Brian Carlos adalah seorang presiden direktur sekaligus pewaris tunggal salah satu perusahaan terbesar di suatu negara. Ia diterpa gosip miring tentang minatnya pada wanita.
Valerie, seorang wanita yang bekerja sebagai instruktur senam dengan keahlian beladiri yang mumpuni serta kehidupan penuh rahasia.
Keduanya terlibat masalah karena sebuah kesalahpahaman, hingga Brian menuntut Valerie atas kasus penganiayaan.
Demi menyelamatkan nama baiknya, Valerie menerima tawaran Brian untuk bekerja sebagai bodyguard. Namun tidak menyangka jika Brian sudah memiliki maksud lain sejak pertama kali mereka bertemu.
Akankah kisah mereka berakhir manis seperti kisah dalam novel pada umumnya?
Yuk baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesalahpahaman
Di ruang perawatan tersebut, ada dua orang berdiri di depan seorang pasien yang terbaring di atas tempat tidur rumah sakit. Mereka tampak mengobrol sebelum Valerie datang dan menjadi pusat perhatian.
"Noah?" sapa Valerie saat mengenali salah satu laki-laki yang tengah menunggunya.
"V, sepertinya kau dalam masalah," jawab laki-laki tampan yang dipanggil Noah. Ia adalah seorang anggota polisi muda yang kebetulan mengenal Valerie, karena ibu Noah adalah salah satu anggota sosialita yang sering datang mengikuti kelas senam Valerie.
"Max, wanita itu pelakunya?" tanya laki-laki di samping Noah. Laki-laki itu berwajah tampan, dengan rambut rapi, setelan jas formal dan gaya bicaranya, ia terlihat seperti orang penting.
"Aku tidak begitu ingat wajahnya, Bos. Aku hanya ingat saat dia menendang dan membanting tubuhku," jawab Max, laki-laki yang berbaring di atas tempat tidur. "Bos, tidak perlu membesarkan masalah, ini pasti hanya kesalahpahaman," lanjutnya.
"Tidak, Max. Dia melakukan penganiayaan sekaligus perbuatan tidak menyenangkan padamu. Dia harus bertanggungjawab!"
"Penganiayaan?Apa kau tidak tahu bahwa laki-laki ini yang memelukku tiba-tiba? Mana mungkin aku berbuat seperti itu jika dia tidak melakukan hal buruk padaku terlebih dahulu!" Valerie membantah.
"Aku tidak ingat apapun," lirih Max dengan pelan. Semalam ia sedang dalam pengaruh alkohol, dan hal itu membuatnya kesulitan mengingat karena kesadarannya menurun.
"Tenang, V. Jelaskan pelan-pelan." Noah berusaha menenangkan.
"Noah, bagaimana bisa aku tenang. Dia yang lebih dulu memelukku, aku bersikap kasar karena aku panik!" seru Valerie kesal.
Terlihat dengan jelas bahwa Noah tidak mampu memberi pembelaan padanya. Terlebih Valerie tidak memiliki bukti bahwa ia melakukan tindakan itu karena sebuah alasan.
"Noah, Max butuh istirahat. Selesaikan itu di kantor polisi," ucap laki-laki di samping Noah.
"Brian, bagaimana jika kalian menyelesaikan masalah ini secara baik-baik. Aku paham keadaan Max, tapi ...." Noah berusaha membela Valerie, namun laki-laki bernama Brian tampak tidak peduli.
"Meskipun kalian saling kenal, bukan berarti kau bisa melindungi pelaku penganiayaan, Noah. Aku tidak mau tahu, dia harus bertanggung jawab!"
"Bertanggungjawab?" Valerie melotot.
"Sudahlah, V. Ayo bicara di luar," ajak Noah. Ia memegang lengan Valerie dan memaksanya keluar dari ruang perawatan itu. Berdebat dengan Brian tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah.
"Noah, aku tidak bersalah!" protes Valerie di luar ruangan.
"Kau sudah makan?" tanya Noah.
"Seseorang terus meneleponku sampai aku lupa sarapanku."
"Baiklah, kita bicara sembil makan."
Noah mengatakan pada rekan anggota polisi yang mengikutinya untuk kembali ke kantor polisi lebih dulu, sementara ia mengajak Valerie keluar dari rumah sakit untuk mencari restoran.
Mereka berdua berjalan kaki, datang ke sebuah restoran yang berada tepat di sebrang jalan di depan rumah sakit.
"Mau pesan apa?" tanya Noah.
"Selera makanku sudah hilang."
"Baiklah, aku saja yang pesan."
Valerie duduk dengan gelisah, berkali-kali ia tampak menghela napas panjang sambil memainkan jarinya di atas meja. Noah melihat kebingungan wanita itu, namun ia tidak bisa membantu lebih banyak karena urusan Valerie bukan dengan orang sembarangan.
"Bagaimana kejadiannya?" tanya Noah.
"Semalam, aku datang ke bar untuk pesta ulang tahun seseorang. Aku pulang lebih awal karena merasa tidak nyaman, jadi saat itu aku sendirian. Di tempat parkir, laki-laki mabuk itu memelukku secara tiba-tiba. Refleks aku menendang kemudian membanting tubuhnya."
"Aku tidak menendangnya terlalu keras, hanya sedikit keras. Dia pasti baik-baik saja, kan?" tanya balik Valerie.
"Itu tendangan yang keras, V. Sangat keras!" seru Noah.
"Tidak, aku menendangnya pelan-pelan," bantah Valerie sambil meringis menggigit jari.
"Semalaman, Max mengalami kram perut dan mual muntah parah. Apa kau tidak tahu bahwa yang kau tendang adalah pusat rasa sakit seorang laki-laki?"
"Aku hanya menendang itunya, kenapa bisa sakit perut dan mual muntah?" Valerie balik bertanya.
"Rasa sakit dari tendangan itu menjalar ke rongga perut melalui saraf. Juga memberikan efek mual dan muntah. Tendangan keras di area itu mengakibatkan rasa sakit luar biasa, rasanya seperti tiga tulang patah secara bersamaan!" jelas Noah.
"Penjelasanmu terdengar cukup mengerikan," gumam Valerie.
"Bahu kanan Max juga mengalami pembengkakan, siang ini dia baru akan menjalani rontgen karena dokter menduga ada tulang yang retak atau bahkan patah," terang Brian lagi.
"Separah itu?" Valerie berucap lirih.
"Hmm, separah itu." Noah mengangguk memastikan.
🖤🖤🖤