Beberapa hari sebelum pernikahannya dengan kekasihnya, Junior harus kehilangan gadis yang paling ia cintai. Kekasihnya itu meninggalkannya karena penyakit parah yang selama ini ia derita.
Paris meninggalkan wasiat dimana ia meminta Jasmine sang adik untuk menggantikannya menikah dengan Junior.
Akankah Junior menikahi gadis tomboy yang jauh berbeda dengan Paris yang ia puja sejak lama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda FK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Vano terkejut saat melihat siapa lawan tanding Shireen, Elang ketua geng Eagle musuh bebuyutan Vano dan Marvel dulu. Ia sangat mengenali Elang yang selalu curang apabila sedang bertanding. Vano bergegas meminjam motor sport milik seseorang di sana, ia bahkan memberikan beberapa lembar uang untuk pemilik motor itu. Vano melajukan kendaraannya menyusul Shireen, benar sesuai dugaan Vano. Pria itu membuat Shireen terjatuh, Vano mempercepat laju kendaraannya ketika melihat Elang hendak menabrak Shireen.
Motor sport milik Elang berhenti ketika melihat seseorang menghalanginya, ia tersenyum sini ketika melihat siapa pria yang ada dihadapannya saat ini.
"Welcome back Vano, apa yang buat lo balik lagi ke jalanan? Apa karena Shie? Wow! Lo suka sama gadis sombong ini?" berbagai pertanyaan dilontarkan oleh Elang.
Vano tidak menanggapi ucapan Elang, ia membantu Shireen untuk bangkit lalu membawanya pergi meninggalkan Elang. Vano membawa Shireen menjauh dari keramaian, ia mendudukkan Shireen pada kursi kosong yang ada di sana.
"Lo mau mati hah?" bentak Vano sangat kesal.
Shireen mendongak menatap Vano yang saat ini tengah emosi. Ia tersenyum sinis menatap Vano yang saat ini marah, pria itu pasti marah karena ia memakai motor kesayangannya bukan karena mengkhawatirkan dirinya.
"Lo marah karena khawatir sama gue? Atau karena motor lo? Kalau karena motor, nanti gue ganti" cetus Shireen.
"Motor bisa diganti, tapi nyawa enggak bisa diganti. Lo enggak sadar tadi hampir mati, hah?" tanya Vano masih emosi.
Shireen kembali tersenyum miris, sedetik kemudian ia menangis. "Siapa lo? Semua keluarga gue aja enggak ada yang peduli gue masih hidup atau enggak? Terus kenapa lo harus repot?" sentak Shireen terisak.
Shireen tersentak ketika Vano tiba-tiba saja memeluknya, tangisnya pecah. Entah mengapa pelukan Vano terasa sangat nyaman, pelukan ini membuatnya merasa nyaman. Vano mengusap punggung Shireen dengan lembut, ia membawa Shireen masuk ke dalam mobilnya.
Vano menelepon Dino untuk membawa motor miliknya di arena balap. Ia melajukan kendaraannya meninggalkan area balapan. Sesekali Vano melirik Shireen yang masih enggan untuk berbicara.
Sesampainya di apartemen, Vano sempat bertemu dengan Dino yang membawakan motor miliknya. Sementara Shireen masuk ke dalam unit apartemen Vano tanpa menyapa Dino.
"Gila! Cantik banget, bro! Lo bawa masuk cewek malam-malam?" tanya Dino mulai kepo.
Vano mendorong tubuh Dino untuk menuju lift, ia malas mendengar pertanyaan Dino.
"Awas jangan nakal kayak Marvel dulu!" teriak Dino ketika pintu lift tertutup.
Sialan!
Vano kembali masuk kedalam unit apartemen miliknya untuk beristirahat. Ia melihat Shireen masuk ke dalam kamar tamu, ia merasa gadis itu benar-benar sangat sedih saat ini. Oleh karena itu Vano tidak akan menggangunya, ia akan membiarkan Shireen sendiri.
Malam berganti pagi, Vano mengerjapkan matanya ketika mendengar suara bising diluar sana. Ia bangkit dari tidurnya lalu berjalan keluar kamar.
Vano melihat Shireen sedang asyik menikmati sarapan yang ia buat sambil mendengarkan musik. Gadis itu seolah telah melupakan apa yang terjadi dengannya semalam.
"Morning Abang pacar!" sapa Shireen dengan wajah habis bangun tidur.
Manik mata Vano mengerjap saat ia melihat wajah Shireen yang cantik meskipun belum mandi. Terlihat pakaian yang ia pakai masih memakai pakaian semalam.
"Kenapa ngeliatin seperti itu? Apa gue cantik?" tanya Shireen sembari menopang dagunya dengan kedua tangannya.
"Ya." Tanpa sadar Vano memuji Shireen namun sedetik kemudian ia mengatakan tidak. "Tidak!"
Shireen mencebik lalu kembali menikmati sandwich yang ia buat. "Dasar plin-plan, kalau cantik bilang aja enggak usah gengsi muji gue."
"Iya, Lo cantik kayak ondel-ondel" timpal Vano lalu menghampiri Shireen.
Vano mengambil salah satu sandwich yang dibuat oleh Shireen lalu memakannya. Shireen menuangkan kopi yang ia buat untuk Vano dan dirinya, Vano melihat ada noda saus menempel pada bibir Shireen.
Vano membersihkan noda tersebut dengan ibu jarinya, Shireen seperti terhipnotis oleh ketampanan Vano ketika berada sedekat ini.
Cup!
Tiba-tiba saja Shireen mengecup bibir Vano, membuat Vano membelalakkan matanya karena serangan dadakan Shireen.
"Kalau bersihin noda dekat bibir kayak gitu" ucap Shireen lalu kembali melahap sandwich miliknya.
Vano hanya menggelengkan kepalanya, ia tidak marah ataupun menolak. Keduanya pun pergi ke kamar mereka lalu bersiap untuk pergi. Setelah selesai bersiap-siap Shireen membantu Vano merapikan dasi yang ia kenakan. Vano merasa gugup, mengapa ia merasa seperti memiliki istri saat ini.
Tiba-tiba saja Vano mencari ponselnya, ia lupa dimana meletakkan ponselnya.
"Cari apa sih?" tanya Shireen.
"Handphone, gue lupa menaruh dimana" jawab Vano sembari mencari ponselnya.
Shireen pun melakukan panggilan telepon kepada nomor Vano agar ponselnya mudah ditemukan. Tak lama kemudian terdengar suara dering ponsel, dan Shireen mengambil ponsel itu. Manik matanya membelalak ketika melihat nama yang tertera pada layar ponsel milik Vano.
"Pacar paksaan?"
......
Jasmine dan Junior saat ini sedang lari pagi. Tapi baru saja beberapa menit berlari Jasmine sudah merasa telah. Ia merentangkan kedua tangannya meminta di gendong oleh suaminya.
"Gendong!" rengek Jasmine manja.
Junior yang sudah bucin mau tidak mau harus mau, kalau tidak nanti istrinya ini tidak mau lagi ia modusin. Junior menggendong istrinya dibelakang punggungnya, Jasmine melingkarkan tangannya memeluk suaminya dari belakang. Sesekali ia menciumi Junior tanpa merasa malu banyak mata yang menatap kearah mereka saat ini.
Tiba-tiba saja Jasmine melihat mesin capit didepan sebuah toko dipinggir jalan. Ia meminta turun dari gendongan Junior lalu berjalan menuju mesin capit. Ia meminta Junior mengambilkan boneka untuknya.
Junior membeli koin untuk mesin tersebut, ia lalu memainkannya.
"Kenapa susah sekali?" tanya Junior sangat geram. Ia sudah berkali-kali mencoba terus saja kalah. Bukan Junior namanya kalau ia tidak penasaran, ia terus mencoba mesin tersebut hingga dapat. Padahal Jasmine yang menginginkan boneka tersebut saat ini sedang duduk santai di dekat toko menikmati jajanan yang ia beli.
Junior yang sudah mendapatkan boneka Teddy yang diinginkan Jasmine tersenyum lebar sembari memberikan boneka tersebut kepada Jasmine.
"Wah, cakep banget." Pekik Jasmine antusias. Ia menatap boneka tersebut lalu tersenyum. "Aku kasih nama kamu Junjas, ya. Junior Jasmine, lucu kan?" tanya Jasmine.
"Iya, lucu kayak kamu" jawab suaminya lalu mengecup bibir istrinya.
Junior melihat banyak makanan di meja makan, ada sosis bakar, pisang keju, banana split dan banyak lagi. Junior tersenyum menyeringai kepada sang istri, ia lalu berbisik.
"Udah enggak trauma lagi sama pisang jumbo?" tanya Junior lalu terkekeh.
Jasmine mengulum senyum sambil mengunyah pisang keju yang baru saja ia makan.
"Enggak, sekarang aku malah suka yang panjang dan besar" celetuk Jasmine.
