Zavian Xanderson, memiliki kepribadian yang dingin, dan tertutup dengan sejuta pesona yang dimiliki.
Alina Angelica Kwelju. Gadis cantik, pintar dan juga kreatif. Gadis yang kerap disapa Alin atau Ina ini memiliki sebuah rahasia besar yang ia simpan bersama keluarganya.
Ini kisah sosok Zavian Xanderson, sang ketua OSIS SMA Rajawali dan bertemu dengan gadis segudang rahasia itu. Penasaran? Yuk baca^^
Jangan menilai sesuatu dari covernya!
Typo bertebaran!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19
"GUYS!"
Keira berteriak baru saja masuk ke kelas, membuat teman-temannya terkejut dengan suara nyaringnya. Keira memang dinobatkan sebagai Queen sekolah, karena yang orang-orang tau, dia bertutur kata lemah lembut, berbicara dengan sopan santun dan bijaksana dalam menghadapi masalah. Itu sih kata mereka:-)
Tapi kalau sudah sampai dikelas, jangan harap lemah lembut sih. Keira lebih sering galak, suka gosip, dan sering berteriak jika ia senang. Bahkan ketawanya pun sangat menggelegar seperti laki-laki, awokawok. Alesha yang satu kelas dengannya merasa heran sendiri. Entah dilihat dari mana kok bisa Keira dijuluki Queen sekolah.
"Mulai lagi nih anak," kata Bela yang menatap gadis itu dengan tatapan datarnya.
"Biarin lah, paling dia lagi senengnya," balas Alesha.
Keira menghampiri tiga teman dekatnya yang sering bermain dengannya. Namanya adalah Nadin, Alia, Yuna.
"Ada apa Kei?" tanya Yuna penasaran.
"Kayaknya dia jatuh cinta, sih," balas Nadin santai.
"Wah, Lo bener banget. Gw tadi ketemu dia."
Ketiga temannya mengerutkan dahi mereka pertanda bingung. Dia? Mantannya, kah? kata mereka bersamaan dalam hati.
"Dia siapa nih? Ketemu Kak Andre, Lo?" Alia bertanya sembari bersandar di bangkunya.
"Bukan! Gw ketemu Kak Alfata."
Deg!
Alesha terkejut, jantungnya tiba-tiba berdetak kencang. Bela yang merasa Alesha mulai gelisah mencoba menepuk pelan bahunya.
"SERIUS?" ucap mereka serempak. Sedangkan Keira sudah senyum-senyum sendiri seperti kehabisan obat, awokawok. Bercanda, hehe...
"Iyalah, ngapain gw bohong."
"Trus, trus gimana? Jangan setengah-setengah cerita tuh," Yuna mendesaknya untuk menceritakan lebih lanjut.
Sedangkan disisi lain, Alesha sudah mulai panas dingin. Meski dibilang baru suka, ia sekarang merasa sangat cemburu.
"Sabarlah! Tadi itu buku yang gw bawa jatuh didepan ruang OSIS. Trus tiba-tiba dari belakang datang Kak Alfata. Dia bilang 'Ada apa?' Aaaa ... Dia ngomong ke gw, anjir. Senang banget pokoknya. Trus, gw jawablah gak papa. Habis itu dia ngomong lagi, 'lain kali hati-hati'."
"Gilak! Dia beneran ngomong gitu ke elo?" tanya Yuna, Keira pun mengangguk.
"Sebuah peningkatan ini mah. Kayaknya sebentar lagi kalian bakal dekat. Alfata itu jarang mau ngomong sama perempuan kalau gak penting."
"Iya, Kei. Gw yakin, Kak Alfata sebenarnya suka sama Lo. Soalnya waktu itu gw pernah liat dia perhatiin Lo jalan bareng Kak Andre dari jauh."
Keira terkejut dengan ucapan Alia.
"Serius? Trus kenapa Lo gak kasih tau gw?"
"Gw lupa, hehe...."
Setelah itu, mereka pun asyik sendiri membahas Alfata. Alesha yang dari awal mendengarnya menahan diri untuk tetap sabar. Telinganya sangat panas mendengar setiap inci cerita mereka, walaupun jarak mejanya cukup jauh dari mereka, tapi masih bisa didengar oleh Alesha dan Bela.
"Sha, kita ke basecamp aja. Gw tau perasaan Lo sekarang." Alesha pun mengangguk menyetujui ajakan Bela. Jika ia tetap dikelas, apalagi saat ini sedang jam kosong, hanya akan membuat hatinya panas dengan mendengar cerita-cerita dari Keira dan teman-temannya.
***
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam, kalian gak belajar?" tanya Alina ketika Alesha dan Bela sudah berada di basecamp tempat mereka berkumpul. Basecamp tempat Astro berkumpul itu tidak lain adalah kantin sekolah. Jadi, mereka bisa sekalian makan-makan sambil berkumpul, awokawok.
"Enggak, kami jamkos." Alina dan yang lainnya pun mengangguk mengerti. Mereka bertujuh saat ini sudah berkumpul seperti biasanya.
"Mungkin memang guru lagi rapat kali, ya?" ujar Khanza.
"Maybe." Dhara menjawab seadanya.
Alesha yang suasana hatinya sedang buruk hanya duduk diam saja. Astro melihat temannya seperti itu merasa bingung dan segera meminta penjelasan kepada Bela.
"Apa nih? Kenapa kalian semua natap gw kek gitu?" tanya Bela yang merasa sedang diintimidasi oleh teman-temannya.
"Itu, Alesha kenapa bisa murung. Perasaan tadi pagi baik-baik saja." Chelsea tiba-tiba bersuara, menjawab pertanyaan Bela barusan.
"Oh, itu karena si Queen sekolah."
"Hah?"
"Jadi gini ...." Setelahnya, Bela menceritakan semuanya dari awal Keira masuk kelas tadi sampai dengan semua yang diceritakan tadi oleh Keira dan teman-temannya tentang Alfata. Sedangkan Alesha, posisinya masih tetap sama sih. Ia hanya duduk diam membiarkan Bela menceritakan semuanya. Terlalu malas baginya untuk bercerita disaat suasana hatinya sedang buruk. Sesekali ia bermain game ular-ular dihp.
***
"Lo disini, Al?" tanya Zavian yang baru datang di ruang OSIS.
"Gak, dirumah." Zavian menatap datar. Bisa bercanda juga ini anak.
"Tumben Lo berdiam diri di sini."
"Gabut, males di kelas. Guru rapat." Zavian mengangguk saja, ia sangat tau kalau Alfata tidak suka suara bising atau ribut-ribut ketika kelasnya sedang jam kos. Gak ada satu kelas pun sunyi jika sedang jam kosong. Pasti kelas itu akan berisik karena suara mereka yang sedang main, bercerita, menghibah, dll.
"HELLO EPRIBADEHHH," Suara manly milik Ariyan mampu membuat penghapus papan tulis melayang ke kepalanya. Pelakunya ialah Bernard.
"ADUH! BEN, INI KEPALA GW BUKAN PAPAN TULIS! ENAK AJA MAIN LEMPAR-LEMPAR!"
"YA, LO BARU DATANG UDAH TERIAK AJA. BUDEG NIH KUPING GW JADINYA!"
"Mulai lagi, dah." Haqi bergumam, tapi masih bisa didengar oleh Zavian dan Alfata. Ariyan, Bernard, Haqi, Akib dan Dhika baru saja ikut masuk kedalam ruangan OSIS. Jika kalian bilang ruangan OSIS hanya boleh dimasuki oleh anggota OSIS saja, itu benar sekali. 7 anggota The Dark Wolf ini adalah anggota OSIS. Masing-masing mereka memiliki jabatan, mulai dari ketua sampai ke anggota biasa.
Sedikit informasi, anggota OSIS itu sekitar 36 orang. Mereka bertujuh sudah pasti menjadi bagian OSIS semua, karena mereka sangat berprestasi. Sisanya, beberapa anggota geng Astro dan murid-murid setiap kelas sepuluh, sebelas, dan duabelas.
"Sudah-sudah! Kalian ini tiada hari tanpa berantem." Akib mulai bersuara, melerai dua cowok jangkung ini yang saling adu mulut. Biasanya cowok kalau berantem itu saling adu jotos, sedangkan mereka berdua seringnya adu mulut. Udah kayak emak-emak~
"Kalian, duduk!" Mereka pun duduk setelah disuruh oleh Zavian. Saat ini, posisi duduk mereka melingkar seperti sedang ingin rapat.
Zavian yamulai berbicara serius. "Tadi, Pak Anton beri tugas ke OSIS untuk mendata nama-nama siswa yang ingin ikut pentas seni. Acara itu diadakan satu minggu lagi, jadi hari ini kalian masing-masing ke setiap kelas untuk mendata siswa-siswi yang ingin ikut Pentas Seni nanti."
Mereka mengangguk mengerti. Kemudian, Zavian memberikan beberapa lembar kertas yang sudah bergambarkan tabel kepada masing-masing mereka untuk dibawa nanti.
"Untuk pembagian kelasnya sudah gw buat. Jadi, kalian tinggal masuk ke ruang kelas yang kalian dapat. Sampai sini, paham?" tanya Zavian tegas.
"Paham!"
"Oh, iya. Ini mulainya jam berapa, Vin?" tanya Akib.
"Nanti saja selesai istirahat pertama." Akib pun mengangguk.
"Yaudah, santai dulu gak, seh." Ariyan menyandarkan tubuhnya ke kursi panjang yang ada disana. Mereka yang melihatnya hanya menggelengkan kepala dan mulai sibuk dengan urusan masing-masing. Zavian menandatangani berkas-berkas OSIS yang sudah diperiksa oleh Alfata. Akib, Bernard dan Dhika sedang bermain catur, sedangkan Haqi asyik membaca buku-buku. Entah buku apa itu, pokoknya cowok satu ini paling suka membaca buku, baik buku pelajaran atau novel.
...***...
To be continued!