MENIKAH KARENA PERJANJIAN

Di ruang kerja, Tania mulai mengambil beberapa berkas yang belum di input oleh Pak Agus, koord bidangnya.

Belum ada 10 menit ia berkutat dengan pekerjaannya, tiba-tiba ia ingin muntah dan terasa tak enak.

Sepertinya ia melupakan hal yang sangat penting.

“Astaga!! Aku udah bangun masak pagi-pagi tapi ga sempet sarapan. Maag aku kambuh lagi kayaknya.” Ucap Tania lesu.

Tania memang memiliki penyakit maag yang cukup parah. Biasanya ia tak melupakan sarapan pagi.

Mau tak mau Tania berdiri dan ke indomaret terdekat membeli camilan.

Tak membutuhkan waktu lama, Tania pun telah kembali dengan sebuah kantong belanjaan plastik berlogo lebah merah bertopi.

Ia tak bisa lama-lama meninggalkan ruang kerja dikarenakan para karyawan biasa datang ke ruangannya kapan saja untuk meminta berkas.

“Hadehh!! Tadi cuma mau beli roti malah kebeli keripik juga.” Gumamnya.

Tania sudah menjatah maksimal pengeluarannya perhari tidak lebih dari 50 ribu. Itupun jika tak ada kepentingan mendesak maka uangnya akan disimpannya untuk keperluan lain.

Segera ia memakan sarapan paginya sembari sesekali menginput data-data.

Untung saja Tania tak berlama-lama di indomaret. Beberapa kali karyawan datang silih berganti untuk meminta berkas ataupun memberikan arsip harian padanya.

Dipikir-pikir Tania merasa senang bekerja seperti sekarang ini. Ia bekerja di ruangan tersendiri tanpa ada senior atau karyawan lain yang mengawasi.

Sedangkan pak Agus bisa dibilang beliau cukup sibuk harus bolak balik mengantar dan mengambil surat dari satuan terkait dengan tempat magang Tania.

Mungkin di antara kalian semasa PKL, magang, atau kerja secara langsung tetapi merasa tak nyaman lantaran diperhatikan dan selalu di pantau. Sungguh rasanya sangat risih bukan?

•••

Seperti sebelum-sebelumnya, Eca dan Rudi berkumpul di ruang kerja Tania untuk mengajaknya makan siang bersama.

Tetapi kali ini mereka mendapat jatah makan siang yang dibawakan langsung oleh Surya.

Entah mengapa polisi tampan itu begitu respect terhadap anak magang. Mungkin orang akan berpikir jika beliau sangat perhatian kepada anak magang, tetapi Rudi dan mungkin kedua gadis itu menyadari jika ada maksud terselubung.

Rudi semakin yakin jika Surya tengah berusaha mendekati Tania. Tidak mungkin kan Surya mau mendekati wanita bar-bar seperti Eca? Jika iya sudah pasti Rudi merujuk Surya untuk berkonsultasi dengan dokter mata ataukah membawa Surya ke klenteng untuk mengusir pengaruh jahat Eca.

Sungguh jahat memang pola pikir Rudi.

“Kalian mau makan siang ya? Kebetulan sekali saya tadi beli makan siang lebih, jadi ini untuk kalian aja.” Ucap Surya sembari memberikan dua bungkusan plastik yang berisikan makanan.

Perkataan surya sedikit membuat Tania ragu. Pasalnya mengapa makanan itu diberikan kepada mereka? Kenapa tidak ke rekan kerja Surya?

“Ehh... Makasih loh pak!! Harusnya bapak gak perlu repot-repot..” Ucap Eca dan langsung mengambil bungkusan itu dari tangan Surya.

Tatapan mata Surya menatap lekat ke arah Tania. Bohong jika Rudi dan Eca tak memperhatikan dengan saksama.

“Kalo gitu saya balik ke kantor dulu. Tania jangan terlalu serius banget kerjanya.” Ucap Surya dan berlalu pergi.

Padahal mereka ada bertiga tetapi mengapa hanya Tania saja yang diberikan perhatian.

“Diskriminasi banget pak Surya... Padahal ada kita berdua juga hikss...” Gumam Eca yang mendapat decakan malas Rudi.

“Bahasa lo hiperbola banget monyet!!! Diskriminasi mata lo picek. Makanya jadi cewe jangan bar-bar biar di notice juga.” Balas Rudi yang membuat Eca mengerucutkan bibir kesal.

Eca sedikit bertanya-tanya dengan sikap Surya. Mengapa terasa seperti surya begitu perhatian pada Tania?

Jadilah mereka bertiga duduk di dalam ruang kerja Tania dan menyantap penuh nikmat makanan pemberian Surya.

“Eh Tan... Kok gua ngerasa Pak Surya kayak perhatian gitu ya sama lo.” Kata Eca tiba-tiba.

Tania yang mendengarnya sedikit terbatuk kecil. Ahh sepertinya teman-temannya sedikit berlebihan menanggapi sikap Surya.

“Engga kok, mungkin Pak Surya respect sama anak magang. Apalagi kan kerjaan kita lumayan cape dan nguras otak banget jadi menurut aku wajar aja sih!!” Jawab Tania sedikit tak nyambung.

“Bukan itu maksud gua TanTan!! I mean pak Surya kayaknya suka deh sama lo. Gini-gini intuisi gua tajem soal beginian.”

Rudi hanya diam tak berkomentar sama sekali. Ini masih spekulasi semata, dan kalaupun iya toh tidak ada masalah bukan?

Surya juga masih belum menikah dan Tania juga...

“Lo sependapat kan ama gua, Rud???” Lanjut Eca kepada Rudi.

“Rad Rud Rad Rud, ga sekalian rudal hah? Nama gua bagus-bagus gini lo panggil gitu. Eh tapi bener sih Tan yang dibilang Rebecca roda tiga. Meskipun baru awal kita kenal sama Pak Surya, tapi act of nya dia tuh kentara banget.” Lanjut Rudi membenarkan.

Tania menatap lekat kedua temannya secara bergantian. Lagipun itu semua tak mungkin terjadi.

“Aku tuh gak bakalan suka sama Pak Surya apalagi ngebayangin dia juga suka sama aku!” Ujar Tania pelan.

Mereka tidak tau dengan kehidupan Tania sebenarnya. Tania paham betul dengan situasinya sekarang ini.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...