Dunia Yumna tiba-tiba berubah ketika sebuah video syur seorang wanita yang wajahnya mirip dengan dirinya sedang bercinta dengan pria tampan, di putar di layar lebar pada hari pernikahan.
Azriel menuduh Yumna sudah menjual dirinya kepada pria lain, lalu menjatuhkan talak beberapa saat setelah mengucapkan ijab qobul.
Terusir dari kampung halamannya, Yumna pun pergi merantau ke ibukota dan bekerja sebagai office girl di sebuah perusahaan penyiaran televisi swasta.
Suatu hari di tempat Yumna bekerja, kedatangan pegawai baru—Arundaru—yang wajahnya mirip dengan pria yang ada pada video syur bersama Yumna.
Kehidupan Yumna di tempat kerja terusik ketika Azriel juga bekerja di sana sebagai HRD baru dan ingin kembali menjalin hubungan asmara dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
“Kamu?!”
Yumna baru saja mengucapkannya, tetapi suara itu terdengar pecah dan bergetar. Tubuhnya sedikit mundur. Jantungnya serasa berhenti berdetak.
Wajah pria itu terlalu mirip dengan laki-laki dalam video yang memporak-porandakan pernikahannya. Garis rahang tegas, hidung mancung, dan mata cokelat gelap, Yumna masih ingat betul.
Pria itu, yang kini menelan rotinya pelan sambil memandang Yumna heran, mengerutkan dahi. “Hmm? Apa kita saling kenal?”
Yumna merasakan tengkuknya dingin. Udara seolah menekan dadanya.
’Saling kenal?’
Jika benar bahwa video itu jebakan, maka pria di depannya bisa jadi adalah kunci. Atau… jika video itu nyata, maka dia adalah orang yang menghancurkan hidupnya. Akan tetapi, dari sorot mata pria itu, tidak ada tanda-tanda ia mengenal Yumna.
Yumna sadar ia sedang mematung. Ia memaksa dirinya menarik napas dan menggeleng pelan. “Ma-maaf, aku kira kamu orang yang aku kenal. Ternyata bukan.”
Pria itu masih memperhatikannya dengan penuh tanda tanya. “Kamu yakin? Kamu barusan kaget banget, seolah-olah kamu pernah lihat aku.”
Yumna buru-buru menunduk, meraih alat pel yang terjatuh. “Maaf, Mas. Mungkin karena sedang pusing, jadi salah mengenali orang.”
Pria itu menahan pintu lift dengan tangannya agar tidak tertutup. Tingginya membuat Yumna harus menengadahkan kepala jika ingin menatap wajahnya.
“Aku Arundaru,” ujar pria itu memperkenalkan diri. “Kamu tadi bilang kamu siapa? Yumna, ya?” Matanya melihat ke kartu id karyawan yang tergantung di leher Yumna.
Yumna menelan ludah. Bibirnya terasa kering. “Iya, Mas. Yumna.”
Arundaru mengangguk kecil. “Oh. Kau kerja di cleaning service, ya?”
“I-iya.”
“Aku di divisi engineering, kadang di studio, kadang naik turun buat cek peralatan. Makanya sering lari-lari. Maaf, sudah membuat kamu jatuh, tadi.”
Yumna hanya mengangguk. Ia ingin pergi. Ingin lari. Ingin menghindari wajah itu, tetapi suaranya terkunci di tenggorokan.
Arundaru memperhatikan ekspresi Yumna lebih lama dari sewajarnya, tatapannya mencari-cari sesuatu.
“Aku, benar-benar nggak pernah ketemu kamu sebelumnya. Tapi, raut muka kamu kayak orang yang baru lihat hantu. Apa wajah aku sama dengan kenalan kamu itu?”
Yumna cepat-cepat menggeleng. “Tidak, bukan begitu. Aku cuma terkejut saja.”
Arundaru seakan ingin bertanya lebih jauh, tetapi nada notifikasi ponselnya berbunyi keras. Ia mendesah panjang.
“Aduh, aku harus naik. Meeting dalam tiga menit. Sekali lagi makasih rotinya, ya.”
Yumna hanya tersenyum kecil, palsu. “Iya, Mas.”
Arundaru masuk ke lift. Namun, sebelum pintu tertutup, ia kembali menatap Yumna. Mata itu tampak jernih—tidak seperti mata seorang laki-laki yang sedang menyembunyikan sesuatu.
“Kalau suatu saat kamu butuh bantuan bilang aja sama aku. ADTV ini besar dan banyak orang. Pastinya akan banyak hal tak terduga.”
Pintu lift pun menutup. Yumna akhirnya menjatuhkan tubuhnya ke kursi kecil di sudut lorong. Tangannya bergetar hebat. Kakinya seolah kehilangan tenaga.
“Arundaru ...,” gumam Yumna dengan napas tersengal. “Wajah dia … mirip sekali.”
Ingatan itu menyerang seperti badai, rekaman video panas sepasang manusia, bisik-bisik dan tatapan hina dari para tamu undangan, wajah Azriel yang hancur, makian keluarganya, air mata yang tak ada habisnya.
Namun, ada satu hal paling mengusik pikiran Yumna. Laki-laki dalam video itu memiliki wajah yang hampir serupa dengan Arundaru.
Rekaman video itu tidak pernah ia lihat sepenuhnya karena acara pernikahannya sudah pecah oleh cacian orang-orang saat video berjalan.
Tangan Yumna memegang dada. Rasanya sesak.
“Apakah dia tidak tahu akan adanya video viral yang beredar dahulu? Atau seseorang menggunakan wajahnya?”
Pertanyaan itu menghantam berturut-turut, namun tak satu pun punya jawaban.
Malam itu, Yumna tidak bisa tidur. Pikirannya terus memutar wajah Arundaru dari berbagai sisi. Bayangan tubuhnya di lorong tadi siang seakan menempel di retina Yumna.
Ruang kosnya gelap, hanya cahaya lampu jalan dari jendela menemani. Yumna duduk bersandar di dinding, memegang lututnya. Pikirannya kacau dipenuhi oleh Arundaru.
”Kalau dia tidak mengenali wajahku, sepertinya dia tidak tahu apa-apa tentang video itu," ucap Yumna.
“Aku ingin tanya sama dia tentang video itu. Tapi, takut ...."
Yumna berpikir, mungkin ada seseorang sengaja mengubah wajah pelaku film biru, menggunakan wajah Arundaru dan Yumna untuk membuat video itu tampak nyata.
Tiba-tiba, ponsel Yumna berbunyi. Nomor tak dikenal. Yumna menghapus air matanya, menarik napas, lalu mengangkat telepon tersebut.
“Halo?” Suara berat pria terdengar ragu-ragu di seberang. “Ini dengan nomor Yumna Khairunnisa?”
Yumna menegang. “Iya. Ini dengan siapa, ya?”
“Aku, Arundaru. Tadi kita bertemu di lorong lantai lima kantor ADTV.”
Yumna hampir kehilangan kata-kata. “Ma—Mas Arundaru? Ada apa?”
“Aku baru pulang kerja,” balas Arundaru terdengar seperti menahan sesuatu “…dan ada hal aneh yang terjadi.”
Yumna menggenggam ponsel lebih erat. “Hal aneh apa?”
“Tadi waktu aku buka sosial media ....” Arundaru terdiam sesaat, lalu berkata pelan-pelan, “aku lihat wajahku muncul di sebuah video yang aneh dan viral dua tahun yang lalu.”
Yumna membeku. Darahnya serasa menguap.
“A-apa?” Suara Arundaru hampir tak terdengar. “Kamu kenal aku gara-gara video itu?” tanya Arundaru tiba-tiba dan nada suaranya bukan sekadar heran, tetapi takut.
Yumna memejamkan mata, menahan gemetar. “Video itu bukan aku yang buat. Bahkan aku yang jadi korban. Apa Mas Arundaru tahu sesuatu?”
“Aku juga tidak tahu apa-apa tentang video itu.” Arundaru menarik napas tajam. “Yang membuat aku semakin heran, kenapa wajahku ada di video itu? Apakah ada orang lain yang wajahnya mirip denganku?”
Yumna menjatuhkan ponselnya ke pangkuannya. Lalu, dia buru-buru ambil kembali.
Pria itu pun berkata pelan, suaranya menggetarkan tulang, “Yumna, kayaknya kita sama-sama jadi korban. Aku akan cari tahu dari mana video itu berasal.”
Yumna menutup mulutnya, menekan tangis yang nyaris meledak. Untuk pertama kalinya sejak hari pernikahannya hancur. Ada secercah kebenaran yang mendekat dan mungkin pintu takdir baru sedang terbuka untuknya.
semoga keluarga Arun bisa menerima Yumna
ibunya arun gmn setujua g sm yumna
secara yumna kan bukan kalangann atas