Cover by me
Namanya Saga Bimantara, perwira tentara berpangkat letnan satu. Ia di jodohkan dengan anak dari komandannya di kesatuan yang bernama Nada queenza rahadi. Tentu saja Saga menerima perjodohan itu di karenakan dirinya juga membutuhkan istri agar sang ibu tidak sibuk menyuruhnya untuk nikah.
Namun di sisi lain Nada—gadis yang akan di jodohkan dengan Saga menolah mentah-mentah perjodohan tersebut, tentu saja dengan alasan dia tidak mengenal Saga lebih-lebih usia pria itu yang sangat jauh di atasnya. Dalam bayangannya pria dengan usia segitu sudah peot, reyot, dan tentu saja dekil mengingat pria itu berprofesi sebagai tentara.
Sampai suatu hari takdir mempertemukan keduanya dalam sebuah insiden yang dimana Nada dalam bahaya yang akan di perkosa para pembegal. Di situlah Saga datang sebagai penolong Nada dan di situlah Nada jatuh cinta pada pandangan pertama ke Saga. Tapi baik Saga maupun Nada tidak tau kalau merekalah yang di jodohkan.
Yuk, baca ceritanya disini👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika cha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
"Om Saga galak!!"
Mereka keluar dari kediaman Lingga dan sekarang telahnya masuk kedalam mobil. Nada duduk di jok depan di samping jok Saga yang mengemudikan mobilnya.
"Ngapain kamu duduk disini?" tanya Saga dengan dingin.
"Ya mau duduklah Om, memangnya mau ngapain lagi?" Nada menarik seat bealt.
"Turun!" Tutur Saga dengan nada memerintah.
Mata Nada membulat sempurna "apa?"
"Saya bilang turun, apa kamu gak denger?" dengan suara galaknya.
Nada menautkan kedua alisnya bingung melihat Saga.
Apa yang terjadi dengan Om-om satu ini?
Karena tidak mendapat respon dan Saga malah diam saja membuat Nada kesal. "Iiih, galak banget sih!" kesal Nada bukannya turun ia malah bersedekah dada dan membuang wajahnya ke sebelah kiri, bibirnya cemberut pertanda ia sedang kesal.
Saga berdecak "saya suruh kamu turun itu untuk pindah ke belakang" Saga menggaruk sebelah alisnya.
Mata Nada kembali membulat sempurna "apa bedanya sih Om Nada duduk di jok depan sama di belakang, kan sama-sama duduk!! Gak usah aneh-aneh deh!!"
"Kamu yang aneh, cepat turun!!!" kini suara Saga sedikit membentak.
"Dasar om Saga galak!" Nada akhirnya keluar dari dalam mobil dan menutup pintu mobil itu dengan cara di banting yang terdengar sangat keras karena terlalu kesal. Nada langsung pindah ke belakang dengan wajah cemberut yang terlihat tidak karuan sangking kesalnya dengan Saga.
Saga mulai menjalankan mobilnya, ia sedikit melirik Nada melalui rear-vision mirror yang ada di hadapannya. Saga tersenyum kecil melihat mulut Nada yang mengerucut, lihatlah wajah misuh-misuhnya itu malah terlihat lucu. Saga seakan gemas di buatnya.
"Nada" panggil Saga.
"Hm" deheman Nada masih terdengar jengkel.
"Maafin saya" mungkin ia harus meminta maaf karena sudah membuat kesal anak komandan yang sebentar lagi akan menjadi istrinya ini.
"Om mah galak banget. Kenapa coba Nada disuruh pindah ke belakang? Kan sama aja, sama-sama duduk."
"Saya cuma mau jaga semuanya sampai kita menjadi muhrim Nada"
Blushing.
Nada melihat wajah Saga melalui rear-vission mirror yang ada di depan. Moodnya kembali baik, hatinya berbunga-bunga saat mendengar ucapan Saga.
"Jadi kalau udah muhrim Nada boleh duduk di depan dong Om?"
Saga menganggukkan kepalanya.
"Emmm... Boleh pegang tangan juga?" tanya Nada malu-malu.
Saga mendelikkan matanya namun ia tetap menganggukan kepalanya seraya tersenyum tipis.
Pikiran Nada mulai berkeliaran. Ia mulai membayangkan itu semua terjadi.
"Emmm... Boleh lebih juga dong om?" nah! Mulai gak tau malunya sih Nada.
Saga menautkan kedua alisnya mendengar perkataan Nada yang terlampau kejauhan. Tapi Saga pura-pura tidak mengerti.
"Lebih itu maksudnya apa?"
Nada memutar matanya malas "Pura-pura goblok deh."
"Lah, saya memang gak tau maksud kamu apa."
Nada berdecak kesal "kayak pelukan, cipika-cipiki gitu."
Astaga, Nada mulutnya apa gak bisa di rem sedikit?
Saga menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan Nada yang pikirannya bisa sampai kesana.
"Kalau udah muhrim apapun yang mau kamu lakuin dan buat sama saya itu boleh, malah jadi pahala."
Mendengar ucapan Saga membuat Nada semakin tidak sabar ingin cepat-cepat menikah dengan Saga. "Ah, rasanya pengen cepet-cepet di halalin Om satu ini dah" batin Nada.
Mereka akhirnya sampai di sebuah studio foto dan mulai melakukan pemotretan untuk foto pengajuan. Nada benar-benar kelelahan karena sedari tadi fotonya selalu gagal karena harus mensejajarkan tinggi badan dan bahu mereka.
"Om, Nada capek" ucap Nada.
"Istirahat aja dulu" walaupun sedikit perhatian tapi terkesan dingin karena suara beratnya.
"Om, Nada haus" keluhnya.
Saga bergegas keluar dan membelikan air mineral dan memberikannya pada Nada.
"Om, Nada kepanasan" keluhnya lagi yang membuat Saga sedikit kesal.
"Kamu tu cerewet banget ya, ngeluh Mulu dari tadi. Gerak juga gak!" bentak Saga.
Oke, Saga kembali ke setelan pabrik, mode galak on.
"Maafin Nada Om" ucap Nada dengan suara bergetar. Ia membalikkan tubuhnya menghapus air mata yang mulai tumpah. Bukan bagaimana Nada tuh gak pernah di bentak sama papanya, gak pernah denger orang ngebentak dia. Dan Saga adalah orang pertama.
Oke, bagus. Lanjutkan Saga.
"Galak banget sih" batin Nada. Nada pun beranjak pergi menjauh dari Saga meninggalkannya masuk kedalam mobil.
Merasa bersalah, Saga mengejar Nada yang telihat memasuki mobil.
"Berengsek! Bukan cuma ngeselin, dia itu galak banget. Syukur ganteng, tapi apa harus segalak itu sih?! Apa gak bisa ngomongnya itu pelan-pelan" Nada menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Papa Om Saga jahat, hiks."
Saga masuk kedalam mobil, ia semakin merasa bersalah melihat Nada yang malah sesenggukan di sana.
"Maaf jika ucapan saya menyakitimu" ucap Saga. Nada tidak merespon sama sekali.
Karena tidak di respon, Saga menunggu sampai Nada selesai menangis.
Beberapa menit berlalu, Nada menghapus jejak air mata yang membasahi pipinya. Saga memberikan tisu yang ada di dashboard mobil tanpa melihat Nada dan Nada langsung meraihnya tanpa bersuara.
"Saya minta maaf sekali lagi" ucap Saga yang merasa bersalah. Nada hanya mengangguk saja.
Tiba-tiba seseorang mengetuk jendela mobil dan itu ternyata sang fotografer menyuruh mereka untuk melanjutkan pemotretannya.
Nada menyuruh Saga untuk turun terlebih dahulu, sementara Nada memperbaiki riasannya yang luntur akibat menangis.
Mereka akhirnya melanjutkan pemotretan itu sampai sore hari baru selesai.
Selesai foto, Nada dan Saga sekarang berada di dalam mobil untuk mengantarkan Nada pulang. Tapi saat di perjalanan terdengar suara azan magrib berkumandang.
"Kita mampir ke masjid dulu ya, udah azan tu."
"Iya om."
Saga memasuki kawasan masjid dan memarkirkan mobilnya.
"Kamu gak sholat?" tanya Saga melihat Nada yang masih anteng duduk sambil bermain ponsel. Ia melapas seat bealtnya.
"Gak Om" masih fokus main ponsel.
"Kenapa?"
"Nada gak bawa mukena" Nada berdalih padahal dia malas.
Saga menggelengkan kepalanya "jangan alesan, di masjid pasti udah di sediakan mukenah. Ayo sholat."
"Ah, males om" tolaknya.
"Nada hukum sholat itu wajib bagi kita umat muslim. Kamu gak takut dosa apa?"
Akhrinya Nada mengentikan bermain ponselnya dan mendengarkan Saga.
"Iya iya, Nada sholat."
Mereka masuk ke tempat wudhu masing-masing dan menjalankan 3 rakaat mereka.
Selsai sholat mereka kembali ke mobil melanjutkan perjalanan. Namun suara perut Nada tidak bisa di ajak berkompromi ia sudah sangat lapar.
Melihat Nada yang mengelus elus perutnya Saga tersenyum kecil. "Kita cari makan dulu, saya laper" ucap Saga.
Saga memacu mobilnya dan berhenti di sebuah rumah makan Padang. Mata Nada berbinar melihat rumah makan Padang yang ada di hadapannya.
"Kita makan disini aja ya, kamu mau kan?"
Nada mengangguk antusias "mau bangetlah om. Ini mah makanan favorit saya" Nada langsung melepas seat bealtnya dan melompat keluar dengan segera.
Saga melihat itu hanya tersenyum kecil sambil geleng-geleng kepala.
Pesanan mereka akhirnya datang. Tidak, lebih tepatnya pesanan Nada saja, karena Saga tidak memilih satupun makanan disana. Tidak tahu kenapa, Nada juga tidak terlalu ambil pusing, di pikiran dia hanya makan, makan dan makan.
"Kamu makan dulu saja, saya mau ke toilet sebentar" ucap Saga lalu berlalu dari hadapan Nada setelah mendapat anggukkan kepala dari gadis itu.
Nada mulai menyantap makanannya terlebih dahulu. Saat sedang nikmat-nikmatnya menyantap nasi Padang tersebut, tiba-tiba saja 2 orang duduk dihadapannya tanpa permisi dan menatap Nada penuh tanya. Mereka adalah Tasya dan Dimas.
"Kan bener, gue bilang juga apa. Ini si Nadadodol" ucap Dimas sedikit menggebrak meja dan menunjuk wajah Nada. Dimas menatap Nada meminta penjelasan melihat gadis itu memaki pakaian Persit.
"Lo ngapain pakai baju beginian? Jangan bilang lo mau nikah sama tu om-om yang papa lo jodohin" tebak Dimas yang pasti memang benar.
"Hehehe" Nada malah tertawa tanpa dosa.
Tasya memang sudah tahu hanya diam saja, tidak ingin banyak bertanya.
Dimas membulakan matanya tidak percaya "labil banget nih bocah."
"Padahal kemarin lo bilang gak mau sama anggota bokap lo. Ini kenapa sekarang jadi berubah?" ucap Dimas "yakin lo mau nikah muda? Apa lagi sama tentara. Siap-siap dah lo jadi janda" timpalnya lagi.
Nada mendelikkan matanya mendengar kalimat terakhir yang terlontar dari mulut Dimas.
"Nada" sebelum sempat Nada mengeluarkan suara, seseorang tengah memanggilnya. Yang ia tau suara itu suara siapa. Nada menoleh ke pemilik suara tersebut.
Saga yang berdiri tegap, memasang wajah datar itu pun berjalan menghampiri Nada duduk dengan 2 orang yang asing di mata Saga. Saga berdiri di samping Nada. Dengan segera Nada menarik tangan Saga yang berdiri di sampingnya.
Saga mendelikkan matanya menatap tangan Nada yang menyentuh lengannya secara langsung.
"Astagfirullah!" batin Saga berteriak.