Setiap manusia punya jalan kisah cinta sendiri, dimana ia tidak dapat memilih dengan siapa dan dimana Allah menyuratkan episode perjalanan kita.
Begitupula yang Aliza alami, ia tidak pernah menyangka jika sosok yang diam-diam ia kagumi teryata menaruh hati yang sama bahkan berniat menikahinya. Gus Asfhan Syarfiq Al Ghazali, putra Kyai Nya, yang menarik hati Aliza.
Tetapi, teryata sang maha cinta memiliki takdir lain dimana Aliza harus kehilangan Asfhan, namun tanpa di sangka Asfhan meninggalkan pesan kepada Alfhan untuk menikahi Aliza.
namun perjalanan mereka tak semulus yang di bayangkan di mana berbagai lika liku mengguncang hubungan Meraka.
hingga kedatangan pak Rahmad yang membuka semua rahasia dan merubah kebahagiaan mereka, bersama fitnah tentang kematian Sang pengasuh Ponpes Abu Abbas, hingga membuat Alfhan membenci Aliza.
Namun, di balik semua luka, sebuah kata masih terpatri di hati Aliza, bahwa dia tetap mengakui Alfhan sebagai suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anafitrotun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TIGA PULUH SATU
Beliau mengalami stroke ringan karena tekanan darah beliau yang begitu tinggi.
Ucapan dokter kembali terngiang di kepala Alfhan yang tengah duduk di samping bangsal Kyai Azzam yang hanya bisa terbaring. Alfhan meraih tangan tau Kyai Azzam lalu menggenggamnya.
"Abah yang biasanya keras, galak, sekarang cuma bisa tiduran, cepat sembuh ya Bah," ujar Alfhan dan Kyai Azzam hanya melihatnya lalu menarik tangannya dari tangan Alfhan.
"Tinggalkan Abah sendiri," bisik Kyai Azzam membuat Alfhan terdiam lalu kluar dari ruangan.
"Kenapa Mas?" tanya Aliza saat melihat Alfhan yang menghembuskan nafasnya.
"Salah aku apa coba Za, sama Abah sampai aku tungguin aja dia nggak mau," jawab Alfhan heran dan Aliza hanya menghela nafasnya.
"Sabar mas, nanti coba kamu dekati lagi, mungkin Abah butuh waktu,"
Alfhan mengangguk lalu bangkit dari duduknya.
"Mau kemana?" Tanya Aliza menghentikan langkah Alfhan.
"Sholat," jawab Alfhan melihat Aliza lalu pergi menuju mushola meninggalkan Aliza yang tersenyum masuk ke dalam ruangan Kyai Azzam.
"Abah," panggil Aliza duduk di samping Kyai Azzam.
"Ini tadi mas Alfhan beliin Abah blendrang," ujar Aliza menunjukan katung plastik yang ia bawa. Ia terpaksa membohongi kyai Azzam.
"Alfhan?"
"Iya, jauh-jauh mas Alfhan beli di warung kesukaan Abah," jawab Aliza membuka bungkus blendrang itu lalu mulai menyuapi Kyai Azzam.
"Enak," puji Kyai Azzam tersenyum melihat Aliza.
"Memangnya Alfhan tau dari mana kalau Abah suka blendrang?"
"Ya kan Mas Alfhan anak Abah, jadi dia pasti tau kesukaan Abahnya," jelas Aliza yang di balas senyuman Kyai Azzam. Aliza melihat mata Kyai Azzam yang meneduh memperlihatkan sisi penyayangnya.
"Abah, sebenarnya sayang dengan Alfhan nduk, Abah cuma ingin masa depan Alfhan itu cerah, cuma dia harapan Abah sekarang, Abah bersikap keras agar dia paham tentang apa yang dia lakukan, dan agar dia bisa mandiri," jelas Kyai Azzam melihat Aliza yang menggenggam tangan kyai Azzam.
"Iya Abah, nanti Aliza bilang ke mas Alfhan tentang apa yang Abah mau,"
"Abah ingin dia fokus mengurus pesantren dan Abah nduk," lanjut Kyai Azzam melihat Aliza lalu tersenyum.
"Tolong beri tau dia ya," ujar Kyai Azzam.
"Iya Abah," sahut Aliza mengusap tangan Kyai Azzam lalu tersenyum melihat ke arah langit kamar.
"Aku yakin aku bisa menyatukan mereka"
...****************...
"Fhan," panggil Aliza menyentuh lengan Alfhan yang tertidur dengan posisi duduk di depan ruang rawat Kyai Azzam.
Alfhan membuka matanya lalu melihat Aliza yang duduk di sampingnya.
"Kenapa Za?"
"Istirahat di dalem aja, di sini dingin,"
"Tapi abah__"
"Abah sudah tidur, sana istirahat di dalam di sofa udah aku siapin selimut," potong Aliza melihat lorong Rumah sakit yang sepi karena waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 dini Hari.
"Ummah di mana?" tanya Alfhan melihat ruangan Kyai Azzam yang kosong.
"Ummah sudah pulang, mimpin mujahadah santri putri untuk kesembuhan Abah," jelas Aliza yang di jawab anggukan Alfhan lalu memasuki ruang rawat Kyai Azzam.
Alfhan menghampiri Kyai Azzam lalu mengusap cairan dari mulut Kyai Azzam dengan tangannya.
"Alfhan anak Abah, sebenci apapun kita Alfhan tetap sayang Abah," bisik Alfhan menahan egonya lalu mencium kening Kyai Azzam.
Waktu terus berlalu Alfhan mulai terlelap di sofa tunggu dan Aliza tengah berada di masjid rumah sakit.
Namun, tidur Alfhan segera terusik dengan suara Kyai Azzam yang berusaha turun dari bangsal.
Alfhan yang membuka matanya segera menghampiri Kyai Azzam.
"Abah mau kemana?" Tanya Alfhan menangkap tangan Kyai Azzam.
"Abah mau sholat," Kyai Azzam berusaha menepis tangan Alfhan di lengannya.
"Tapi Abah masih sakit,"
"Abah mau sholat!" Kyai Azzam melihat tajam Alfhan yang akhirnya mengalah dan menghantar Kyai Azzam menuju kamar mandi.
Setelah Kyai Azzam selesai berwudhu Alfhan mengantarnya kembali ke bangsal.
Alfhan mengusap rambut Kyai Azzam lalu dengan hati-hati memakaikan peci di kepala Kyai Azzam yang hanya diam karena anggota tubuhnya yang tidak lagi berfungsi normal.
"Makasih," ujar singkat Kyai Azzam memulai sholatnya tanpa melihat Alfhan yang duduk di sampingnya.
...****************...
Setelah selesai sholat Kyai Azzam hanya terdiam melihat Alfhan yang tertidur di sampingnya.
"Haus," gumam Kyai Azzam melihat gelas di sampingnya dan berusaha mengambilnya. Dengan bersusah tangan Kyai Azzam terus menggapai gelas di atas nakas.
"Kenapa meja ini jauh sekali__"gumam Kyai Azzam terhenti saat sebuah tangan menggapai gelas itu.
kyai Azzam terdiam melihat Alfhan yang tersenyum di sampingnya lalu membantu Kyai Azzam minum.
"Makasih," ucap Kyai Azzam dan Alfhan hanya mengangguk membantu Kyai Azzam kembali tiduran.
"Abah tidur ya, Alfhan tidur di sini, kalau ada apa-apa bangunin Alfhan aja Bah," ujar Alfhan lembut dan Kyai Azzam mengangguk memejamkan matanya bersama rasa hangat Alfhan yang mengusap tangganya.
Di sisi lain sebuah senyuman m
terlihat dari Aliza yang melihat mereka dari balik pintu.
"Alhamdulillah, sedikit demi sedikit mereka mulai membaik,"
...****************...
Kepulan Asap rokok terlihat mengepul dari mulut Rahmad yang tengah duduk di sofa kamarnya. Botol-botol minuman terlihat berserakan di ruangan itu.
Dan terdengar bergesek saat Hana yang baru saja masuk menginjak botol itu. Mata tajam Rahmad segera tertuju kepada Hana yang berdiri di belakangnya.
"Apa?!" tanya Rahmad tajam dan Hana hanya diam tertawa.
"Kamu kenapa?"
"Apa yang harus Gua lakuin sekarang, Azzam semakin Deket ama Alfhan dan itu semakin ngikis peluang Gua," jelas Rahmad geram lalu meminum Vodka di tangannya.
"Tenang, Gua tau di mana kuncinya,"
Rahmad terdiam melihat Hana yang tersenyum mengambil sebatang rokok lalu menyalakannya.
"Siapa?"
"Perempuan jalang itu, Kita harus singkirkan dia, jauhin dia dari Alfhan dan Kyai Azzam," jawab Hana menghembuskan asap rokok dari mulutnya.
"Caranya?"
"Gampang, kita bikin drama, besok setelah Azzam kluar dari RS, sekarang kita ngalah dulu aja," jelas Hana melihat Rahmad yang lalu tertawa meminum Vodkanya.
"Bagus, Lo emang pinter, dan Azzam lihat aja, Gua bakal dapetin apa yang harusnya jadi milik Gua!" Racau Rahmad seraya meminum Vodkanya lalu tertawa.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Makasih buat para Pencinta Fiksi
Dapat salam dari Azzam's Family 👋
semangat terus nulisnya kakak😁/Smile/
bisa gak si it adi pa haji di karungin dulu
semangat nulisnya kakak☺