Obsesi Suami 500 Juta

Obsesi Suami 500 Juta

Bintangku

...Sebuah cerita cinta bagaikan dandelion yang terbang ke surga....

...Menatap betapa indahnya awan, betapa indahnya embun yang menguap....

...Tertidur di atas padang rumput, mendengarkan melodi bersamamu....

...Namun, kala mata ini terbuka bayangmu telah menghilang. Berganti gelapnya langit malam....

...Bukankah orang mati akan menjadi bintang? Dapatkah aku menggantikanmu untuk menjadi bintang......

...Tidak dapat bertahan hidup tanpamu, itulah aku......

Niel

🥀🥀🥀

Srak!

Brak!

Dhuar!

Tabrakan terjadi, sebuah mobil terjatuh ke jurang. Bahkan terbakar habis.

"Biar, anak sialan itu tau akibatnya jika berani menyaingi adiknya." Gumam seorang wanita paruh baya tersenyum dari dalam mobil di dekat lokasi kejadian.

Wanita paruh baya yang berhasil membunuh anak tirinya kali ini.

"Jalan!" perintahnya pada sang supir. Kala mobil melaju, tidak menyadari, tangan penuh darah merangkak menaiki tebing yang terjal.

Willem Alexander Niel Andreas, itulah namanya, atau biasa dipanggil Willy, kandidat terkuat untuk mewarisi perusahaan milik ayahnya.

Namun, pemuda yang berlumuran darah itu menghela napas. Dirinya hanya ingin hidup tenang tanpa harus ada persaingan. Mungkin dengan jalan ini dirinya dapat hidup sebagai orang biasa.

Menghela napas berkali-kali, hanya sedikit uang cash yang dibawanya. Luka parah kala melompat dari mobil, membuat dirinya terhuyung-huyung.

*

Lima hari sudah dirinya hidup sebagai orang biasa. Atau lebih tepatnya gelandangan, seseorang tanpa identitas, bagaimana bisa mendapatkan pekerjaan?

Matanya menatap ke arah layar besar yang menunjukkan berita kematian putra tertua keluarga konglomerat. Pebisnis paling jenius abad ini telah tiada di usia muda, akibat kecelakaan, dengan jenazah yang tidak ditemukan.

"Berita yang dilebih-lebihkan." Gumamnya memakai kacamata, serta tahi lalat kecil dari spidol di bawah mata.

Berjalan dengan kaki yang sedikit pincang. Willy benar-benar kelaparan, tidak banyak jumlah uang yang dimiliki olehnya.

Jika ingin tinggal harus tinggal dimana? Mengontrak kamar memerlukan identitas. Sedangkan identitasnya saat ini sudah meninggal.

Berjalan terhuyung-huyung di tengah derasnya hujan. Berteduh di emperan toko, setidaknya hidupnya tidak terancam, dirinya tidak memiliki niatan kembali. Mengingat bagaimana kebahagiaan ayahnya, ibu tiri dan sang adik.

Hingga sang pemuda yang terduduk di tempat kotor hanya merenung. Apa seharusnya dirinya mati saja? Tidak, hanya harus menjalani kehidupan sebagai orang biasa. Seperti keinginan mendiang ibunya, hidup tidak tertekan, seperti burung gereja kecil dengan sayap menyapu awan.

Srak!

Plak!

Matanya menelisik menatap pertengkaran pasangan. Seorang wanita cantik diseret keluar dari mobil, kemudian ditampar.

"Dasar wanita keji! Berani-beraninya kamu menyakiti Bianca! Bianca lebih murni darimu!" Bentak Hazel, hendak mengayunkan tinjunya pada Cheisia, tunangannya.

Mungkin naluri untuk melindungi seseorang, Willy mendekat, menerima pukulan dari Hazel. Melindungi wanita yang bahkan tidak dikenalnya.

"Kamu tidak apa-apa?" Ucap Willy iba.

"Apa maumu!? Kenapa kamu terlibat? Aku sedang mengajari tunanganku agar tidak menjadi wanita murahan!" Teriak Hazel hendak menjadikan Willy sasaran kemarahannya.

"Dia sudah terluka. Kasihan dia..." Willy masih lemas mengingat dirinya yang tidak mengkonsumsi terlalu banyak makanan dua hari ini. Isi dompetnya hanya 160 ribu, itupun harus dibelikan pakaian, dan obat luka.

"Hazel hentikan! Jika tidak, kita batalkan saja pernikahan kita!" Teriak Cheisia, menarik Willy dalam perlindungannya.

Hazel tertawa, benar-benar tawa yang cukup kencang."Memangnya siapa yang mau menerima wanita murahan korban pelecehan sepertimu!? Aku saja jijik. Entah pria mana yang sudah meniduri mu."

"Ada! Aku cantik dan kaya! Pasti ada!" Jawab Cheisia dengan tangan gemetar. Dirinya juga tidak yakin, tapi yang terpenting sudah dua tahun dirinya diselingkuhi. Dihajar oleh tunangannya. Ini tidak bisa lagi, walaupun reputasi keluarganya dipertaruhkan, pertunangan ini harus putus.

"Siapa?" Tanya Hazel tersenyum mendesak.

Cheisia mundur selangkah bingung harus bagaimana. Sejenak dirinya melirik ke arah gelandangan yang melindunginya. Anggap saja ini sebagai cara terakhir mempertahankan harga diri."Dia!" Wanita yang menunjuk ke arah Willy.

"Aku lebih memilih pengemis cupu daripada pria yang menghajarku bahkan membawa wanita lain ke rumah!" Teriak Cheisia membuat Willy dan Hazel bungkam.

"Hah? Kamu sudah gila, ini hanya lelucon. Dengar, aku tidak akan memaafkanmu jika menyakiti Bianca (kekasih gelap Hazel) lagi." Cemooh Hazel, mencengkeram pipi Cheisia."Tentang pertunangan, jangan lupa ini diatur oleh keluarga kita dari kecil. Jika tidak begitu aku juga tidak sudi akan menikah dengan wanita menjijikkan sepertimu."

Cheisia didorong, namun dengan sigap Willy memegangnya agar tidak terjatuh.

"Wanita kotor dan pengemis? Memang pantas. Mungkin lebih cocok jika kamu jadikan dia selirmu setelah kita menikah nanti. Karena aku, tidak akan pernah sudi meniduri barang bekas." Hazel naik ke dalam mobilnya meninggalkan Cheisia di tengah hujan.

Gadis yang menangis terisak. Merasakan derasnya air hujan yang membasahi tubuhnya.

"Berhenti menangis, sebaiknya kita berteduh." Willy menghela napas kasar. Membimbingnya untuk duduk di emperan toko.

Wanita yang masih tetap menangis. Dalam hening akhirnya Willy berkata."Taukah kamu air hujan adalah tangisan keluargamu di surga?"

"Hah?" Cheisia mengernyitkan keningnya.

"Jika keluargamu entah itu siapa sudah meninggal, mereka akan menangis saat merindukanmu. Air hujan, air mata mereka." Willy tersenyum pada wanita di sampingnya.

"Benarkah?" Tanya Cheisia dengan perhatian yang teralih dari kesedihannya.

"Tapi bohong!" Willy terkekeh bagaikan mengerjainya, membuat Cheisia memukul bahu Willy. Namun wanita yang bagaikan kesedihannya telah pudar sepenuhnya.

"Namamu siapa?" Tanya Cheisia padanya.

"Niel..." Willy tersenyum, anggap saja itulah nama panggilannya saat ini.

"Terimakasih sudah membelaku, aku tidak pernah menyangka akan ada yang membelaku." Cheisia terkekeh.

"Memang kenapa pacarmu bisa sekasar itu?" Niel mengernyitkan keningnya. Nama yang akan digunakannya sekarang. Mengingat status Willy yang sudah meninggal.

"Ini salahku juga. Aku tidur dengan pria lain." Kalimat dari Cheisia sukses membuat Neil tercengang.

Dirinya terdiam sesaat bingung harus memberi motivasi yang bagaimana. Selingkuh dengan bercocok tanam? Menanam jagung di kebun?

Cheisia berusaha tersenyum, namun raut wajah menyembunyikan kepahitan hidupnya."Setelah kejadian itu selama dua tahun prilaku cendrung kasar. Bianca adalah nama kekasihnya, sekaligus anak angkat di keluargaku. Tapi memang Bianca lebih baik dariku."

"Lalu?" Tanya Neil benar-benar tertarik dengan kejadian bagaikan sinetron ini.

"Bianca bekerja di perusahaan. Sementara aku hanya artis figuran. Aib bagi keluarga. Satu-satunya kebanggaan bagi ayah dan ibu adalah perjodohanku dengan Hazel. Jika gagal, maka aku mungkin tidak akan dianggap anak lagi dan dikeluarkan dari keluarga Muller." Jawaban dari Cheisia Muller, tidak memiliki seorang teman pun yang dapat dipercaya. Hingga malah lebih memilih bicara pada orang asing. Memiliki adik angkat yang terlalu sempurna, membuat dirinya yang anak sah selalu terbebani.

"Begitu? Omong-ngomong pacarmu juga berselingkuh dengan adikmu?" Tanya Neil semakin tertarik.

"Sudah aku bilang ini salahku. Andai saja aku tidak mabuk dua tahun lalu dan berkeliaran di dekat danau hingga dilecehkan orang asing maka Hazel akan tetap mencintaiku." Kalimat dari Cheisia membuat Neil tertegun.

"Danau angsa, hutan sebelah timur yang dekat dengan villa?" Tanya Neil, berusaha keras untuk tersenyum.

"Iya! Saat itu adikku dielu-elukan semua orang. Jadi aku berjalan-jalan ke luar sambil meminum alkohol. Omong-ngomong bagaimana kamu bisa tau?" Cheisia balik bertanya.

"Karena aku memiliki indra ke enam, sepertimu Roy Kiyoshi..." Jawaban asal dari Neil sang tersangka utama.

Mengingat kejadian 2 tahun lalu, saat itu dirinya tengah mengurus pekerjaan dengan sekretaris barunya. Siapa sangka sang sekretaris mencampurkan obat ke dalam minumannya.

Menepikan mobil, berlari ke dalam hutan sebelum obat bekerja adalah tujuannya. Setelah memukul tengkuk sekretarisnya hingga tidak sadarkan diri.

Danau! Air dapat sedikit menetralisir obat pembangkit gairah. Namun, sebelum mencapai danau dirinya sudah tenggelam dalam pengaruh obat. Hingga melakukannya dengan seorang wanita tidak dikenal.

Kejadian memalukan, melepaskan keperjakaan beralaskan rumput. Berteman cahaya bulan samar.

Paginya kala dirinya terbangun, wanita itu sudah tidak ada. Kemudian terdengar suara orang lewat, membuat Neil melarikan diri karena panik.

Jadi... orang ini? Dirinya menghancurkan hidup seorang gadis tidak berdosa?

"Indra keenam? Kamu bisa melihat setan?" Cheisia tertawa kecil.

"Bisa! Aku setannya!" Batin Neil, ingin menemukan cara untuk menebus kesalahannya.

"Boleh aku bekerja padamu? Aku bisa apa saja. Cuma perlu diberi makan, tidak perlu digaji."

Terpopuler

Comments

Cahaya Rosella

Cahaya Rosella

sama, aq jg

2024-09-26

0

Miss Typo

Miss Typo

oh ternyata gitu tho, pantes aja Niel gak mau cerai dgn Cheisia

2024-09-23

0

Mamik ika

Mamik ika

ternyata q baca yg season 2 dulu baru 1 😂😂 maafkan saia ya thor yg bacanya kebalik 😂

2024-09-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!