neil tersenyum kala menyadari kecemasan Bianca. Dirinya tidak perlu turun tangan untuk menyingkirkan Asha.

*

Pagi menjelang, tidak bersedia menerima perawatan di rumah sakit. Neil menyuapinya dengan bubur yang dibeli dengan jasa pengantar makanan.

"Dikau lebih cerah daripada cahaya matahari. Membuat daku tidak dapat hidup tanpa dikau." Neil tersenyum memberikan bunga kamboja yang dipetiknya asal di area belakang apartemen.

"Dasar!" Cheisia tertawa kecil. Hingga sebuah pesan masuk di handphonenya dari sang ibu.

Seketika air matanya mengalir. Hari pernikahan sudah ditentukan, akibat penolakannya. Dua hari lagi, acara pernikahan akan diadakan secara tertutup.

"Neil, aku akan menikah dengan Hazel." Cheisia menghela napas kasar."A...aku..."

"Dikau adalah napasku. Tanpa dikau sudah pasti daku mati." Neil tiba-tiba menggenggam jemari tangannya.

Cheisia hanya tersenyum."Jika saja aku tidak dilecehkan. Mungkin Hazel tidak akan tidur dengan banyak wanita, tidak akan kasar padaku."

"Hei! Nona setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Mungkin saja yang menidurimu itu, pria mapan, tampan, dan paling baik hati. Dimana meniduri pria itu adalah impian setiap wanita. Jadi jangan menyesal." Ucap Neil menggenggam jemari tangannya lebih erat. Tidak akan dibiarkannya wanita ini menjadi milik pria otak udang (Hazel).

Cheisia menghela napas kasar."Aku tidak mengingat wajahnya dengan jelas. Tapi waktu itu, aku tertegun dan memanggilnya peri. Mungkin karena efek mabuk. Jika difikirkan lagi daripada menganggapnya trauma. Ini lebih kepada kesalahanku."

"Tidak! Cheisia tidak pernah salah! Yang salah adalah peri itu terlalu tampan! Lain kali jika bertemu, akan aku SmackDown, pukul kanan. Pukul kiri." Kalimat konyol yang membuat Cheisia tertawa.

Sebuah tawa yang disambut dengan senyuman. Wanita ini adalah milik seorang Willem Alexander Niel Andreas. Hanya boleh menatap dan bergantung padanya.

🥀🥀🥀

...Seperti biola, ketenangan membawaku....

...Seperti genderang, hati ini bergemuruh....

...Seperti piano, setiap tuts sederhana memberikan warna....

...Partitur? Itulah aku, bagaikan mengajari dan membimbing mu. Agar selalu ada dalam dekapanku....

Neil.

1
Senjaa💞
Yg sabar ya hanz,yuk tak bantu bls dendam ke bianca....sepertinya kedua orang tua melita bukan orang sembarangan...pak polisi saja sampai syok gtu cm liat fotonya...hmm,msh jd misteri🤔🤔
🌠Naπa Kiarra🍁
Segera terungkap nih, kebusukan Bianca yang lain.
Yani Setyani
Pacar halu Hanz...
Semoga kamu baik baik saja
Dengan adanya orang baik yg menyelamatkanmu
Nur Wahyuni
gercep hanz ayo selidiki.. hazel dan willy ayo bantu.. jangan biarkan Bianca dan ibunya hidup bebas..
Ufi Yani
chei dlm bahaya, klo bia tau chei drumh sela
riiina
good Hanz...
yesi yuniar
ternyata hanz memang tetap pintar 👍👍👍
imel
hebat Hanz.. saat masih berduka pun masih bisa analisis kemungkinan tersangka..
🌸Ar_Vi🌸
lanjuuy
Indar
ayo hanz, selidiki, cari dan beri hukuman yg berat pada org yg sdh berani2nya membunuh pacar halumu
Яцяу
apa kabar niel 😢
Яцяу
pacar hanz org penting yaa
Abimanyu Rara Mpuzz
psikopet
Nur Wahyuni
gila.. kapan dua orang iblis itu mati.. semua orang gak bersalah dibunuhnya
Nur Wahyuni
yah si ibu sama bapaknya masa jadi begitu.. kasian cheisia
yesi yuniar
sadar cheisia... kembalilah pada niel, jangan terus menunggu utk dijemput...
Indar
benar2 kejam dan sadis kelakuan bianca gadungan dan ibunya 😡😡 dan semoga karma akan segera datang
🌠Naπa Kiarra🍁
Hanz kena azab karena memisahkan Cheisia dan Neil
Яцяу
sadissss.. hanz drpd sibuk mikirin cara agar cheisia kembali ke hazel mendingan urusin tuh si vony pikirin caranya balas kematian pacar halumu
Senjaa💞
sebenarnya disini iblis sesungguhnya si vony n ibunya....berharap karma yg mereka terima sangat memyakitkan....😈
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!