NovelToon NovelToon
Hidden Alliance

Hidden Alliance

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Lari Saat Hamil / Aliansi Pernikahan / Anak Kembar
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: lestari sipayung

Di dunia yang penuh intrik dan kekuasaan, Liora, seorang wanita penerjemah dan juru informasi negara yang terkenal karena ketegasan dan sikap dinginnya, harus bekerja sama dengan Darren, seorang komandan utama perang negara yang dikenal dengan kepemimpinan yang brutal dan ketakutan yang ditimbulkannya di seluruh negeri. Keduanya adalah sosok yang tampaknya tak terkalahkan dalam bidang mereka, tetapi takdir membawa mereka ke dalam situasi yang menguji batas emosi dan tekad mereka. Saat suatu misi penting yang melibatkan mereka berdua berjalan tidak sesuai rencana, keduanya terjebak dalam sebuah tragedi yang mengguncang segala hal yang mereka percayai. Sebuah insiden yang mengubah segalanya, membawa mereka pada kenyataan pahit yang sulit diterima. Seiring waktu, mereka dipaksa untuk menghadapi kenyataan. Namun, apakah mereka mampu melepaskan kebencian dan luka lama, ataukah tragedi ini akan menjadi titik balik yang memisahkan mereka selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lestari sipayung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rahasia Dibalik Scarf - Kary

Pria bertopi itu berdiri dengan tatapan tajam, wajahnya dipenuhi goresan luka kecil, tetapi auranya memancarkan bahaya. Udara mendadak terasa berat, seolah menyerap setiap suara dari luar. Hanya detak jantung yang berdetak cepat di dalam dadanya yang terdengar.

"Kau pikir bisa pergi begitu saja?" ujar Darren, senyum tipis di wajahnya tak menyembunyikan ketegangan yang menggantung di antara mereka.

Tanpa menjawab, sosok itu melangkah mundur, siap untuk bertarung jika diperlukan. Darren maju, tubuhnya bergerak cepat. Serangan pertama datang tanpa peringatan, memaksa mereka terlibat dalam baku hantam. Pukulan demi pukulan dilancarkan, gerakan mereka penuh strategi dan kehati-hatian. Darren kuat, tetapi lawannya gesit, memanfaatkan setiap celah untuk bertahan dan menyerang balik.

Peperangan terus berlangsung, pukulan demi pukulan menghantam tanpa henti, diiringi gerakan lincah untuk menghadang serangan balik. Dentuman tinju yang berbenturan dengan tubuh atau udara terasa menggema, menandakan intensitas pertarungan. Namun, sesuatu terasa ganjil. Darren menyadarinya. Kenapa lawannya tidak menggunakan senjata? Bukankah dia memiliki peluru? Jika tujuannya adalah menghabisi Darren, ia bisa saja mengakhirinya dengan mudah. Tapi tidak. Gerakan lawan menunjukkan niat berbeda—ia hanya mencoba menjatuhkan Darren, seperti seseorang yang sekadar ingin melarikan diri, bukan untuk membunuh.

Darren tidak berhenti berpikir di tengah adu fisik yang sengit ini. Aneh sekali. Apa yang sebenarnya direncanakannya? Meskipun begitu, ia tetap meladeni serangan demi serangan, tidak ingin memberikan kesempatan sekecil apa pun. Pandangannya tetap tajam, fokus pada gerak tubuh lawannya yang gesit dan sedikit lebih kecil darinya. Sosok misterius itu tak hanya menyembunyikan niatnya, tetapi juga wajahnya, terlindungi oleh scarf hitam yang menutupi setengah dari ekspresi aslinya.

Srekkk...

Terdengar suara yang menciptakan jeda mendadak di tengah peperangan sengit mereka. Darren mematung, begitu pula lawannya. Nafas yang memburu seperti berhenti dalam sekejap, begitu pula gerakan tubuh yang tadinya penuh daya. Tatapan mereka bertemu, membeku dalam hening yang mencekam saat scarf hitam itu terlepas, tersingkap akibat tarikan Darren.

Degg...

Keduanya terdiam, saling menatap tanpa berkedip. Seakan dunia di sekeliling mereka membisu, menyisakan hanya mereka berdua dalam kekosongan yang aneh. Mata mereka bertaut, seolah mencoba mencari jawaban dari satu sama lain. Entah kenapa, rasa tegang yang berbeda muncul, merambat melalui tatapan itu. Sebuah rahasia yang tertahan, sebuah kenyataan yang enggan terungkap, tiba-tiba menggantung di udara. Detak jantung Darren memburu, tetapi pikirannya dipenuhi teka-teki.

"Kary." gumam Daren dengan mata tak berkedip. Dia tidak salah lihat kan? Sosok yang sekarang ada dihadapannya adalah salah satu adik kembarnya kan? Yang menghilang setelah sekian lama kan?

Di tengah pertarungan sengit itu, suara ledakan dari luar mengalihkan perhatian Darren sesaat. Celah itu cukup untuk memberikan pukulan telak yang membuat Darren kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke lantai. Sosok itu langsung berlari menuju pintu.

Duarr...

Darren reflek menutup wajahnya ketika salah satu musuh asing mengarahkan pistol ke arahnya. Detik-detik berlalu dengan lambat, jantungnya berdegup kencang, menanti rasa sakit yang tak kunjung datang. Beberapa saat kemudian, ia masih tersadar, tubuhnya tidak merasakan hantaman peluru apa pun. Perlahan, ia membuka matanya.

Saat Darren menoleh, pemandangan itu membuatnya tertegun. Di ujung lorong yang remang-remang, berdiri Liora. Tangan gadis itu masih terangkat, menggenggam senjata yang mengarah ke posisi musuh tadi. Tatapannya tajam, seperti pisau yang siap menusuk, tetapi wajahnya tetap datar, tanpa emosi sedikit pun.

Darren berusaha bangkit dari lantai, tubuhnya terasa berat dan lemah, namun tatapannya tetap terpaku pada sosok Liora. Rahangnya mengeras, mencerminkan kekacauan di pikirannya. Namun, sebelum ia sempat mengatakan apa-apa atau mendekat, sosok tadi sudah menghilang, lenyap dalam kegelapan lorong, membawa dokumen yang Darren dan timnya coba lindungi.

Menghela napas panjang, Darren membiarkan tubuhnya terjatuh kembali ke lantai. Tatapannya kosong, tertuju pada pintu yang kini berdiri bisu, menjadi saksi dari kegagalan mereka. "Dia kabur," gumamnya pelan, suaranya terdengar lemah, penuh keterkejutan yang belum sepenuhnya hilang.

Rasa lelah menyerangnya seperti gelombang besar. Tubuhnya terasa kehilangan semua tenaga, pikirannya seperti terkuras habis. Darren tidak sanggup berdiri lagi, tubuhnya seolah menyerah pada beban yang ia pikul. Di sampingnya, Liora melangkah mendekat. Tidak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya, hanya keheningan yang terasa berat melingkupi mereka, sementara Darren tetap diam, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi.

Semua pasukan negara telah kembali ke markas setelah berhasil menaklukkan musuh dan menguasai markas mereka. Namun, pertempuran belum usai. Iron, pemimpin musuh, berhasil melarikan diri dengan membawa dokumen negara yang menjadi target utama. Lebih parah lagi, ada seseorang yang membantunya melarikan diri—sosok misterius yang kini harus mereka buru.

**

“Makanlah.”

Liora masuk ke ruangan Darren, membawa nampan berisi nasi, lauk, dan segelas air putih. Sejak pertempuran kemarin malam, Darren mengurung diri di kamar. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya, hanya tatapan kosong yang terlihat murung namun menyimpan ketegangan dingin.

Darren melirik sekilas ke arah Liora, lalu kembali menatap lantai tanpa minat. Tidak ada respons, tidak ada kata-kata. Seolah keberadaan Liora pun hanyalah angin yang lewat. Liora memperhatikan gerak-geriknya dengan tatapan penuh kesabaran, lalu menghela napas panjang. Harus bagaimana lagi menghadapi pria keras kepala ini? pikirnya. Sudah berkali-kali komandan besar dan rekan-rekan mereka bertanya tentang kondisi Darren, tapi tak pernah ada jawaban.

Liora berjalan mendekat, meletakkan nampan itu di meja kecil di samping Darren dengan hati-hati, seakan takut menyentuh luka yang tak kasatmata. Setelah itu, ia duduk di sampingnya, membiarkan keheningan menyelimuti mereka. Tidak ada suara selain detak jam di dinding dan napas lirih mereka berdua.

Liora menatap kosong ke depan, mencoba mencari celah untuk memecah keheningan. Darren tetap diam, seperti patung yang tak tergoyahkan. Hingga akhirnya, Liora membuka suara, suaranya pelan, hampir seperti bisikan.

"Siapa dia?" Liora bertanya tiba-tiba, memecah keheningan.

Darren menoleh pelan, keningnya berkerut, tapi tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Liora tetap menunggu, membiarkan waktu berjalan, sebelum akhirnya mengulangi pertanyaannya dengan nada yang lebih tegas.

"Kau mengenal sosok itu, kan?"

Darren terdiam lebih lama kali ini, seperti sedang bergumul dengan pikirannya sendiri. Pandangannya menunduk, dan napasnya terdengar lebih berat. Hingga akhirnya, setelah tarikan napas panjang, ia menjawab dengan suara rendah, hampir seperti bisikan.

"Dia adikku."

Liora tertegun mendengar jawaban itu. Mata perempuan itu membesar, didera keterkejutan yang bercampur rasa ingin tahu. Jawaban singkat itu menghentakkan pikirannya, menimbulkan gelombang pertanyaan yang kini memenuhi benaknya.

"Adikmu?" ulangnya, memastikan ia tidak salah dengar.

1
revasya alzila
ditunggu kelanjutannya thor
revasya alzila
Keren sih menurutku
revasya alzila
keren ceritanya kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!