Magika dan Azzrafiq tak sengaja bertemu di sebuah cafe, saat Magika sedang melakukan tantangan dari permainan Truth or Dare yang dia mainkan bersama teman-temannya.
Hanya dalam satu malam saja, Magika mampu membuat Azzrafiq bertekuk lutut, mereka melakukan hal-hal gila yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya, mereka melakukannya atas dasar kesenangan belaka.
Keduanya berpikir tak akan pernah berjumpa lagi dan hanya malam ini saja mereka bertemu untuk yang pertama sekaligus yang terakhir.
Namun takdir berkata lain, Magika dan Azzrafiq dipertemukan lagi, karena mereka diterima di kampus yang sama dan lebih tak disangka lagi mereka satu jurusan, tapi keduanya tidak saling mengenali karena saat pertemuan malam itu, mereka dalam pengaruh alkohol yang membuat keduanya tak ingat apa yang telah terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen Dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Waktu Berhenti Apabila Ku Memandangnya
Satu minggu berlalu, bertemu lagi dengan hari Senin, Magika terbangun dari tidurnya. Aneh, malam ini Edward tak menghampirinya di dalam mimpi, setelah berjumpa dengan Azzrafiq, Edward seakan lenyap dalam hidupnya, padahal kemarin-kemarin hampir tiap hari dia memimpikannya.
"Edward kemana lagi? Kenapa gak muncul terus sih? Kan kangen jadinya." Gerutu Magika seraya beranjak dari tempat tidurnya.
Langit masih tampak gelap, matahari belum memancarkan sinarnya, Magika segera bergegas ke kamar mandi, dia harus berangkat lebih awal dari biasanya, karena sekarang dia berangkat dari rumah orang tuanya yang berada di Bandung Barat, perjalanannya menuju Kampus tercinta bagaikan mencari kitab suci, dari Barat ke Timur.
Sampainya di daerah Bandung Timur, laju mobilnya mulai melamban, jalanan sudah dipadati oleh ratusan kendaraan, dia sudah terbiasa dengan keadaan jalanan di sini yang memang setiap harinya selalu macet, Magika tahu akan telat lagi sampai ke Kampus, maka dari itu ketimbang stress di jalan, dia menambahkan volume lagu yang didengarkannya di dalam mobil.
You want the moves like jagger
I got the moves like jagger
I got the mooooooves like jagger
Sedang asyik mendengarkan lagu, Magika tersentak ketika sisi kiri mobilnya diserempet, terdengar suara guratan dari stang motor yang menyenggol body mobilnya.
"Terima kasih udah bikin baret!!" Teriak Magika dari kaca mobilnya.
Karena keadaan jalanan yang padat dan motor yang menyerempet mobilnya sudah kabur, para pengandara motor lainnya memperhatikan mobil Magika yang baru saja disenggol. Dia tak ambil pusing, dan melanjutkan menyanyikan lagu yang diputarnya. Mau gimana lagi?
"Sumpah ya, ini jalan mau sampai kiamat emangnya macet terus begini?" Magika mulai mengomel karena kesabarannya mulai terkikis.
Akhirnya Magika sampai di kampus, tapi dia masih harus dipusingkan lagi dengan arena parkiran mobil yang ternyata sudah penuh. Magika sampai tiga kali berputar mencari lahan yang kosong untuk parkir mobilnya.
Setelah berhasil dapat tempat parkir, Magika segera turun dan mengecek samping kiri mobilnya yang sedikit penyok, hasil karya si pengendara motor sableng tadi. Dia hanya menggelengkan kepala saja sambil berkacak pinggang ketika melihatnya.
"Bagus!! Bisa minta mobil baru sama Papi." Ucap Magika enteng.
Lalu dia berjalan menuju Gedung perkuliahan, sampainya di sana, Magika melihat teman-teman seangkatannya sedang berkerumun depan mading jurusan Hukum Ekonomi.
"Kayaknya itu pengumuman kelompok ospek, banyak amat yang lihat, masuk kelas dulu deh sambil nunggu kosong." Gumam Magika.
Di kelas, teman-temannya sudah pada ribut saling memberitahu mereka masuk kelompok-kelompok berapanya. Magika yang baru sampai hanya memperhatikan mereka yang sangat antusias mengikuti ospek jurusan.
"Gee kamu kelompok satu barengan sama Azzrafiq, ish aku jadi iri." Ujar Alin yang tiba-tiba mendatanginya.
"Oh ya masa? Aku belum lihat mading, tadi penuh banget." Ucap Magika yang baru saja duduk tenang.
Mendengar dirinya satu kelompok dengan Azzrafiq, bukankah seharusnya Magika senang?
Tidak.
Seminggu telah berlalu, banyak kejadian dan hal-hal yang membuat Magika lupa akan sosok Azzrafiq, terutama tugas kuliah yang terus berdatangan tiada henti, membuatnya benar-benar sibuk seminggu kemarin, lagi pula lelaki itu juga sudah memiliki kekasih.
"Gee tukeran kelompok ya sama aku, Kakak tingkat pasti gak akan ada yang curiga." Pinta Alin.
Magika mengerutkan keningnya mendengar permintaan Alin yang aneh, sebegitu sukanya Alin sama Azzrafiq sampai mengorbankan temannya untuk bertukar kelompok dan berbohong pada kakak tingkat.
"Katanya sih dilihat nanti KTM nya, buat memastikan kelompok yang panitia bagikan tuh udah sesuai atau belum, siapa tahu ada yang curang minta tukeran kelompok." Tukas Zea yang menguping obrolan Magika dan Alin.
"Oh ya kata siapa Ze?" Tanya Alin tak percaya.
"Kata Kak Randy, soalnya tahun kemaren kan ada yang curang gara-gara pengen satu kelompok sama temen deketnya, langsung dihukum." Lanjut Zea.
"Palingan juga disuruh push up." Alin tak terlalu menanggapi ucapan Zea. "Mau gak Gee please.." Lanjut Alin memohon pada Magika.
"Lebih parah sih hukumannya, orang yang curang itu jadi gak punya kelompok, sendirian aja sampe ospek selesai, dan bakalan jadi sasaran empuk para kakak tingkat." Jelas Zea meyakinkan.
Magika menatap Alin kesal. "Kalo gitu, aku makin gak mau tukeran, terima dan syukuri aja sama apa yang kamu dapet Lin."
Alin ada-ada saja, Magika baru duduk sebentar dan melepaskan penatnya gara-gara macet dan mobilnya lecet, sudah dimintai hal-hal yang aneh.
Seketika Alin meninggalkan kedua temannya itu, karena permintaannya ditolak, Alin merasa kesal dan menjauhi Magika dengan berpindah tempat duduk.
"Lin mau kemana sih? Masa gitu doang ngambek." Gerutu Magika.
"Udah biarin aja, FYI tadi tuh aku ngarang loh Gee, kalo KTM kita bakalan dicek hihihi.." Seru Zea sambil memperhatikan Alin yang pergi menjauh.
Magika menatap Zea tak percaya, lalu dia terkekeh karena tak habis pikir dengan ucapan temannya itu.
"Parah nih Zea, tapi makasih banget yaa, aku jadi punya alasan yang kuat buat nolak" Ucap Magika.
"Lagian ngaco sih, ada-ada aja si Alin, dengernya aja aku kesel, dia tuh pengen pindah kelompok, dari tadi minta ke anak-anak yang lain, karena kelompok dia cewek semua, maunya dia ada cowoknya biar ada yang meratukan dia." Jelas Zea. "Apalagi tahu kamu satu kelompok sama Azzrafiq, makin aja kepanasan." Lanjut Zea melaporkan kelakuan Alin.
"Mau aku makin panas-panasin ah." Celetuk Magika iseng.
"Bagus, jangan nanggung! Oh ya minggu lalu aku lihat kamu ngobrol sama Azzrafiq, dia nyamperin kamu kan, kalian udah saling kenal sebelumnya?" Tanya Zea.
"Belum sih, cuma ada satu dan lain hal." Jawab Magika.
"Apaan tuh?"
"Nanti deh aku ceritain, aku mau lihat mading dulu pengen tahu aku satu kelompok sama siapa aja."
"Kalo dari kelas kita sih kamu sama Endy aja." Ujar Zea.
"Kalo kamu satu kelompok sama siapa aja?" Tanya Magika.
"Sama Vanilla dong, hoki banget kaaan."
"Bener juga hoki sih itu."
Setelah sejenak Magika beristirahat untuk meluruskan badannya, dia keluar kelas untuk melihat pengumuman pembagian kelompok ospek jurusan di mading, sudah tidak terlalu penuh juga seperti tadi.
Magika mencari namanya untuk memastikan sendiri, dia masuk kelompok berapa, matanya menilik beberapa nama, akhirnya dia menemukan namanya tertera paling bawah di kelompok satu yang berjumlah sepuluh orang, dan benar yang dikatakan Alin, bahwa dia satu kelompok dengan Azzrafiq.
Kelompok 1
1.xxxxxxx
2.xxxxxxx
3.xxxxxxx
4.xxxxxxx
Endy Pratama
Daphnie Kimberly
Acha Tapioka
Anggara Maulana Yoseph
Azzrafiq Alfathanendra
Magika Keandra Adribrata
Lalu Magika kembali ke kelas, ketika berbalik dia menabrak seseorang, yang dia sudah tahu orang yang ditabraknya itu Azzrafiq.
"Oops Sorry." Ucap Magika refleks.
Magika dan Azzrafiq saling bertatapan, detak jantung keduanya berdetak dengan kencang, wajah tampan lelaki itu kini lebih dekat dengan dirinya, dan membuat perasaan yang sudah Magika lupakan, tiba-tiba kembali dengan cepatnya. Waktu seolah berhenti ketika mereka bertemu kembali.
Oh come on! Wake up Magika he already has a fuckin' girlfriend. Batin Magika.
Berbeda dengan Azzrafiq yang memang sudah jelas-jelas jatuh hati pada Magika, wangi parfum beraroma baby powder yang menjadi ciri khas wanita itu, kini tercium sangat dekat.
Satu minggu tak bertemu dengan Magika, rasanya rindu itu kini terbalaskan, Azzrafiq selalu memikirkannya sejak awal pertemuan mereka, kerap kali keluar kelas setelah selesai kuliah dia selalu berharap bertemu dengan Magika.
Namun, baru kali ini ada kesempatan untuknya bertemu lagi dengan wanita yang berhasil mengambil hatinya itu, dan bahkan bisa sampai sedekat ini.
Dan waktu kembali berputar ketika Magika mendengar perkataan Azzrafiq, yang seolah menyadarkannya. Magika mengedipkan matanya, dan memundurkan langkahnya.
"Kamu gak apa-apa?" Tanya Azzrafiq memecahkan suasana.
Magika tersenyum menahan tawa. "Harusnya aku kali ya yang nanya gitu, kan aku yang nabrak."
"I'ts ok, Oh ya, kita belum sempet kenalan minggu lalu, aku Azzrafiq." Tukas Azzrafiq seraya mengulurkan tangannya.
Sebenarnya Azzrafiq sudah tahu nama wanita yang menabraknya itu dari Daphnie dan Maulana, namun dia ingin berkenalan secara langsung, dan memberi kesan yang baik.
"Aku Magika, jadi nama kamu Azzrafiq ya." Ucap Magika pura-pura baru tahu. "Kita satu kelompok berarti, di kelompok satu."
"Wow kabar yang menarik, coba aku lihat." Seru Azzrafiq yang masih memegangi tangan Magika.
Magika membalikkan lagi tubuhnya, sembari tangan kanannya masih berpegangan dengan tangan Azzrafiq, dia menunjukkan nama lelaki itu yang berada di atas namanya.
"Itu nama kita deketan." Tunjuk Magika.
"Magika Keandra Adribrata, nama kamu bagus juga ya." Seru Azzrafiq yang melihat beberapa nama lainnya yang satu kelompok dengannya.
"Ya gitu deh, buatan Mami Papi."
Azzrafiq terkekeh mendengar ucapan Magika. "Mereka hebat ya, bisa menghadirkan kamu ke dunia ini dan memberikan nama yang indah, tolong ucapin terima kasih dari aku."
"Hahaha emangnya kenapa?"
"Yaaa, aku merasa bersyukur dan beruntung aja bisa ketemu kamu, berkat kerjasama kedua orang tua kamu."
Magika tertawa mendengar ucapan Azzrafiq yang menurutnya aneh sekaligus lucu, seseorang berdeham di samping mereka, suara yang sudah Azzrafiq kenali, karenanya dia tak langsung menoleh, dia terhipnotis oleh Magika yang ketika tertawa semakin membuatnya jatuh hati.
Lain halnya dengan Magika yang refleks langsung menoleh pada sumber suara itu.
"Gandengan kayak truk aja, minggir kalian berdua menghalangi mata gue." Protes Maulana teman satu kelas sekaligus teman satu kost nya Azzrafiq.
Magika yang baru menyadari tangannya masih bergandengan dengan tangan Azzrafiq, segera melepaskannya.
"Sirik aja lo, apes banget gue harus satu kelompok sama lo." Gerutu Azzrafiq pada Maulana.
"Bener kata lo, apes banget, tapi gue bersyukur bisa satu kelompok sama Magika." Seru Maulana dengan antusias.
"Hah gimana? Kok tahu aku?" Tanya Magika bingung.
Maulana menatap Magika sambil tersenyum."Siapa sih yang gak tahu kamu Magika? Kenalan dulu, aku Maulana."
"Hah? Iya salam kenal juga." Kata Magika yang masih merasa bingung.
"Hah Heh Hoh muluk, untung cantik." Gerutu Maulana.
Magika hanya tersenyum simpul. Siapa sih ini cowok? Kenapa so asik banget? Batin Magika.
Maulana kembali melihat nama-nama yang ada di dalam kelompok satu, dan dia pura-pura terkejut ketika membaca salah satu nama di kelompoknya.
"Acha Tapioka? Wait! Itu nama tepung apa nama manusia sih?" Tanya Maulana yang tampak heran.
"Apaan sih lo caper amat." Sahut Azzrafiq.
"Unik ya namanya." Seru Magika.
"Sama kayak orangnya juga, unik." Tukas Azzrafiq.
"Jadi penasaran yang mana sih orangnya." Kata Magika.
"Nanti aku kenalin sama orangnya, dia teman sekelas aku dan Maulana." Tukas Azzrafiq.
"Boleh deh, lagian harus kenal sama teman satu kelompok." Ujar Magika seraya melihat ke arah kelasnya yang sudah tertutup pintunya.
"Iya, karena itu kita juga harus kenalan lebih dekat lagi Magika." Celetuk Maulana menggoda Magika.
Azzrafiq menggelengkan kepalanya."Masih berusaha keras aja lo, jangan semangat dan tetap menyedihkan ya."
"Kampret lo Fiq." Gerutu Maulana
"Oh ya aku balik kelas lagi ya guy's, lanjutin aja berantemnya." Ucap Magika berpamitan.
"Di ruangan mana kelasnya?" Tanya Azzrafiq.
"Di ruangan X-7." Jawab Magika seraya kembali menoleh pada Azzrafiq.
"Ya udah bareng, aku di ruangan X-9." Kata Azzrafiq, lalu menoleh pada Maulana."Lo mau masuk kelas gak?"
"Duluan aja, gue masih mau lihat siapa aja yang ada di kelompok satu." Kata Maulana.
"Kita duluan ya, bye Maulana sampai ketemu lagi." Seru Magika.