Wu Sheng anak dari juragan Wu seorang yang sangat kaya di desa Kapas Angin. Sebagai orang kaya sejak kecil dia hidup dengan penuh kecukupan, membuatnya menjadi pemalas.
Ayahnya memiliki beberapa pesan untuknya sebelum meninggal. Namun untuk beberapa alasan Wu Sheng tidak suka dengan ayahnya. Tapi setelah tau kalo ayahnya menyayanginya, dia merasa bersalah dan berniat melaksanakan wasiat ayahnya.
Di mulailah perjalanan Wu Sheng di jalan seni beladiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bagas pw GGWP, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seorang Master Beladiri
"Teknik ke dua serigala haus darah. Serigala menggali hati." Pria di bawah pohon itu menggumamkan sesuatu. Suaranya tidak keras namun semua orang mendengarnya dengan jelas. Dengan remasan lembut, jantung yang masih berdetak itu hancur. Wu Sheng merasa tidak asing dengan gerakan itu, hal ini pernah di perlihatkan Paman Shi sekali.
Wu Sheng sedikit menegang, tidak pernah berharap Paman Shi sebruntal itu. Meski dia telah banyak mendengar cerita masa lalu Paman Shi. Hal ini benar-benar berbeda sekarang.
Tapi anehnya dia tidak merasa takut, dia merasa seperti orang yang kehausan di Padang pasir, akhirnya menemukan sebuah oasis, membuatnya memiliki harapan untuk bertahan hidup. Dia telah di dorong ke posisi yang sangat putus asa, sekarang dia memiliki sedikit harapan.
Namun ada beberapa hal yang membuatnya bingung. Kalo memang Paman Shi sekuat itu, kenapa tidak bergerak lebih awal? Kenapa dia membiarkan orang-orang itu mati? Dia benar-benar tidak memahami apa yang di pikirkan Paman Shi! Tapi untuk beberapa alasan dia merasa percaya diri.
Jika kelompok Wu Sheng memiliki harapan hal ini berbeda seratus delapan puluh derajat untuk para bandit. Jika tadi mereka merasa menang sekarang mereka merasa takut dan putus asa. Semua bandit itu langsung berlutut dan tidak berani bergerak.
"Master, kami benar-benar tidak memiliki mata dan menyinggung seorang master beladiri." Bandit dengan wajah kasar itu memohon, suaranya di penuhi dengan kelemahan.
Baginya pemimpin berkepala botak merupakan seorang yang sangat kuat. Sudah bertahun-tahun saat dia menjadi ahli beladiri, dan tidak akan lama mencapai tahap yang di sebut "master beladiri". Tapi orang di sana bisa membunuhnya dengan sekali serang, sudah sangat jelas kalo dia sudah melampaui ahli beladiri.
Bagi seorang master beladiri para ahli beladiri tidak lebih dari manusia biasa. Perbedaan ahli beladiri dan master beladiri hanya satu. Yaitu penggunaan tenaga dalam. Seorang ahli beladiri harus membangkitkan tenaga dalam, baru setelah itu dia mencapai "Master beldairi tahap 1"
Dia secara alami tau hal ini, karena dia juga seorang ahli dan berharap menjadi master di masa depan.
Para bandit lain juga menebak-nebak, setelah mendengar perkataan wakil kapten mereka, tidak pernah berpikir kalo tebakannya benar. Walaupun sebagian dari mereka hanya manusia biasa, tapi karena hidup dengan para ahli beladiri, mereka setidaknya tau desas-desus tentang master beladiri. Yang membuatnya sulit di terima adalah. Kenapa mereka harus menemui satu di sini, dan sebagai musuh. Lagipula mereka cuma merampok di desa-desa kecil, kenapa harus ada master beladiri?
Melihat orang-orang itu Paman Shi sedikit tersenyum. "Bagus aku suka sikap kalian."
Bandit berwajah kasar itu menjadi lega, melihat senyum Paman Shi. "Tuan saya benar-benar minta maaf sebelumnya, Mungkin ini hanya ke salah pahaman. sebagai kompensasi saya akan mengirim emas dan perak untuk anda." Dia berkata dengan tulus.
Orang-orang di kelompok Wu Sheng merasa tidak terima. Mereka menatap pria tak tau malu itu dengan kemarahan. Mereka telah membunuh, memperkosa dan mempermalukan mereka Tampa berpikir. Berkata kalo itu kesalahan pahaman, benar-benar tak tau malu.
Tapi bandit kasar itu tidak ingin menghiraukan mereka. Kehidupannya berada di keputusan Master Beladiri ini. Jadi kenapa dia harus perduli perasaan sampah-sampah itu?
"Tidak di butuhkan." Paman Shi berkata dengan acuh-takacuh.
Bandit itu sedikit menegang. "Apa yang anda butuhkan tuan?"
Senyum Paman Shi menjadi menyeramkan. "Bukankah nyawa harus di tukar dengan nyawa? Apa kalian berpikir kalo nyawa orang-orang itu bisa di tukar dengan uang?" dengan tawa kecil dia melanjutkan. "Tenang aku akan bersikap lembut, dan sebisa mungkin membuat mayat kalian utuh."
Melihat pria itu tidak berkompromi, beberapa orang mencoba melarikan diri. Namun sebuah bayangan melewati mereka, dengan teriakan menyedikan mereka akhirnya jatuh ketanah dengan mata tidak bernyawa. Ekspresi ngeri tergambar di wajah mereka. Bahkan sampai kematian itu datang, mereka tidak tau hal apa yang membunuh mereka.
Para bandit itu akhirnya mengerti seperti apa teror seorang master beladiri. Jika orang itu mau, dia bisa menghabisi mereka semua. Butiran-butiran keringat halus memenuhi dahi mereka, tubuhnya menggigil ketakutan. Mereka seperti seekor tikus yang bertemu harimau.
"Kamu, kamu tiran." bandit berwajah kasar itu berteriak putus asa. Dia ketakutan sampai mati membuatnya mundur berapa langka.
"Tiran? kamu telah banyak membunuh orang, sekarang aku membunuhmu, anggap saja ini hanya sebuah karma. Dan jika kamu di beri kesempatan untuk bereinkarnasi kembali. Di kehidupan setelahnya, pertimbangkanlah untuk memperbanyak perbuatan baik." Paman Shi menjadi tidak sabar. Setelah memberi beberapa kata-kata bijak, seperti seorang biksu yang akan membasmi iblis, dia langsung bergerak dan mulai pembantaian.
Ini benar-benar pembantaian satu pihak. Para bandit itu tidak bisa mengikuti gerakan Paman Shi. Mereka kehilangan keinginan untuk melawan membuatnya berlarian ke segala arah. Namun hal ini hanya membuat pekerjaan Paman Shi menjadi lebih mudah.
Teriakan dan lolongan di penuhi kesengsaraan itu membuat kebisingan di hutan yang sunyi. Beberapa bagian kepala itu terpenggal dan berguling di beberapa tempat. Mereka masih memiliki ekspresi ngeri dan tidak percaya saat kematiannya. Teriakan itu berlanjut, hingga beberapa saat akhirnya selesai. Meninggalkan hutan yang dingin dan sunyi kembali.
Aliran darah merah membasahi tanah seperti aliran air. Bau darah menyengat menyebar ke segala arah. Potongan-potongan organ dan anggota tubuh terpisah tergeletak di mana-mana. Kematian kematian mereka sangat menyedikan. potongan-potongan mayat itu berkumpul membentuk gunung kecil.
Seorang pria berdiri di atas gunung mayat. Dia tidak memiliki sikap haus darah sebelumnya. Tatapannya tenang setenang aliran air. Seperti semua kengerian yang ada sekeliling tidak ada hubungannya dengannya. Jika orang tidak melihat kalo pria ini yang melakukan pembantaian, mereka tidak akan percaya dan berkata kalo pria itu orang suci.
Sekelompok Wu Sheng menyaksikan ini semua dengan ngeri. Beberapa orang bahkan menjadi mual dan muntah di tempat. Membayangkan kalo orang-orang ini adalah Meraka, tubuhnya tidak berhenti menggigil. Orang-orang tidak berani membuka kata, membuat suasana menjadi sangat sunyi. Hanya suara jangkrik yang tidak tau berasal dari mana.
"Kalian semua boleh kembali, bagi semua bahan-bahan itu dan pisahkan setengah untuk orang-orang yang meninggal. Beri kompensasi untuk keluarga mereka di rumah." Pria yang mereka anggap mengerikan akhirnya berkata.
Orang-orang merasa lega, mereka senang tidak melanjutkan untuk ke kota. Walaupun Pria itu tidak menyakiti mereka. Memikirkan duduk di sekitar pria ini membuatnya kesulitan bernafas. Lalu dengan apa yang di katakan pria itu, untuk membuat separuh bahan menjadi bayaran mereka sudah lebih dari cukup. Faktanya itu sepuluh kali lebih tinggi ketimbang bayaran asli mereka.
Wu Sheng agak ragu, Dengan semua yang terjadi Apa ini masih Paman Shi yang dia kenal. Jadi dia mencoba memanggil dengan pelan. "Paman?"
Paman Shi berbalik untuk melihat Wu Sheng, dia tersenyum seperti biasa. "Ikut aku."
Paman Shi berbalik bejalan melalui hutan.
Melihat senyum itu, Wu Sheng merasa Paman Shi telah kembali. Itu berbeda dari Paman Shi beberapa waktu lalu. Itu seperti Paman Shi yang Wu Sheng kenal. Meyakinkan dirinya sendiri Wu Sheng berlari kecil mengikuti di belakang Paman Shi.
Wu wangsan mengikuti Wu Sheng dari belakang. Meski Paman Shi seperti tidak memanggilnya, namun karena Wu Sheng pergi maka dia harus pergi.