Memperhatikan cerita kehidupan seseorang yang sedikit berbeda, membuat wanita cantik bernama Nining tertarik akan sebuah masalah kehidupan Ustadznya.
Nining berniat mengajak Ustadznya menikah hanya sebuah gosipan.
Berhasil dan si lelaki menyetujui, apa yang akan di lakukan Nining selanjutnya saat setelah menikah dengan Ustadznya yang bernama Ilham?
Akankah nantinya Nining menyesal telah mengajak menikah Ilham?
Mari kita saksikan kisahnya hanya di aplikasi noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cici Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab - 06
Setelah menuntaskan semuanya di kamar mandi. Nining kembali ke kamar untuk tidur. Terdengar suara teman-temannya yang masuk sambil membicarakannya.
Nining yang belum tidur itu rasanya ingin berteriak dan berkata bahwa ia tidak memiliki hubungan secara diam-diam dengan salah satu Ustadznya itu.
"Nining..." ucap para teman yang langsung mendekat dan duduk di sisi kanan dan kiri Nining.
Mereka semua menggoyangkan tubuh Nining secara bersamaan. "Ning... Bangun... Cerita dong kenapa elo bisa diam-diam mempunyai hubungan dengan Gus Ilham tanpa sepengetahuan kami semua? Itu komunikasi kalian lewat perantara apa sih Ning? Elo nulis surat aja kami enggak pernah lihat. Jangankan surat, pegang buku aja elo malas." tanya Zubaidah.
"Iya nih penasaran tau enggak. Kami aja kalau pacaran lewat surat-suratan. Lah elo lewat apa coba, telepati gitu?" tanya Nanik.
"Hebat banget kalau Nining dan Gus Ilham punya yang kayak begituan. Ajarin aku juga dong Ning biar pacaran enggak buang-buang kertas mulu." ucap Salma.
Nining membuang nafas dalamnya dengan terpaksa membuka mata untuk melihat semua temannya itu. Terlihat jelas mereka seperti sedang membesuk orang yang lagi sakit. "Kalian enggak sekalian pegang yasin?" tanya Nining yang sangat kesal atas tingkah semua temannya.
"Emang kalau pegang yasin kita di ajarkan ilmu telepati ya Ning?" tanya Nanik.
'Astaghfirullah...' Nining langsung duduk. "Kalian kenapa sih buat aku pusing kayak begini?" Semua kebingungan dengan melihat satu sama lain. "Kalian kira aku dan Gus Ilham itu dukun atau anak indigo gitu? Eh... Aku sudah jelaskan pada kalian semua. Aku memang meng—"
"Ning..." ucap Halimah memotong perkataan Nining sembari masuk ke dalam kamar.
Mereka semua melihat ke arah Halimah yang berjalan menghampiri.
"Iya Ustadzah ada apa?" tanya Nining.
"Kamu di suruh Gus Ilham temui dia di rumahnya. Sekalian bawa pakaian kamu yang bisa di bawa. Sisanya besok setelah acara perpisahan."
Semua orang kembali melihat ke arah Nining dengan tersenyum-senyum. 'Kenapa dengan mereka semua?' Nining keheranan dengan tingkah laku temannya dengan ia kembali melihat Halimah. "Memangnya aku sudah boleh pulang ya Ustadzah malam-malam kayak begini? Kenapa enggak sekalian besok aja Ustazah?"
"Cie... Cie..." semua teman Nining bersorak bahagia.
"Sudah-sudah. Kalian semua enggak boleh berpikiran yang macem-macem. Pikiran kayak begitu bisa mengandung kemudaratan. Belajarlah untuk berpikiran yang selalu positif. Nanti kalian juga akan kayak Nining. Bagaimana perasaan kalian jika dalam kondisi Nining saat ini? Malu, takut, dan semuanya kalian tanggung." jelas Halimah yang membuat semuanya terdiam. "Ayo Ning jangan lama-lama. Kasihan para Kiai yang menunggu kamu. Mana ini sudah malam." sambung Halimah melihat ke arah Nining.
"I-iya Ustadzah." jawab Nining langsung berdiri untuk mengganti pakaiannya dengan Halimah berjalan keluar kamar.
Semua orang kembali mendekati Nining. "Ning, bukannya kami mau membuat elo malu atau hal lainnya. Kami hanya pengen tau aja kenapa elo bisa menikah dengan Gus Ilham? Lain kali cerita ya Ning jangan buat kami pada bergosip yang bukan-bukan." ucap Irma dengan nada yang terdengar lembut.
"Intinya aku dan Gus Ilham memang sepakat untuk menikah. Aku sudah bilang sama kalian bahwa aku yang mengajaknya menikah." jelas Nining dengan terpaksa. 'Sore tadi pada nggak percaya. Sekarang banyak tanya.'
"Kalau begitu mungkin Gus Ilham kesambet kali ya jadinya dia menerima aja ajakkan elo." ucap Nanik.
"Atau bisa jadi Gus Ilham menerima Nining karena sudah malu dengan semua gosip yang beredar itu." duga Zubaidah.
"Iya tuh bisa jadi." ucap Irma mengompori perkataan Zubaidah.
"Sudah ya keponya. Aku mau ke sana dulu. Entar aku di hukum lagi gara-gara lama ngegosip sama kalian. By by semuanya. Besok lagi kita bertemu. Assalamualaikum." Nining melambaikan tangannya sembari membawa tas.
"Waalaikumsalam." jawab semuanya dengan serentak.
"Semoga lancar Ning malam pertamanya." teriak Nanik dari belakang.
Nining mengusap dadanya atas perkataan Nanik barusan. 'Mereka kenapa sih enggak suka banget aku hidup sehat walafiat kayak begini? Maunya cepat-cepat pindah alam begitu. Sabar Ning, sabar. Orang sabar di sayang suami. Eh iya ya, sudah punya suami aja aku.'
