Diperebutkan oleh beberapa pria merupakan suatu hal sangat menjengkelkan bagi seorang perempuan . Aleya merupakan wanita cantik yang populer dikalangan banyak pria. Namun ia hanya mencintai satu pria yang belum tentu juga pria itu menyukainya. Apakah Aleya akan mendapatkan feedback dari pria yang dicintainya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BLUEW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23
"Kau benar, Kak. Jika mereka baik-baik saja dan tidak merepotkan. Jasamu sebagai dokter tulang yang handal tidak akan mungkin berguna. Dan rumah sakit terkenalmu tidak akan bisa berkembang sebesar sekarang. Namun, bisakah kau tidak mengartikan pertanyaanku secara berbeda?"
Aleya dan Yukal memang terkesan sedang berdebat.
Namun perdebatan kecil mereka hanya sebagai bentuk percakapan ringan yang nampaknya memang sudah lama sekali tidak pernah mereka lakukan. Padahal dulu, ketika mereka masih berada di dalam satu akademi. Mereka sering sekali melakukan berbagai perdebatan mengenai banyak hal, hingga hal apapun yang mereka temui bersama.
Kini kenangan lucu ketika mereka masih remaja mulai terkenang kembali dalam memori otak mereka?
Yukal nampak sibuk memperhatikan jalanan depan untuk membuat perjalanan mereka tetap aman sampai pada tujuannya. Yukal hanya sesekali menatap ke arah Aleya ketika ia ingin melihat bagaimana reaksi Aleya ketika wanita itu sedang berbicara dan merespon ucapannya.
Yukal masih sulit percaya bahwa gadis yang ia kenal dulu, tetap terlihat sama dengan wanita yang bersama dengannya saat ini. Walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa Aleya jadi jauh terlihat lebih dewasa dan cantik.
Penampilannya yang anggun dan berkelas, membuat banyak batasan untuknya bisa memperlakukan wanita itu dengan gemas seperti yang dulu kadang ia lakukan. Namun sifat dan gaya bicaranya masih sama seperti Aleya 6 atau tujuh tahun yang lalu.
Yukal langsung menatap Aleya dengan penuh arti.
"Kau tidak banyak berubah, Monic. Dan aku sangat senang melihatnya," ucap Yukal cukup akrab dengan menyebut nama kecil lawan bicaranya. Yukal sejak dulu memang sering memanggil nama Aleya dengan sebutan 'Monic' atau 'Mon-mon'.
Kini nama Monic terasa lebih afdol di bibir Yukal ketimbang panggilan anak-anak seperti 'Mon-mon'. Aleya juga terlihat tidak merasa keberatan dengan panggilan akrabnya tersebut. Sehingga Yukal kembali melanjutkan perkataannya.
"Begitu juga dengan keberuntunganku bisa kembali ke negara ini lagi," ucap Yukal dengan berbagai pengertian.
"Aku senang bisa pulang ke kotaku dan bertemu denganmu seperti sudah ditakdirkan. Apa kau juga merasakan hal yang sama?"
Aleya hanya bisa terdiam di tempatnya tanpa memberikan balasan dan tanggapan.
"Sehingga kini, bisakah kau tidak memanggilku dengan sebutan 'kakak'?" pinta Yukal dengan seluruh keinginan besarnya untuk bisa lebih mengakrabkan dirinya dengan Aleya kembali. Melebihi keakraban mereka dulu ketika mereka masih bersama.
Yukal bukannya tidak menghargai sikap sopan Aleya yang memanggilnya dengan sebutan 'kakak' atau 'senior', seperti yang sudah sering wanita itu ucapkan padanya dulu. Namun nama panggilan tersebut seolah membuat jarak diantara mereka.
Yukal nampak kurang menyukainya sekarang setelah ia mengerti dengan baik apa saja artinya. Panggilan semacam itu tidak akan pernah diucapkan oleh sepasang kekasih. Sehingga bila Yukal mengharapkan sesiatu yang lebih dari hubungannya dengan Aleya, Yukal harus bisa merubah kebiasaan cara panggil Aleya itu sesegera mungkin.
Aleya sudah menatap Yukal dengan pandangan mengawasi. Hingga sedikit kurang sependapat dengannya. Aleya kemudian berkata.
"Kenapa? Apa itu salah? Dan kau tidak suka aku bersikap sopan padamu? Kakak memang seniorku di sekolah dulu. Dan aku memang sudah sewajarnya memanggil kakak dengan sebutan 'kakak'. Jadi sekarang apa yang menjadi masalahnya?" tanya Aleya dengan segala isi pikiran yang mengatakan bahwa apa yang dia katakan adalah benar.
Yukal langsung membalas protes Aleya.
"Tentu karena kita sekarang sudah tidak berada di akademi. Dan aku hanya berada satu tahun di atasmu. Sehingga kau tidak seharusnya memanggilku seperti itu. aku hanya ingin kau memanggil namaku sama seperti ketika kau memanggil Diyan dan Arivin dengan sebutan nama,"
Yukal memang nampaknya belum sempat mendengar Aleya memanggil kedua pria itu secara langsung karena Aleya lebih sering menggunakan kata 'Kau' atau 'Kamu' dalam ucapannya. Namun melihat usia mereka yang kurang lebih sepantaran dan beberapa tahun berada di bawahnya.
Aleya pasti sudah memanggil kedua pria tersebut dengan panggilan nama saja ketika mereka berkesempatan untuk bicara. Yukal sebagai salah satu pesaing, bukankah harus bertindak cepat untuk mmembuat dirinya lebih dekat dengan calonnya?
Aleya justru mengerutkan keningnya atas sebuah alasan yang menurutnya ada yang kurang nyambung.
"Kenapa saat ini kakak mengait-ngaitkan permintaan kakak tersebut dengan Diyan dan Arivin?" ucap Aleya. Ia akhirnya memilih untuk menyerah dan menyanggupinya.
Toh, pada kenyataannya memanggil sebuah nama bukan hal yang sulit. Asal Yukal tidak bertingkah begitu tidak punya aturan seperti Arivin. Aleya tentu bisa menurutinya.
"Baiklah. Yukal. Begitu?" tanya Aleya.
Yukal sudah mengangguk dengan senang dan mendukungnya.
"That's right!"
"Dan aku punya sesuatu untukmu,"
Aleya sudah menatapnya kembali dengan penuh tanya. Dan Yukal menunjuk ke arah belakang.
"Kau bisa melihat sendiri ke belakang dan mengambilnya,"
Aleya langsung menyanggupi perkataannya tersebut dan menunduk ke belakang.
Di atas kursi belakang mobil Yukal, Aleya sudah melihat sebuket besar bunga mawar berwarna soft pink tergeletak dengan sangat rapi dan manis.
Sebelum meraih mawar tersebut, Aleya lebih dulu menoleh dan menatap Yukal kembali.
"Kau mempersiapkan bunga mawar itu untukku?" tanya Aleya yang untuk kedua kalinya sudah mendapatkan hadiah hampir serupa secara berturut-turut dari orang yang sama.
"Kau sebetulnya tidak perlu repot-repot,"
Yukal yang tidak sependapat langsung membalasnya.
"Bagaimana mungkin aku bisa seperti itu. Ini kencan pertama kita. Dan aku ingin memberikan kejutan. Bagaimana? Apa kau menyukainya?" Yukal sedikit melirik ke samping untuk mencoba membaca ekspresi Aleya. Namun wanita itu hanya bersikap datar dan berwajah netral.
Yukal sama sekali tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Aleya. Hingga beberapa kali menatap dengan cemas kalau-kalau mungkin saja Aleya akan mengajukan protes padanya seperti ketika ia memberikan hadiah mawar untuk pertama kalinya.
Yukal buru-buru bertanya padanya kembali.
"Kenapa? Apa kau tidak menyukainya?"
Ada semacam perasaan kecewa yang cukup besar menghinggapinya dalam sekejap. Namun Aleya diam sebenarnya bukan karena benci, tidak suka atau ingin mnolak pemberian tersebut. Namun bunga tersebut kembali mengingatkannya pada masa lalu.
Ketika Hendrik pernah memberikan sebuket bunga yang sama untuk di hari ulang tahunnya. Hendrik berjanji padanya akan terus setia dan menjalani hubungan mereka sampai pada usia tua. Rambut memutih dan keribut menjalar di seluruh tubuhpun, Hendrik berjanji untuk tidak akan pernah meninggalkannya. Kecuali bila yang di atas mendadak ingin memanggilnya lebih dulu.
Namun kini pada kenyataannya, Sandra yang lebih dulu memanggilnya untuk ia pergi jauh darinya?
Ada semacam perasaan renyuh yang menusuknya. Aleya selama ini berpikir bahwa bayangan pria itu benar-benar telah sukses ia lupakan. Namun kenapa sekarang, hanya dengan melihat sebuketv bunga yang sama.
Aleya langsung saja teringat padanya dan moodnya otomatis menjadi turun ke tingkat yang paling rendah?
Selama beberapa menit Aleya tidak memberikan jawaban. Dan dia juga tidak menatap ke arah manapun. Aleya hanya diam dan tidak melakukan apapun. Sehingga Yukal yang sudah sempat bertanya juga menunggu dengan sabar jawaban atas pertanyaannya, hanya bisa menatap dengan perasaan iba.