NovelToon NovelToon
Kenzie Dan Goresan Takdir

Kenzie Dan Goresan Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / nikahmuda / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Ibu Pengganti / Teen Angst
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: DarmaWati212

Ini tidak hanya bercerita tentang cinta sejati yang harus terpisah karena kesalahan. Ini juga bukan hanya tentang kejadian MAB, yang menghancurkan masa depan dua remaja. Tetapi ini juga tentang keluarga.

Kisah seorang anak yang harus menanggung derita atas kesalahan mereka. Dia yang tak mengerti apapun dipaksa bertanggungjawab dan menanggung luka. Di buang oleh ibu kandung, dibenci dan tak diakui oleh ayah sendiri. Menyakitkan, namun inilah garis takdirnya.

"Papa, jika kehadiranku sebagai anak haram adalah aib, akupun tidak ingin terlahir jika sebagai penghambat kebahagiaan kalian."

"Papa, Tuhan telah menjawab doaku, Kenzie telah dianugrahkan penyakit yang bisa membuat papa bahagia kembali."

"Aku harap, papa akan mencintai bunda Nara dengan tulus, karena dialah cinta pertama dan terakhir papa. Dan tolong, jangan pernah ada penyesalan karena inilah takdir."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DarmaWati212, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 19

Saat tangisan Kenzie memenuhi ruangan, hampa terasa semakin menggelayuti sudut ruang tamu yang sebelumnya penuh dengan kehadiran mereka. Tak seorang pun di antara para maid yang berani melangkah mendekati Kenzie yang tergeletak di lantai dengan kepedihan yang mendalam. Mereka seakan menjadi saksi bisu atas penderitaan Kenzie, tetapi keengganan untuk membantu tergambar jelas di wajah mereka. Mungkin karena takut akan konsekuensinya, mungkin juga karena mereka hanya menjalankan perintah tanpa perasaan.

Ketika Kenzie terdiam, para maid itu masih berdiri di tempatnya, menatap dengan tatapan kosong yang tak mencerminkan keberanian atau kepedulian. Bagi mereka, Kenzie mungkin hanyalah seorang anak yang mengganggu, bahkan jika dia cucu dari tuan rumah.

Rasa sakit di lututnya mungkin hanyalah fisik, namun luka batinnya jauh lebih dalam. Baginya, perlakuan Rayhan adalah pukulan terberat yang pernah dia terima dari orang yang seharusnya melindunginya. Bagaimana mungkin seseorang bisa begitu acuh dan kejam terhadapnya, bahkan sampai pada titik menginjak harga dirinya secara fisik dan emosional?

Kenzie merenung, matanya menatap ke arah jauh, seolah mencari jawaban atas pertanyaan yang menghantuinya. Dia merasa seperti patung yang tak berdaya di hadapan kebrutalan dunia, diabaikan dan tidak dihargai.

Tetapi di tengah keputusasaan itu, Kenzie menemukan kekuatan untuk bangkit. Dengan perlahan, ia mengangkat dirinya dari lantai, lututnya masih berdenyut-denyut akibat rasa sakit yang tak kunjung reda. Senyum simpul terukir di bibirnya, bukan karena kebahagiaan, melainkan kesungguhan hatinya.

Langkahnya terhenti di depan pintu kamar neneknya, Rani, dan Renra. Tangan gemetar memegang knop pintu putih itu, namun pintu terasa terkunci. Kenzie membulatkan matanya dalam kebingungan, menyadari bahwa Rani tidaklah tidur hingga sore menjelang. Mungkin, Renra yang memerintahkan untuk mengurungnya dalam kamar ini, memisahkannya dari satu-satunya sosok yang benar-benar menyayanginya.

Dalam keheningan yang menyelimuti koridor rumah yang megah, suara getaran keras yang menggema dari pukulan Kenzie ke pintu kamar neneknya memotong keheningan. Namun, tak ada jawaban yang terdengar dari balik pintu itu, hanya keheningan yang semakin menyiksa hati Kenzie.

“Ibu... Apakah kau baik-baik saja?”serunya dengan lirih, suaranya terdengar rapuh, dipenuhi kekhawatiran yang tak terbendung. Tetesan air mata yang deras mengalir di pipinya, menciptakan jejak kesedihan yang tak terelakkan.

Dengan semangat yang semakin meluap, Kenzie menggedor-gedor pintu dengan penuh kecemasan. “Ibu! Ini Kenzie! Tolong, beri tahu Kenzie bahwa kau baik-baik saja!”desaknya, mencoba mendapatkan suatu respons dari dalam kamar.

Namun, keheningan tetap menjadi satu-satunya jawaban yang ia terima. Kenzie merasakan getaran kekhawatiran yang merayap di seluruh tubuhnya, menciptakan gemetar yang tak terbendung. Meskipun ia berusaha keras untuk menahan emosinya, tetesan air mata yang jatuh tak terkendali.

Dengan hati yang berat, Kenzie akhirnya mendudukkan dirinya di lantai, di depan pintu kamar Rani. Air mata yang tak terbendung lagi membanjiri wajahnya, menciptakan rasa hampa yang mengisi ruang kosong di dalam dirinya. Ia merasa seperti seorang anak kecil yang ditinggalkan oleh ibunya pergi, merasa sendirian dan terlunta-lunta di dunia yang kejam.

“Ibu... Tolong, jawablah pertanyaan Kenzie,”bisiknya dengan suara serak, mencoba menarik perhatian Rani dari balik pintu yang terkunci itu. Namun, tak ada jawaban yang muncul, hanya keheningan yang semakin menyiksanya.

Namun tiba-tiba, suara samar-samar terdengar dari balik pintu. Suara itu, meski serak dan penuh dengan kesedihan, membawa kelegaan bagi Kenzie. “Kenzie, apakah itu kamu, Nak?”teriakan Rani menghentakkan hati Kenzie, memberinya kelegaan yang begitu ditunggu-tunggu.

Dengan senyuman yang lebar, Kenzie berdiri dan mengetuk pintu itu lagi dengan penuh kegembiraan. “Ibu, ini Kenzie!”serunya dengan penuh kebahagiaan, merasa lega akhirnya mendengar suara Rani yang ia cintai.

Rani menyambut kedatangan Kenzie dengan pertanyaan beruntun yang penuh dengan kekhawatiran dan kelegaan. Hatinya dipenuhi dengan rasa syukur karena Kenzie telah kembali tanpa luka, namun juga dengan rasa cemas karena keadaan yang terjadi semalam membuatnya sangat khawatir.

“Kenzie, apakah kamu baik-baik saja? Ibu sangat khawatir denganmu. Maafkan ibu karena kemarin ibu tidak bisa mencarimu, karena pintj kamarnya di kunci,$ucap Rani dengan suara penuh kasih, wajahnya berbinar-binar karena kebahagiaan melihat kehadiran Kenzie. Seandainya saja ia tak terkunci dalam kamar semalam, pasti Rani akan langsung memeluk Kenzie dengan erat.

Kenzie merasa terharu mendengar kata-kata ibunya yang penuh perhatian. Dengan lembut, ia menghapus air matanya yang terus mengalir. Meskipun ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menangis di depan Rani, namun kelemahannya terkadang tak bisa ia kendalikan.

“Tidak apa-apa, Ibu. Kenzie juga minta maaf karena telah membuat Ibu khawatir,”ucap Kenzie dengan suara yang penuh rasa bersalah. Meskipun ia berusaha untuk tetap kuat di depan Rani, namun ia tidak bisa menahan rasa penyesalan yang menghantuinya.

Rani merasa lega mendengar jawaban Kenzie, namun keinginan untuk memeluknya masih terasa kuat. “Ibu sangat ingin memelukmu sekarang, Nak. Namun, saat ini Ibu tidak bisa melakukannya,”ujarnya dengan suara gemetar, menahan tangis yang hampir pecah.

“Di mana kuncinya, bu? Kenzie ingin membukanya,”tanya Kenzie dengan penuh perhatian, ingin segera membantu Rani keluar dari kamar yang terkunci.

Rani terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab dengan hati-hati,“kuncinya ada di tangan Rayhan, Kenzie.”

Mendengar itu, Kenzie merasa ragu. Ia tidak ingin bertemu dengan Rayhan saat ini setelah kejadian yang baru saja terjadi. Namun, ia juga tidak bisa membiarkan Rani terkunci di dalam kamar.

“Ibu tunggu sebentar, Kenzie akan segera meminta kuncinya,”ucap Kenzie dengan tegas sebelum bergegas meninggalkan Rani. Meskipun ia masih merasakan sakit di lututnya, namun kini tugasnya yang utama adalah memastikan Rani bisa keluar dari kamar dengan selamat.

Rani hanya bisa berdoa semoga Kenzie baik-baik saja dan Rayhan tidak menyakiti anaknya. Dengan hati yang penuh cemas, ia hanya bisa berharap yang terbaik untuk mereka berdua.

Dengan hati yang berdebar-debar, Kenzie memasuki ruangan dengan langkah yang ragu. Suaranya yang tersengal-sengal menjadi irama yang melengking di antara dinding-dinding kamar. Setiap helaan napasnya terasa seperti senandung keraguan yang membelai udara, menciptakan harmoni yang tak terduga di dalam keheningan ruangan.

Nafasnya kemudian melambung, mencari keselamatan di ruang kosong antara detak jantungnya yang berdegup kencang. Tangannya yang gemetar, terulur ke arah knop pintu yang tak terkunci, meraihnya dengan keraguan yang melilit hati. Mungkin itu seolah menyimbolkan keraguan yang melilit hatinya, mempertanyakan apakah ia seharusnya melangkah lebih jauh ke dalam ruangan ini.

Namun, ketika pintu itu terbuka perlahan di hadapannya, ia dihadapkan pada realitas yang tak terhindarkan. Rayhan, sang ayah, duduk di depan komputer dengan kesibukan yang tak terganggu. Cahaya dari layar komputer itu menyoroti wajahnya, mencerahkan kegelapan di sudut-sudut hatinya yang tersembunyi.

Matanya yang tajam menembus keberadaan Kenzie, seperti sinar matahari yang menusuk kabut pagi. Tatapannya membawa beban ketidaksetujuan yang tergantung di udara, menciptakan kesenjangan yang tak terucapkan di antara keduanya. Mungkin, di balik pandangan itu tersimpan segala rahasia dan penyesalan yang tak terucapkan, seolah menjadi bayang-bayang kehampaan yang merayap di antara mereka.

1
Lady Orlin
iya lho, jarang koneksi secwpat ini apalagi sama org yg baru ketemu😌
Lady Orlin
Yah kenzie pulang😮‍💨
Lady Orlin
pasti sakit bgd jadi Rani, udah kyk anak sndiri Kezie wlp sbnernya cucunya
Lady Orlin
serius? khawatir kenapa dok🥺🥺
Lady Orlin
Hey jgn diperhatiin lagi bobo😆😆
Lady Orlin
aku dukung Alvaro lamar Nara🔥🔥
Lady Orlin
trnyataoh trnyata Nara anak Nadya🙃
Lady Orlin
lagi mikirin cowo lain tuh Al😆😆
Lady Orlin
Lho nara mash kesemsem ama Rayhan🤣🤣
Lady Orlin
wow so sweet, smoga langgeng yahh😍
Lady Orlin
Nadya baik bgd pdhl Kenzi org baru dikenal🤩
Lady Orlin
rumit kl kamu gak cari jalan kekuar Ray, jangn cuma dioendam tapi cari jln kluar
Lady Orlin
Segini dulu kak, nnti aq lanjutt .. kerennn, semangattt syelalu🔥🔥
Lady Orlin
Pasti ngarep bgd ya Ken Keluarga sendiri sebaik Kel. Nadya😭😭
Lady Orlin
Wah ati2 Ken sama org yg baru aja dikenal😌
Lady Orlin
Kok aku OVT Nadya ibu kandunf Kenzi😨😨
Lady Orlin
Apa Nadya ada hubungannya sama Kenzie?
Lady Orlin
Saking udh sayangnya sama Kenzii😭😭
Lady Orlin
siapa Nyonya ini? Hmmm
Lady Orlin
seseuknya sampe sini Ken😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!