Brittany Moon tidak pernah menduga pernikahannya dengan tunangannya Ralph Smith akan batal karena Ralph lebih memilih bersama Clara William yang jatuh sakit disebabkan kelelahan sehingga dirawat di rumah sakit daripada memenuhi janji suci mereka dalam ikatan pernikahan.
Saat hati Brittany terluka akan sikap Ralph yang membatalkan acara pernikahan mereka demi Clara, dihari itulah Brittany tak sengaja dipertemukan dengan seseorang yang juga sedang kesulitan dikarenakan kekasihnya meninggalkannya dihari pernikahan mereka.
Nama pria itu adalah Adam Bennet, seorang pengusaha kaya raya yang merupakan pemilik perusahaan distributor jam mewah diberbagai penjuru dunia.
Lantas bagaimana kelanjutan cerita ini, saksikan terus disetiap babnya ya 🤝
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Tidak Jadi Libur
Brittany duduk diatas sofa, dekat jendela ruangan rumahnya sembari terus memandangi ke arah luar sana.
Tirai tipis yang menutupi jendela didekatnya melambai lembut, menerpa wajah cantiknya kala dia melamun.
"Tidak kerja hari ini ?" tanya ibu.
Brittany menoleh ke arah ibunya yang masuk kedalam ruangan.
"Tidak...", sahut Brittany seraya menggeleng pelan.
"Libur ?" tanya ibu seraya memberinya segelas susu sapi yang masih hangat.
"Tidak libur, hanya menunggu kabar selanjutnya setelah gambar hasil pemotretan kemarin selesai dicetak", sahut Cornelia.
"Oh, begitu, ya", kata ibu.
Ibu lalu duduk didekat sofa, disebuah kursi berbantal busa.
"Hari ini aku libur tapi tidak termasuk liburan sebenarnya masih dalam jam kerja", kata Brittany.
"Lalu kenapa tidak datang ke tempat kerja, dengan tetap stand by disana akan memudahkan komunikasi terjadi", ucap ibu.
"Akan memakan waktu lama, karena proses pencetakan gambar foto dilakukan kurang lebih satu atau dua hari, jika aku menunggu dikantor tanpa melakukan apa-apa akan percuma saja", kata Brittany.
Brittany meminum gelas susu sapi pemberian ibunya sembari memandangi ke arah luar jendela.
"Tidak juga absen ke tempat kerja", kata ibu.
Brittany menggeleng pelan sembari terus menenggak minumannya.
"Hmm, begitu rupanya, keadaan ditempat kerjamu yang baru lebih santai dari agensi Alfa karena saat kau diagensi Alfa, kamu tetap masuk kerja meski tidak ada acara", kata ibu.
"Perusahaan sekarang lebih besar daripada agensi Alfa, jam kerjanya teratur dan jelas, jadi kita tahu kapan tepatnya kita harus datang untuk bekerja", kata Cornelia.
"Malahan perusahaan besar memerlukan kedisplinan yang sangat ketat daripada agensi kecil seperti Alfa tapi kenapa justru lebih fleksibel", ucap ibu heran.
"Tapi seperti itulah suasana kerja disana, terjadwal pasti dan teratur dengan jelas, tidak perlu mengantor setiap hari tapi harus siap sewaktu-waktu jika dihubungi", kata Brittany.
"Sebaiknya kamu tetap masuk kerja meski tidak ada jadwal pemotretan, anggap saja kau bekerja secara profesioanal dan selalu ada disana", ucap ibu.
"Apa seharusnya aku melakukannya seperti itu ?" tanya Brittany.
"Ya, tentu saja, biar terkesan kau pekerja baik bagi perusahaan sekarang", sahut ibu.
"Ya, baiklah, aku akan pergi setelah menghabiskan minuman ini, aku belum mandi'', ucap Brittany.
"Datanglah kesana meski sebentar saja, tunjukkan bahwa kau sangat profesional, bukankah mereka membayarmu sangat mahal jadi datanglah sebagaimana mestinya seorang karyawan", nasehat ibu.
"Ya, aku akan memperhatikan pesan ibu", kata Brittany.
"Kalau begitu apalagi yang kau tunggu lagi sekarang ? Segeralah pergi dan cepatlah mandi !" sahut ibu.
"Tapi aku belum menghabiskan minuman susu ini, ibu", ucap Brittany.
"Tidak perlu, setelah mandi, kamu bisa melanjutkannya meminumnya lagi", kata ibu.
"Mmm..., tapi ibu...", ucap Brittany sambil memperhatikan segelas minumannya.
"Cepatlah bangun dan segeralah mandi ! Tinggalkan gelas susu itu disini, nanti kau bisa meminumnya lagi, cepat !" kata ibu.
Ibu menarik tangan Brittany agar gadis tersayangnya itu beranjak dari tempatnya duduk.
"Ayo, ayo, ayo ! Segeralah mandi dan bersiaplah pergi ke tempat kerja !" kata ibu seraya mendorong punggung Brittany ke arah luar ruangan.
"Tapi aku belum memilih pakaian untuk aku kenakan kerja nanti, ibu...", sahut Brittany.
"Nanti, nanti ibu bantu untuk memilihkan baju apa yang akan kamu pakai, sekarang pergilah kekamar mandi ! Dan segeralah mandi sekarang !" kata ibu.
"Tapi ibu...", ucap Brittany masih malas-malasan untuk segera mandi.
"Tidak ada tapi tapian lagi sekarang ! Segera mandi dan cepatlah !" kata ibu yang terus memaksa Brittany berjalan ke arah kamar mandi didekat ruangan kekuarga.
"Ibu...", ucap Brittany.
Namun ibu terus mendesak Brittany agar masuk kedalam kamar mandi tanpa membantah sepatah katapun.
Blam !
Pintu kamar mandi tertutup cepat saat Brittany masuk kedalam sana.
Ibu menghela nafas lega saat melihat Brittany telah berada didalam kamar mandi lalu tersenyum puas.
"Akhirnya berhasil juga...", gumam ibu.
Ibu melanjutkan langkah kakinya untuk naik ke lantai atas rumahnya, hendak menyiapkan keperluan kerja Cornelia.
Tampak ibu menaiki tangga rumahnya.
Dari arah kamar mandi dilantai bawah, terdengar suara air mengucur deras.
Dikamar Brittany, terlihat ibu mulai sibuk mempersiapkan pakaian kerja untuk Brittany, mulai dari aksesoris hingga tas yang akan dipakai kerja.
"Apa yang ibu lakukan disini ?" tanya Brittany saat masuk ke dalam kamarnya seusai mandi.
"Mempersiapkan keperluan kerjamu, mulai dari pakaian sampai aksesoris yang akan kau pakai nanti", kata ibu.
"Ibu bersungguh-sungguh melakukkannya untukku", ucap Brittany.
Brittany menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur, bukan segera bersiap-siap untuk berganti pakaian.
"Eh, malah duduk bukannya segera berganti pakaian, bergeraklah cepat, sudah jam berapa sekarang, sayang", kata ibu.
"Tunggu sebentar ibu, aku masih ingin duduk sebentar disini", sahut Brittany seraya memeluk ibunya dengan bermanja-manja.
"Jangan bersikap seperti anak-anak, kamu sudah besar sekarang, seharusnya bersikaplah lebih dewasa lagi, sayang !" kata ibu.
"Hmmm, aku tidak mau menjadi dewasa karena itu sangat menyakitkan ibu", sahut Brittany.
"Ibu tahu kau masih kecewa terhadap Ralph tapi bukan berarti kamu harus menyia-nyiakan juga hidupmu, nak", kata ibu.
"Ya, aku tahu itu, ibu...", sahut Brittany dengan sorot mata sendu.
"Jadi apalagi yang kau tunggu, sekarang cepatlah berganti pakaian dan segeralah bersiap-siap berangkat kerja", kata ibu.
Ibu menarik lembut tangan putrinya agar berdiri lalu tersenyum lembut kepada Brittany.
"Pakai baju ini, kau pasti akan terlihat mempesona, ibu rasa baju ini sangat cocok kami kenakan untuk kerja", kata ibu.
"Mmm...", gumam Brittany sembari melirik ke arah cardigan putih serta rok pensil warna abu-abu tua yang ibunya berikan kepadanya.
"Cepatlah berganti pakaian, nanti terlambat ke kantor !" kata ibu sambil menyerahkan satu setel pakaian kepada Brittany.
"Ya, baiklah...", sahut Brittany.
"Apa kau juga akan memberitahu pada Adam kalau kau berangkat kerja sekarang ?" tanya ibu.
Ibu melipat piyama milik Brittany seusai putrinya itu menggantinya dengan cardigan putih.
"Belum, aku belum menelponnya", sahut Brittany sembari berdiri didepan cermin.
"Telponlah dia, kasih tahu kalau kau akan pergi kerja hari ini, tidak perlu dijemput karena waktunya tidak memungkinkan, katakan saja kalau kau akan diantar ayah", kata ibu.
"Jika Adam mau mendengarkannya, kurasa dia tidak akan menuruti saranku meski aku mengatakan agar dia tidak menjemputku", sahut Brittany seraya mengenakan rok pensil warna abu-abu.
"Kenapa begitu ?" tanya ibu seraya menoleh ke arah Brittany.
"Yah, seperti itulah dia sebenarnya, Adam sangat bertanggung jawab terhadapku meski aku sudah mengatakan bahwa aku bisa pergi sendirian kemana-mana", sahut Brittany.
"Alasannya ?" tanya ibu.
"Alasannya sangat sederhana, dia meyakinkan padaku bahwa aku adalah tanggung jawabnya sejak kami menjalin kedekatan, dia sepenuhnya merelakan waktunya untukku", sahut Brittany.
"Dia berkata begitu padamu ?" kata ibu terkejut.
"Yah, dia bilang seperti itu padaku, bagi Adam aku adalah pasangannya, kekasihnya jadi kami harus selalu bersama-sama kemanapun kami pergi", sahut Brittany yang masih bercermin didepan kaca oval didepannya.
"Woah, dia bersikap gentlemen sekali padamu, ibu tidak mempercayainya kalau masih ada seorang pria sebaik dia pada pasangannya", kata ibu.
"Jarang-jarang ada pria yang mau peduli dan perhatian seperti Adam, malahan para pria cenderung acuh tak acuh pada pasangannya", ucap Brittany.
"Yah, pada umumnya mungkin rata-rata pria bersikap cuek dan terkesan masa bodoh meski mereka tahu siapa pasangan mereka", kata ibu.
"Bahkan aku juga heran kenapa tunangannya malah pergi meninggalkannya meski Adam telah memanjakannya dengan berbagai kemewahan yang wanita lain tidak dapatkan selama hidupnya", ucap Brittany.
"Hanya wanita bodoh berpikiran dangkal yang mampu berlaku demikian terhadap seorang pria baik seperti Adam Bennet", sahut ibu.
"Aku juga berpikiran sama dengan ibu", kata Brittany sembari tersenyum manis.
uda ada si Adam...
gaya bahasa yg dipakainya natural spt dlm kehidupan nyata...
biasanya aspri yg paling tahu apa² hal mengenai bosnya....
atau aku yg gagal paham ni situasinya 😅😅😅