"Anda memang istriku,tapi ingat....hanya di atas kertas, jadi jaga batasan Anda"
" baik.... begitu pun dengan anda, tolong jangan campuri urusan saya juga, apapun yang saya lakukan asal tidak merusak nama baik keluarga anda, tolong jangan hentikan saya"
bismillahirrahmanirrahim...
hadir lagi... si wanita lemah lembut, baik hatinya , baik adabnya , baik ucapnya....tapi ingat, Hanya untuk orang-orang yang baik padanya, apalagi pada keluarga nya...
Rukayyah... gadis bercadar yang menutupi seluruh tubuhnya dengan kain kebesaran serta berwarna hitam, bahkan hanya kedua matanya saja yang terlihat.... terpaksa harus menerima perjodohan, karena wasiat kakeknya dulu, dan memang di lingkungan pesantren semua saudaranya menikah karena di jodohkan...hanya kakak laki-lakinya yang paling lembut hatinya mencari sendiri jodoh nya, siapa lagi kalau bukan Yusuf dan Zora....
nantikan kisah selanjutnya, semoga sukaaaa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Marina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
upaya menghilangkan barang bukti
Selena, yang baru saja menerima kabar kegagalan rencananya, bergegas ke pintu depan. Wajahnya berubah tegang saat melihat Rukayyah yang baru keluar dari mobil Hilman di depan rumah. Hilman terlihat santai, sementara Rukayyah melangkah keluar dengan anggun.
Selena harus berakting. Ia memaksakan senyum yang terlihat jelas dibuat-buat.
Selena berusaha bersikap ramah "Rukayyah, kamu baru pulang? Ya ampun, Hilman sampai mengantar ya? Tadi siang katanya hanya sebentar, Nak."
Selena mencoba mengorek informasi, sekaligus menunjukkan pada Hilman bahwa ia perhatian pada menantunya.
Rukayyah menanggapi dengan tenang, membalas senyum palsu Selena dengan sindiran yang menusuk, tetapi terdengar polos.
"Iya, Ibu... Aku harus pulang terlambat... karena tadi sibuk melihat keindahan kantor" jawabnya santai.
Hilman memincingkan matanya melihat
Jawaban istrinya, padahal istrinya di sana biasa saja, seperti tidak takjub.
"Mobilku tiba-tiba rusak. Saat di kantor tadi, remnya terasa bermasalah. Aku takut tidak bisa mengontrol laju mobilku," jawab Rukayyah tersenyum di balik cadarnya, penuh sindiran.
Rukayyah sengaja menekankan kata-kata "tiba-tiba rusak" dan "tidak bisa mengontrol laju mobil," untuk menunjukkan bahwa ia tahu persis apa yang mereka rencanakan.
Wajah Selena kembali pucat. Ia mengerti sindiran itu. " apakah Rukayyah tahu mobilnya disabotase, dan ia menggunakan alasan itu untuk menggagalkan rencana" gumamnya dalam hati.
Hilman, yang tidak menyadari makna tersembunyi dari dialog itu, hanya tersenyum lega.
" Mobil Rukayyah sedang bermasalah. Besok akan kuderek ke bengkel. Jangan khawatir, Rukayyah sudah aman sekarang." jawabnya datar.
Hilman menarik Rukayyah masuk ke dalam rumah, meninggalkan Selena yang berdiri mematung, menyadari bahwa ia baru saja berhadapan dengan lawan yang jauh lebih cerdas dari yang ia bayangkan. Rukayyah telah memegang semua kartu.
Setelah Rukayyah dan Hilman masuk, Selena merasakan dinding ketakutan merapat di sekelilingnya. Sindiran Rukayyah tentang rem yang rusak adalah bukti mutlak bahwa menantunya tahu tentang sabotase itu.
Selena buru-buru masuk dan menemui Patricia di ruang keluarga. Mereka berbisik dengan nada panik.
Selena Mencengkeram lengan Patricia "Bagaimana ini, Pat? Bagaimana kalau Hilman tahu bahwa mobil Rukayyah sengaja disabotase? Hilman sudah memesan penderekan besok! Teknisi Hilman pasti akan menemukan jejak-jejak sabotase yang kita lakukan!" ucapnya cemas....Selena sampai menggigit kukunya.
Patricia juga terlihat ketakutan. Jika Hilman menemukan mobil itu dirusak, dia akan mencurigai Buana Group dan pastinya akan menemukan koneksi ke ibunya.
"Mobil itu adalah bukti, Ma! Kita harus menghancurkannya!" usul Patricia..
"Aku harus cari cara agar, mobil itu tidak mencurigakan saat diperiksa. Kita tidak bisa membiarkan bengkel Hilman memeriksanya!"
Selena berpikir cepat. Ia harus bertindak malam ini sebelum Hilman bertindak besok pagi.
"Aku punya ide. Kita tidak bisa menghancurkannya, tapi kita bisa mengubah alurnya." kata Nyonya Selena.
Selena segera menelepon orang kepercayaannya lagi, bukan eksekutor yang gagal, tetapi orang lain di bagian logistik yang bisa ia percayai.
Selena Memberi perintah melalui telepon dengan suara berbisik dan tergesa-gesa. "Dengar! Mobil Ferrari putih itu, yang ada di basement kantor Hilman. Malam ini juga, ganti surat perintah dereknya. Jangan bawa ke bengkel resmi Hilman. Bawa ke bengkel di luar kota, bengkel kecil tempat kita biasa menyervis mobil lama. Dan pastikan, sebelum dibawa, semua bukti sabotase dibersihkan! Bilang saja kerusakannya hanya masalah rem yang aus atau oli yang kurang!"
Selena menutup teleponnya, napasnya tersengal-sengal. Ini adalah perjudian besar. Jika berhasil, mobil itu akan diperbaiki dan bukti upaya pembunuhan akan hilang. Jika gagal, Hilman akan menemukan kebenarannya.
Ancaman Rukayyah membuat Selena bertindak gegabah dan semakin dalam ke jurang kejahatan.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali sebelum Hilman terbangun, Selena berhasil membawa mobil Ferrari putih itu keluar dari basement kantor Hilman. Dengan perintah palsu yang ia berikan semalam, ia berhasil memindahkan mobil itu menuju bengkel terpencil di luar kota. Ia merasa lega, berpikir bahwa bukti fisik berupa sabotase rem sudah berhasil ia singkirkan.
Hilman juga tidak tahu yang terpenting mobil istrinya bisa di perbaiki, dia tidak tahu ada sabotase, karena memang Rukayyah benar-benar menutup rapat semua kecuali pada kakak iparnya.... Zora.
Namun, dalam kepanikannya, nyonya Selena lupa ada bukti lainnya. Atau lebih tepatnya, dia tidak tahu kalau Rukayyah sudah meretas ponselnya sejak lama.
Rukayyah bukan hanya seorang wanita yang bisa mengemudi cepat atau membeli mobil mewah, dia adalah seorang hacker yang cerdas. Sejak Rukayyah mulai curiga pada Selena dan Patricia, ia telah memasang spyware di ponsel mereka.
Apapun yang ia bicarakan, rencana pembunuhan dengan Patricia, panggilan panik kepada eksekutor yang gagal, hingga perintah mendesak untuk memindahkan mobil, semuanya sudah terekam jelas di ponsel Rukayyah dan disinkronkan ke memori pribadinya.
Selena mungkin berhasil menyembunyikan mobilnya, tetapi ia tidak bisa menyembunyikan niat jahatnya. Bukti niat membunuh kini jauh lebih kuat daripada bukti fisik sabotase yang sudah Rukayyah gagalkan...
***
Perjalanan dari pesantren menuju kota besar yang seharusnya hanya memakan waktu paling lama enam jam, kini harus ditempuh oleh Zora dan Yusuf seharian penuh. Mereka baru sampai sore di rumah mewah Keluarga Effendi..., Zora sudah tidak sabar ingin segera bertemu Rukayyah jadi dia memutuskan untuk langsung ke rumah Hilman.
Penundaan ini terjadi sepenuhnya karena permintaan bumil yang aneh-aneh. Di tengah jalan, Zora tiba-tiba ingin makan ketoprak dari warung pinggir jalan yang terkenal di daerah terpencil, kemudian ia merengek ingin mencoba es kelapa muda di bawah pohon beringin tua, dan puncaknya, ia ingin dibelikan pernak-pernik pasar tradisional yang sama sekali tidak ia butuhkan.
Yusuf hanya bisa tersenyum sabar dan menuruti semua keinginan istrinya. Zora memang tengah hamil besar, dan permintaannya yang aneh-aneh itu terasa lucu dan menggemaskan bagi Yusuf.
"Ini dia, Sayang. Alhamdulillah ,Kita sudah sampai," kata Yusuf lembut, memarkir mobil mereka di depan gerbang megah.
Hilman menyambut Zora dan Yusuf di teras depan. Ia melihat betapa protektifnya Yusuf. Yusuf dengan hati-hati memegang punggung Zora saat Zora turun dari mobil dan menuntunnya seolah Zora adalah barang pecah belah..
" Assalamualaikum..?" ucap mereka berdua.
" Waalaikumsalam " jawab Hilman, kemudian diikuti oleh Rukaayyah .
" kakak.." ucap Rukayyah langsung memeluk Zora, dan hanya mencium punggung tangan Yusuf.
" ayo silahkan masuk" ajak Hilman yang sedikit canggung, apalagi sedari tadi Zora Menelisik dirinya seakan menelanjangi nya.
" ayo duduk kak" Rukayyah membantu kakak iparnya itu untuk duduk di sofa.
Tingkah manja Zora yang bersandar dan merengek pelan karena kelelahan, dan perhatian penuh Yusuf pada istrinya, mulai dari mengatur bantal di kursi hingga memastikan Zora langsung minum, semua pemandangan itu membuat Hilman iri.
Hilman adalah seorang pria yang terbiasa mendapatkan segalanya, tetapi ia tidak pernah merasakan keintiman emosional seperti yang diperlihatkan di depannya.
"Aku membayangkan seperti itu juga pada Rukayyah... apakah aku bisa.? Gumam Hilman dalam hati.