Permaisuri Tidak Mungkin Jahat

Masalah Selir Mu sudah selesai. Seharusnya tidak ada masalah untuk beberapa waktu ke depan.

Han Ziqing merasa sedikit tenang karena akhirnya dia tidak perlu lagi mengurus hal-hal merepotkan seperti menghukum selir yang kurang ajar. Wei Shiqi juga tidak menuntutnya untuk berperilaku seperti ini atau itu, karena sejak masalah pembunuhan dan motifnya terbongkar, pria itu tidak lagi datang menemuinya atau memanggilnya.

Hari-hari tenang Han Ziqing akhirnya tiba. Di bawah rangka teralis anggur, dia tiduran sambil menikmati segelas minuman dingin. Menduduki posisi permaisuri sebenarnya cukup menguntungkan. Posisi ini memudahkan Han Ziqing mendapatkan apapun yang dia inginkan secara instan.

Mungkin tidak terlalu buruk dia datang kemari. Masalahnya hanya terletak pada orang-orang di sekitarnya saja.

Han Ziqing yang biasanya tidak berhubungan dengan banyak orang selain rekan kerjanya tiba-tiba menjadi istri seorang Kaisar, juga menjadi kepala istana harem yang mengurusi selusin selir suaminya, memang agak merepotkan.

Tapi, tidak masalah. Selama selir-selir itu tidak lagi mencari masalah dengannya, Han Ziqing tidak akan terlalu perhitungan. Satu-satunya ancaman yang menurutnya cukup berbahaya adalah keberadaan Yun Lin sebagai selir tinggi. Permusuhannya dengan Yun Lin tidak bisa berakhir hanya dengan kehadiran Han Ziqing baru.

Ayah Yun Lin adalah perdana menteri, satu tingkat di bawah Wei Shiqi. Tidak heran jika dia merasa benci saat Han Ziqing menjadi permaisuri.

Berdasarkan kualifikasi dan posisi keluarganya, kursi permaisuri memang seharusnya menjadi milik Yun Lin. Tetapi, Wei Shiqi nyatanya lebih memilih Han Ziqing sebagai permaisurinya.

Bicara soal Wei Shiqi, pria itu cukup licik juga. Dia memilih Han Ziqing sebagai permaisuri meski membencinya, di sisi lain dia juga mengangkat Yun Lin menjadi selir agung.

Dengan begini, dia bisa menyeimbangkan kekuasaan perdana menteri dengan Adipati Yongyi, yang membuat pengadilan terbelah menjadi dua kubu besar. Dia sendiri diuntungkan karena menjadi pemegang kendali.

Han Ziqing malas memikirkan lagi. Saat ini, dia ingin bersantai. Dia bersandar di kursi malas di bawah teralis anggur yang mulai tumbuh.

Taman Istana Ningxi ditumbuhi aneka bunga yang dirawat oleh Meixiang, mungkin karena Bai Han Ziqing yang sebelumnya menyukai bunga-bunga. Tapi, bagi Han Ziqing, bunga-bunga ini tidak berarti apa-apa selain penghias belaka.

Baru saja dia memejamkan mata, seorang pelayan yang wajahnya terlihat asing tiba-tiba datang mendatanginya dengan wajah panik. Si pelayan segera berlutut dan air matanya mulai bercucuran. Han Ziqing yang terganggu oleh kedatangannya terpaksa membuka matanya, menatapnya dengan kesal.

“Yang Mulia, mohon selamatkan nyonyaku!” si pelayan berucap dengan serius.

“Siapa majikanmu?”

“Selir Cao. Yang Mulia, mohon selamatkan dia!”

“Ada apa dengannya?”

“Selir Cao, dia, dia ingin bunuh diri Yang Mulia!”

Han Ziqing jengkel dengan sifat selir-selir di harem ini. Mengapa mereka begitu mudah memutuskan mengakhiri hidupnya sendiri? Apakah mereka pikir nyawa mereka bisa dipermainkan dengan mudah sesuka hati?

Han Ziqing, bersama si pelayan bergegas menuju kediaman Selir Cao. Di halaman istana, beberapa selir sudah datang, termasuk Selir Shang, Selir Tian, dan Selir Qiao.

Mereka semua menghela napas lega setelah melihat Han Ziqing datang. Di pelataran istana yang tiang-tiangnya tinggi, Selir Cao sedang berdiri di atas sebuah kursi dengan leher menggantung pada sebuah kain putih yang diikat ke atas pilar.

Tidak jauh darinya, Yun Lin berdiri untuk membujuknya. Yah, dia juga punya tanggungjawab mengurus harem setelah Han Ziqing.

Mungkin karena kediamannya lebih dekat, dia lebih cepat datang. Yun Lin juga tampaknya tidak mampu membujuk Selir Cao sehingga pelayan Selir Cao memilih berlari ke Istana Ningxi meminta bantuannya.

Yun Lin sempat melirik Han Ziqing, lalu dia mengalihkan kembali perhatiannya pada Selir Cao. Dia terus membujuknya dengan kata-kata, namun Selir Cao tidak sekalipun menghiraukannya. Tatapan mata Selir Cao terlihat kosong, kelopak matanya membengkak dan menghitam.

Sudah berapa hari Selir Cao tidak tidur dan menangis? Entahlah, mungkin sejak pamannya si Zhong Xiwei ditangkap Kuil Dali dan siap dihukum eksekusi oleh Kaisar.

Selir Cao tampaknya putus asa, sama seperti Selir Mu beberapa waktu lalu. Dia merasa depresi karena pamannya melakukan kejahatan berat dengan membunuh Permaisuri dan mengancam kedamaian negara dengan melibatkan orang Beiqi dan memanfaatkan Selir Mu untuk menjadi kaki tangannya.

“Selir Cao, jangan berpikiran pendek! Pikirkanlah tentang keluargamu! Kalau kau bunuh diri, seluruh keluargamu akan menanggung kesalahan yang sama dengan pamanmu!” ucap Yun Lin dengan nada yang tegas.

“Pamanmu memang bersalah, tapi Kaisar punya belas kasihan. Dia tahu ini tidak ada hubungannya denganmu, dia akan mengampunimu!” tambahnya.

Namun, Selir Cao malah meracau. Dia berkata dengan tatapan kosong, “Paman tidak bersalah. Dia hanya kaki tangan. Paman tidak bersalah, keluargaku tidak bersalah.”

Penampilan dan perilaku Selir Cao seperti orang stress. Tidak ada yang dia katakan selain kata-kata itu. Dia begitu depresi hingga kehilangan pikirannya.

Han Ziqing mencoba menunggu, ingin melihat sejauh mana Yun Lin bisa membujuknya. Kalau berhasil, maka Yun Lin termasuk hebat.

“Selir Cao, cepat turun dari sana! Aku menjaminmu, kau tidak akan disalahkan!”

Dalam hatinya, Han Ziqing diam-diam mencibir: kau ini sedang membujuk atau sedang mendorongnya bunuh diri?

Pelayan Selir Cao yang tadi mendatangi Han Ziqing berlutut sambil menangis. Air matanya berlinang seperti anak sungai yang deras. Dia sesenggukan, berkata memohon agar Han Ziqing menyelamatkan majikannya.

“Dia ingin mati, aku tidak bisa memutuskan apakah dia harus hidup atau tidak,” ucap Han Ziqing, yang disambut dengan keterkejutan selir-selir, termasuk Yun Lin. Yun Lin mencibir, “Permaisuri tidak kompeten.”

Si pelayan tidak menyerah. “Yang Mulia, bukankah Yang Mulia juga memutuskan bagaimana Selir Mu harus hidup? Saya mohon Yang Mulia berbelas kasih, tolong jangan biarkan Nyonya Selir kehilangan hidupnya.”

“Kami mohon Yang Mulia menyelamatkan Selir Cao,” selir-selir yang berdiri di taman ikut memohon pada Han Ziqing. Meski mereka bersaing tanpa mendapatkan hasil, tapi ini soal nyawa manusia. Tidak baik jika ada yang meninggal di istana harem, itu akan mengganggu nasib baik.

Han Ziqing mengeluarkan sebilah belati, dengan gerakan secepat kilat dia melemparkan belati tersebut. Ujung tajam belati merobek kain putih yang diikat di tiang, memotongnya menjadi dua bagian.

Leher Selir Cao bebas, dan dengan gerakan yang tidak disadari Han Ziqing melompat, menabrak Selir Cao dan menjatuhkannya ke lantai. Gerakannya secepat kilat, ketika para selir mendongak, situasinya sudah benar-benar berubah.

Ini… Permaisuri baru saja menyelamatkan Selir Cao? Mengapa mereka tidak menyadarinya?

Yun Lin mematung sesaat. Dia juga tidak sadar dengan gerakan Han Ziqing yang begitu cepat. Rasanya seperti sebuah bayangan melintas dengan cepat, tidak disadari dan tidak disangka. Setelah menyadarkan diri, dia menatap Han Ziqing yang menopang tubuh Selir Cao.

Han Ziqing si Permaisuri yang payah yang dibencinya itu, mengapa dia bisa melakukannya seperti dia seorang ahli bela diri?

Selain memotong kain, Han Ziqing juga memukul Selir Cao sampai pingsan. Pelayan Selir Cao bergegas menghampiri mereka sambil tidak berhenti menangis, tapi kali ini dia lega karena majikannya terselamatkan. Dia berterima kasih kepada Han Ziqing, yang dibalas dengan lambaian tangan santai Han Ziqing.

“Panggil tabib untuknya. Tentang hukuman akibat masalah yang ditimbulkannya ini, sebaiknya kau meminta Kaisar memutuskannya.”

Selir Cao terkait dengan kasus Zhong Xiwei, meski tidak tahu menahu, tapi dia turus menjadi penyebabnya secara tidak langsung. Jika Han Ziqing bisa mengampuni Selir Mu, mungkin dia juga akan melakukan hal yang sama pada Selir Cao.

Wei Shiqi juga seharusnya bisa membuat keputusan mewakilinya, karena Han Ziqing malas mengurusi orang bunuh diri lagi. Jadi, biarkan saja Wei Shiqi yang mengambil tindakan kali ini.

Aksi penyelamatan Han Ziqing yang dilakukan dengan cara yang keras namun efektif itu diam-diam disaksikan sepasang mata tajam bak elang Wei Shiqi.

Wei Shiqi berdiri di pintu gerbang bersama Jin Bao di belakangnya. Tatapannya lurus ke arah Han Ziqing. Dia menggantungkan kedua lengannya di belakang punggung dan berkata sebelum akhirnya pergi, “Dia sangat pandai menambah pekerjaanku.”