Incaran Para Beatles

" Arrggghh sakitt " ringis alexa saat punggungnya menghantam dinding.

" Lo apa-apa sihh, sakit tauu !! " bentak alexa seraya menepis kasar tangan aksa dari pergelangannya.

Sorot mata aksa memancarkan amarah, kali ini tidak ada kata maaf untuk alexa karena berani berbicara dengan musuh terbesarnya. Sampai-sampai tepisan yang alexa berikan juga tidak mampu menyingkirkan tangan aksa, tenaganya tidak cukup kuat untuk melawannya.

" Maksud lo apaa ngobrol ama tuh orang ?? " tanya aksa dengan nada tinggi.

" Suka suka gw, lagian lo gak ada hak ngelarang gw untuk ngobrol ama siapapun itu "  jawabnya dengan nada tinggi.

Aksa paling tidak suka kalau dirinya dibentak. Cengkraman dilengan alexa berpindah ke rahang bawah gadis itu. Seketika alexa mendelik, dia menjijit agar tidak tercekik. Sampai detik itu alexa tidak mengerti apa yang membuat aksa semarah itu, sedangkan diri hanya berbicara santai dengan edgar lagi pula tidak ada hubungan khusus antara mereka berdua.

" WOIII SAA, Lo mau bunuh anak orang ?? " regan berlari menghampiri aksa, menarik kasar kerah bajunya agar menjauh dari alexa.

Untung saja dia cepat datang kalau tidak mungkin alexa akan dicekiknya hingga kehilangan napas. Alexa menghelakan napas lega, tungkainya langsung melemah.

" Dia penghianat, gw gak suka sama penghianat seperti dia "

" Penghianat ?? "

Regan tidak mengerti dengan ucapan aksa, yang ia tau alexa terikat perjanjian dengannya selama setahun.

" Gw juga gak ngerti kenapa dia tiba-tiba marah ama gw "

" Gw ngelihat dia ngobrol bareng edgar "

Regan menghelakan napas, dia menatap manik mata alexa dari sudut matanya dia sepertinya tidak tahu apa-apa. Wajar saja jika dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Elysia High School dan Alexander high school, tidak seharusnya aksa semarah itu kepada alexa, namun sikapnya yang keras kepala membuat aksa semakin emosi.

" Apa salahnya gw ngomong ama edgar, Lo gak ada hak untuk ngelarang gw !!! "

" Lo lupaa ?? Lo itu babu gw, wajar dong kalau gw ngatur-ngatur lo !! "

" Nggak, gw cuman babu lo bukan budak yang harus tunduk dengan semua perintah lo!! "

Aksa melangka mendekat membuat alexa mundur beberapa langkah. Regan yang melihatnya dibuat bingung karena sikap mereka berdua sama-sama memiliki ego yang tinggi, alexa tidak seperti gadis lainnya yang mudah tunduk dengan perintah aksa. Ia memiliki nyali besar untuk menghadapi aksa, seandainya saja dia punya uang 600 juta mungkin dia akan membayar kerugian itu daripada mengikuti perintah aksa. Padahal banyak perempuan yang ingin dekat dan sukarela melakukan apapun.

" Sekalinya lo masuk dalam hidup gw jangan pernah bermimpi bisa keluar dari kekuasan gw !!! " bentak aksa.

Untung saja sekolah sudah sepi, kalau tidak pasti akan mengundang perhatian banyak orang. Alexa menatap mata aksa namun tidak ada rasa takut sedikitpun yang ia rasakan.

" Gw gak pernah takut ama lo, dan jangan pernah berharap gw bakalan tunduk sama lo!!! " balas alexa dengan suara lantang.

" Kalian berdua kenapa sih ?? "

" DIAM LOO !!! " bentak aksa dan alexa serentak.

Regan terkesiap, tidak percaya kalau dia jadi sasaran. Niatnya baik untuk memisahkan mereka berdua karena tidak mau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, terlebih lagi aksa tidak mampu mengendalikan emosinya, dan tidak memandang kasta mau itu laki-laki ataupun perempuan sama saja dimatanya.

" Shittt, kok malah gw yang kena " sungut regan.

" Kalau lo berani ngomong lagi ama edgar, gw pastiin hidup lo bakal hancur ditangan gw xaaa !!! Pegang ucapan gw baik-baik " titahnya dengan penuh penekanan laku pergi meninggalkan alexa dan regan.

" Ngapain lo masih disini ??? " tanya alexa sembari melototi regan.

" Galak amat lo, gw mau ngingetin sesuatu hal sama lo. Jangan pernah main-main sama aksa, dia selalu serius dengan apa yang dia katakan. Lebih baik lo menjauh dari edgar daripada hidup lo sengsara "

" Ahhhh gw gak peduli !! Gak ada seorangpun yang bisa ngatur hidup gw sekalinya itu abang gw, bodoh amat kalaupun dia mau hancurin hidup gw silahkan, gw juga bisa hancurin hidup dia !!! "

Regan menggaruk tengkuknya, bingung harus ngejelasinnya kayak gimana, alexa benar-benar keras kepala.

" Yaudah deh kalau lo gak mau denger kata-kata gw. Tiba saatnya lo jangan nangis yaa " ledek regan lalu pergi meninggalkan alexa.

Dia tidak ingin berdebat dengan alexa, setidaknya dia sudah memperingatinya, untuk selanjutnya biarkan dia sendiri yang menentukan pilihannya. Alexa mengomel sendiri, semakin kesini dia semakin kesal sekolah disana, lebih tepatnya dia menyesal mengenal aksa dan geng-gengnya. Ia pun bergegas pulang karena moodnya hancur berantakan.

...----------------...

" Loo kok sepi sih ?? "

Pertama kalinya alexa pulang dan tidak menemukan satupun keluarganya didalam rumah. Dia bergegas keluar, menuju pos satpam.

" Pak yang lain pada kemana ?? "

" Tuan, nyonya, den alterio dan den aidan pergi kerumah nenek non. Awalnya mereka mau nungguin non alexa pulang tapi kelamaan jadinya ditinggal deh. Kalau non alexa mau pergi bisa bapak anterin kok "

Alexa memanyungkan bibirnya, dia menggeleng pelan menolak untuk diantar ke rumah neneknya. Jarak rumahnya dan sang nenek tidak begitu jauh hanya sekitar 15 km. Ia terlanjur kesal ditinggal oleh keluarganya sendiri, seharusnya mereka harus lebih sabar menunggu dirinya pulang atau menjemputnya ke sekolah. Ia pun meninggalkan pos satpam lalu menuju kekamarnya.

" Ini semua gara-gara aksa, seharusnya tuh anak gak usah datang, terus apaa cobaa malah narik-narik segala lagi. Nyebelin banget sih " sungut alexa.

Alexa menjatuhkan dirinya dikasur, menatap langit-langit, pikiran alexa melayang jauh membayangkan wajah edgar. Senyuman manis cowok itu mengalihkan emosinya, sepertinya alexa jatuh cinta, sayangnya mereka beda sekolah jadi tidak bisa bertemu setiap saat.

" Kenapa senyumnya manis bangett sihh, kalau minum kopi tanpa gula terus ngeliat dia pasti kopinya akan terasa manis banget " gumamnya, alexa menutup matanya, menahan diri untuk tidak berteriak.

" Aaaaaaa lesung pipinya juga menggodaaa, apaa gw jatuh cinta ya sama dia " ucapnya sembari tersenyum lebar.

Sibuk membayangkan edgar membuat alexa lupa waktu, sesekali dia menguap, hari ini dia mengeluarkan banyak energi karena berdebat dengan aksa. Lambat laun kelopak matanya terpejam, dia mulai masuk ke dunia mimpi.

Tokkk.......Tokkk.....Tokkkk.....

Suara ketukan pintu mengejutkannya, membaut dia terbangun dari tidurnya, ia masih mengenakan seragam sekolah. Alexa mengucek matanya, saking lelahnya sampai tidak sadar bahwa dirinya ketiduran.

" Non alexa.... " panggil seseorang diiringi suara ketukan.

" Iya, bentar !!! "

Dengan kondisi setengah sadar alexa melangkah menuju pintu kamar, alexa mengernyit melihat kehadiran bi ida namun dia merasa belum waktunya makan malam tapi kenapa bi ida memanggilnya.

" Ada apa bi ?? "

" Ada teman non alexa didepan, katanya mau ngejemput non alexa "

" T-teman ???? " matanya mendadak segar.

Seingatnya dia hanya berteman dengan clarissa dan dia juga tidak tau bahwa alexa tinggal disana.

" Cewek ?? "

" Cowok non, dia tinggi, rambutnya belah tengah dan berwarna gelap pekat, tatapannya tajam, wajahnya tampan. Bibi aja terpesona melihatnya, non alexa hebat juga bisa punya temen seganteng itu " jelas bi ida antusias.

Degg ! Jantung alexa berdebar kencang, dia berlari menuruni anak tangga dengan cepat untuk memastikan siapa yang datang kerumahnya. Ada dua hal yang membuatnya terkejut, pertama ternyata hari sudah menjelang malam, kedua cowok yang datang menjemput adalah aksa.

" L-lo ngapain kesini ?? " tanya alexa melotot tajam.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...