Rubia adalah putri seorang baron. Karena wajahnya yang cantik dia dipersunting oleh seorang Count. Ia pikir kehidupan pernikahannya akan indah layaknya novel rofan yang ia sering baca. Namun cerita hanyalah fiksi belaka yang tidak akan pernah terjadi dalam hidupnya.
Rubia yang menjalani pernikahan yang indah hanya diawal. Menginjak dua tahun pernikahannya suaminya kerap membawa wanita lain ke rumah yang ternyata adalah sahabatnya sendiri.
Pada puncaknya yakni ketika 3 tahun pernikahan, secara mengejutkan suami dan selingkuhannya membunuhnya.
" Matilah, itu memang tugasmu untuk mati. Bukankah kau mencintaiku?" Perion
" Fufufufu, akhirnya aku bisa menjadi countess. Dadah Rubi, sahabatku yang baik." Daphne
Sraaak
Hosh hosh hosh
" A-aku, aku masih hidup?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembalasan 11
" Jadi apa kau tahu siapa yang memesan belati ini?"
" Ya saya sangat tahu karena Nyonya itu datang sendiri kemari dan memintanya secara khusus."
Tugas yang diberikan Theodore langsung dilakukan. Oliver sebagai ketua pasukan kesatria Adentine bahkan melakukanya sendiri. Dia bersama satu orang lainnya mencari ke wilayah County Gordo dan mencari pengrajin senjata.
Wilayah Gordo terkenal dengan tambang biji besi nya yang terbaik, sehingga wilayah itu juga menghasilkan senjata yang bagus dan kuat juga. Termasuk belati yang dibawa oleh Oliver, jelas sekali itu merupakan besi yang ditempa oleh wilayah ini. Terasa ringan namum tajam dan kokoh.
" Siapa orang itu, katakan."
" Tapi ada apa kalian mencarinya. Jika kalian ingin menyakitinya, saya tidak akan memberitahukan kepada kalian meskipun kalian membunuh saya."
Oliver terdiam sejenak. Dia menelisik ekspresi pengrajin senjata itu. Kata-kata yang diucapkan oleh pria berusia sekitar 40 tahunan itu terdengar sangat sungguh-sungguh. Agaknya nyonya yang dibicarakan ini menempati hati rakyat sehingga dia begitu dibela dan dilindungi.
" Tidak, kami tidak ingin menyakiti Nyonya mu itu. Kami hanya ingin tahu siapa beliau karena kami berhutang sesuatu. Kami juga ingin mengembalikan ini, beliau pasti mencarinya."
" Ooh begitu, baiklah. Beliau adalah Nyonya Countess Rubia Gordone, istri dari pemimpin wilayah ini. Jika anda ingin mengembalikan belati itu, silakan saja pergi ke mansion Gordone. Beliau pasti ada di sana."
" Yaah, ternyata dia istri orang."
Tanpa sadar Oliver mengatakan hal tersebut. Ada rasa kecewa dalam hati Oliver. Ia sedikit merasa senang karena tuannya merasa penasaran dengan seorang wanita. Tapi ternyata wanita yang dicarinya adalah seorang wanita yang sudah bersuami, posisi nya juga seorang Countess.
Setelah mengetahui informasi tersebut, Oliver mengucapkan terimakasih dan segera pergi dari tempat itu. Awalnya dia ingin langsung menuju ke mansion Gordone, tapi Oliver memilih untuk kembali dulu ke Duchy Adentine. Ia harus melaporkan temuannya itu kepada sang tuan.
" Kita kembali Komandan?"
" Iya, kita kembali dulu ke Duchy dan melaporkannya. Hiyaaa!"
Oliver memacu kudanya dengan cepat. Jika saat berangkat dia sampai dengan cepat karena menggunakan gate teleportasi yang dibuat oleh Regulus, tidak dengan saat kembali ke Duchy. Oliver harus menaiki kudanya selama sehari semalam untuk kembali pulang.
Akan tetapi bagi Oliver itu tidak jadi soal. Bagi kesatria Adentine hal tersebut sudah biasa karena ketika mereka pergi berperang atau melakukan pembasmian, perjalanan bisa lebih dari itu.
Namun Oliver bukannya bersantai. Dia tetap memacu kudanya dengan cepat agar bisa kembali dan melaporkannya kepada sang tuan. Tugas yang diberikan harus segera ia lakukan agar sang tuan bisa mengucapkan terimakasih dengan benar.
Bagi seorang Adentine, pantang memiliki yang namanya hutang budi. Jadi mereka akan cepat-cepat membayarkannya.
Sedangkan di dalam kastel Adentine, sang duke sudah mulai kembali bekerja. Rhine yang merupakan ajudan Duke Adentine sudah terlihat seperti orang yang kehilangan daya hidupnya ketika Theodore melihatnya.
Semua itu karena Rhine lah yang menggantikan Theodore ketika dirinya sakit. Pekerjaan sebagai duke tentu bukannya sedikit. Selain menjabat sebagai duke yang mengurusi wilayah, Theo juga merupakan jendral pasukan kesatria kekaisaran. Dia jendral perang yang ditakuti karena memiliki sebutan Duke Monster.
Namun dengan julukan itu, setidaknya membuatnya aman dari yang namanya desakan untuk menikah. Theo juga tidak pernah menginjakkan kaki pada pergaulan sosialita atas yang ada di ibu kota. Jangankan itu, pesta kemenangan yang diadakan untuknya pun tidak pernah dihadiri sekalipun itu adalah undangan langsung dari Kaisar. Baginya semuanya tidaklah penting. Dan anehnya, tidaka da yang berani mengusik Theodore.
Biasanya, bangsawan yang menolak undangan Kaisar akan dicap sebagai pengkhianatan. Namun itu jelas tidak berlaku kepada Theodore. Sebagai Duke sekaligus jendral perang dengan kekuatan militer yang besar dan tangguh, Theo mampu membumihanguskan kekaisaran.
" Kau tidak tidur Rhine?"
" Yang Mulia tidak sedang bercanda kan, bagaimana saya bisa tidur sedangkan perkejaan Anda begitu banyak."
Shaaaah
Theo membulatkan matanya ketika melihat tumpukan kertas di atas meja kerjanya. Ia heran mengapa dia harus susah payah mengerjakan ini semua. Tapi jika dia berkata demikian maka Rhine akan mengomel tanpa henti selama seharian.
" Ya ya ya, baiklah. Tidak ada waktu istirahat bahkan bagi pasien sekalipun. Jadi apa yang harus aku periksa Rhine?"
Rhine langsung bersemangat, dia membenarkan kacamatanya yang tadi melorot. Rasa kantuk tiba-tiba menghilang. Jika tengah begini dia harus memanfaatkannya sebaik mungkin. Karena jika tidak, maka tuannya itu nanti bisa saja menghilang entah mengurus apalagi.
Wilayah Duchy Adentine sangat luas. Terlebih setiap Theo melakukan perang penaklukkan dia akan mendapat hadiah berupa wilayah. Namun Rhine sedikit kecewa karena di perang penaklukkan yang terakhir, Baginda Kaisar memberikan sebuah wilayah yang tandus sebagai hadiah dan orang-orang disekitarnya hidup dalam garis kemiskinan.
" Baginda Kaisar benar-benar tidak bisa ditebak."
" Hoho, kau sudah berani mencela Kaisar rupanya Rhine. Bagus, aku suka itu."
" Ya? Bu-bukannya begitu Yang Mulia. Lihat saja, tanah seperti ini untuk apa coba. Tandus, orang-orangnya miskin. Ini namanya bukan hadiah, melainkan musibah. Kita di suruh kerja keras. Kalau kita tidak membuat wilayah itu menjadi baik pasti Yang Mulia akan dianggap tidak menghargai pemberian Kaisar. Huh, sungguh merepotkan."
Theodore tersenyum simpul. Dia sangat beruntung memiliki Rhine sebagai ajudannya. Betapa tidak, Rhine adalah lulusan terbaik di akademi Sein. Dia yang merupakan anak haram seorang Marquis sellau diasingkan oleh keluarganya. Namun Rhine yang cerdas itu berhasil mendapatkan perhatian Theodore. Maka dari itu Theo membawanya ke Adentine dan dijadikan ajudannya.
" Ughhh, kau memang terbaik Rhine. Apa jadinya aku tanpamu."
" Sudahlah Yang Mulia, tidak perlu memuji saya sedemikian karena pekerjaan Anda tidak akan selesai hanya dengan memuji saya. Jadi sekarang silakan selesaikan pekerjaan yang menumpuk itu."
Sisi tegas Rhine memang sangat dibutuhkan. Theo yang kadang enggan mengerjakan tugasnya mau tidak mau harus bekerja jika Rhine berada di sisinya. Dan hari itu berakhir dengan Theo yang menyelesaikan pekerjaan yang sudah tertunda.
Hari telah malam, Theo kembali ke kamarnya setelah melaksanakan makan malam. Namun ketika dia hendak tidur, seseorang datang.
" Yang Mulia saya telah kembali dan ingin melapor."
" Oh Oliver, ya masuklah. Nah cepat katakan siapa pemilik belati itu?" Theodore terlihat tidak sabar untuk mengetahuinya.
" Dia adalah seorang Countess wilayah tersebut. Namanya Countess Rubia Gordone. Dia wanita yang sudah bersuami Tuanku. Jad sebaiknya kembalikan belatinya melalui utusan saja dan ucapkan terimakasih melalui surat."
" Ohooo tidak bisa, bukannya itu namanya tidak sopan. Aku jelas harus datang sendiri ke sana untuk mengucapkan terimakasih. Nah sekarang istirahatlah, lalu minta regulus untuk menyiapkan gatel besok aku akan langsung mengunjungi Nyonya Countess Rubia."
" Ya? Yang Mulia!"
TBC