Liora tak pernah menyangka jika pertemuannya dengan Marvin akan membawanya pada sesuatu yang menggila. Marvin, pria itu begitu menginginkannya meskipun tahu jika Liora adalah adik iparnya.
Tidak adanya cinta dari suaminya membuat Liora dengan mudah menerima perlakuan hangat dari kakak iparnya. Bukan hanya cinta yang Marvin berikan, tapi juga kepuasan diatas ranjang.
"Adikku tidak mencintaimu, jadi biar aku saja yang mencintaimu, Liora." ~ Marvin Leonardo.
📍Membaca novel ini mampu meningkatkan imun dan menggoyahkan iman 😁 bukan area bocil, bijak-bijaklah dalam membaca 🫣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red_Purple, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 ~ CTDKI
"Maaf Ibu, aku tidak bisa ikut denganmu. Aku masih mau tinggal disini." tolak Marvin.
Sejak awal, tujuannya datang ke rumah itu memang adalah untuk Liora, dan sekarang hubungan Liora dan Haikal sedang tidak baik-baik saja. Hari itu dia pernah memergoki bekas tamparan diwajah Liora karena ulah adiknya, Marvin tidak ingin mengambil resiko dengan meninggalkan Liora sendirian disana, bisa saja Haikal akan melakukan hal yang sama mengingat adiknya sudah mengetahui hubungan gelapnya dengan Liora.
"Oh," Nyonya Eliza menjawab singkat. "Apa yang menyebabkan kamu begitu berat untuk meninggalkan rumah ini?" tanyanya kemudian.
"Lihat adikmu, sekarang dia sudah menikah dan memiliki seorang istri yang cantik. Apakah kamu tidak ingin menikah seperti Haikal biar ada yang mengurus dan menemanimu tidur. Bukan begitu Liora?" Nyonya Eliza beralih menatap pada Liora
Liora yang mendapatkan tatapan berbeda dari Nyonya Eliza segera menurunkan pandangannya, merasa tidak nyaman dengan tatapan wanita itu padanya.
"Cukup, Bu!" suara Marvin meninggi, "Apa sebenarnya tujuan Ibu pulang kemari?" tanyanya tegas.
"Tujuan apa, Sayang?" Nyonya Eliza berpura-pura terkejut, seakan ingin menyangkal dugaan putranya tentang maksud kedatangannya yang sebenarnya. "Ibu datang karena merindukanmu."
"Tapi aku rasa Ibu Eliza benar, Kak Marvin memang tidak seharusnya tinggal disini." Haikal yang sedari tadi diam akhirnya angkat bicara.
"Apa maksudmu?!" Marvin jelas tidak suka mendengarnya, adiknya ini sepertinya sedang berusaha mengusirnya dari rumah itu.
"Marvin, sudah." Nyonya Eliza menengahi. "Sebaiknya kamu ikut dengan Ibu, ada hal penting yang ingin Ibu bicarakan denganmu."
Tuan Arthur hanya menatap dengan bingung, diantara mereka berlima mungkin hanya dia yang tidak tahu situasi yang sedang terjadi. Sejak dirinya hanya bisa duduk di kursi roda, geraknya memang terbatas. Dan semua hal yang berkaitan dengannya kini dikendalikan oleh Nyonya Maria hingga akhirnya kedatangan Marvin dua bulan yang lalu merubah segalanya, sekarang perusahaan ada dibawah kendali Marvin sebagai Presdir, sementara Haikal hanya menjabat sebagai Direktur Pemasaran.
"Aku pulang dulu, Mas." Nyonya Eliza meraih tasnya diatas meja. "Kapan-kapan aku akan mengajakmu kerumah baruku." ujarnya, kemudian beralih menatap Haikal dan Liora.
"Haikal, Liora, besok malam datanglah kerumah saya. Saya mengundang kalian untuk makan malam bersama." ucapnya dengan senyuman diwajahnya.
"Baik Bu, kami pasti akan datang," jawab Haikal mengiyakan.
Marvin menatap dingin. Ibunya yang tiba-tiba mengajak makan malam pasti memiliki niatan tersendiri. Nyonya Eliza melangkahkan kakinya mendekat dan menepuk bahu putranya.
"Ibu tunggu dirumah, alamatnya sudah Ibu kirimkan padamu. Jangan kamu pikir Ibu tidak tahu segalanya, Marvin. Datanglah jika kamu tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padanya." bisiknya penuh ancaman.
Seorang supir pribadi sudah menunggu di samping mobil dan membukakan pintu mobil untuk Nyonya besarnya. Mungkin tadi supir itu sedang ijin pergi ke kamar mandi sehingga Liora tidak melihatnya. Setelah mobil yang membawa Nyonya Eliza pergi meninggalkan rumah tersebut, Haikal kembali menggenggam tangan Liora dan membawanya masuk ke dalam kamar.
Liora menarik tangannya dengan kasar saat pintu kamar sudah tertutup rapat, "Kita sudah sepakat untuk bicara dengan Ayah malam ini, Mas. Aku harap kamu tidak lupa akan hal itu." Liora mengingatkan.
"Apa kamu tidak dengar tadi Ibu Eliza mengundang kita untuk makan malam dirumahnya besok?!" tanya Haikal dengan suara meninggi.
"Lalu apa hubungannya, Mas?!" sanggah Liora. "Perceraian kita tidak ada hubungannya dengan undangan makan malam dari Ibu Eliza."
"Jelas ada!" bentaknya. "Atau kamu ingin secara terang-terangan mengakui hubungan gelap kamu dengan kak Marvin dihadapan semua orang, hah?!"
"Setidaknya kamu pikirkan bagaimana perasaan ayahku yang sudah menyayangimu, Ibu Eliza yang baru kembali jauh-jauh dari Australia. Tidakkah bisakah kamu berpura-pura dulu untuk sementara waktu? Berpura-pura bersikap mesra denganku?!" tekannya penuh nada ancaman.
Liora tersenyum sinis, menatap kecewa pada suaminya. "Bisa-bisanya kamu bicara segampang itu, Mas! Kamu selingkuh dengan wanita lain aku diam saja, sekarang kamu mengancam aku karena hubungan terlarangku dengan kak Marvin?!"
"Ayahmu memang sudah menyayangiku, tapi itu bukan alasan yang kuat bagiku untuk tetap bertahan denganmu." tekannya dengan amarah tertahan. "Sekarang juga aku akan turun dan memberitahu semuanya pada ayahmu!"
Baru saja Liora berbalik, Haikal sudah menarik tangannya dan membawanya ke arah ranjang. Didorongnya tubuh Liora hingga jatuh terlentang di atas ranjang besarnya. Haikal membuka jasnya dan melemparnya sembarang, tangannya mulai aktif membuka kancing kemejanya satu persatu.
"Mau apa kamu, Mas?" tanya Liora dengan wajah yang mulai panik.
"Kamu pikir kak Marvin saja yang bisa menyentuhmu? Aku suamimu, aku lebih berhak atas tubuhmu ini, Liora." ucapnya dengan senyum menyeringai. Kini kancing kemejanya sudah sepenuhnya terbuka, Haikal melepaskannya dan menjatuhkannya kelantai.
"Tidak," Liora menggeleng cepat. "Aku akan berteriak jika kamu berani mendekat."
Haikal tertawa, "Memangnya siapa yang mau melarang seorang suami yang mau menyentuh istrinya sendiri, hah?" tanyanya dengan senyum mengejek. "Aku juga bisa memuaskanmu diatas ranjang."
Haikal mendorong kembali tubuh Liora yang hendak bangun, menindihnya dan menciumi lehernya. Tidak ada kelembutan, Haikal melakukannya dengan kasar, kedua tangan Liora dia kunci diatas kepala supaya wanita itu tidak banyak bergerak dan memberontak.
"Tolong Mas... Hentikan..." ucapnya memohon dengan air mata tertahan.
Sekuat apapun Liora berusaha, dia tidak akan bisa menghentikan hasrat suaminya yang sudah bergejolak. Tangannya yang terlepas dari genggaman suaminya bergerak meraba-raba ke atas nakas seakan mencari sesuatu yang bisa menjadi pelampiasan untuk meminta pertolongan. Saat jari-jarinya menemukan jam weker, dengan gerakan cepat Liora melemparkannya ke arah vas bunga yang ada di atas meja hias. Vas itu melayang di udara sejenak sebelum akhirnya jatuh ke lantai dengan suara keras dan pecah berkeping-keping.
Sementara itu, diruang tengah Marvin sedang mengobrol dengan ayahnya dan sedang membahas tentang kepulangan Nyonya Eliza. Keduanya terkejut dan saling menatap saat mendengar seperti ada keributan di lantai atas.
"Marvin, coba kamu lihat ada apa diatas," perintah Tuan Arthur pada sang putra.
Marvin mengangguk. Dengan langkah lebar dia berjalan cepat menaiki tangga. Audrey yang mendengar ada keributan pun segera keluar dari kamarnya dan berpapasan dengan Marvin yang baru naik.
"Sepertinya suaranya dari kamar kak Haikal, Kak." ucap Audrey dengan raut panik.
Keduanya berjalan cepat ke arah kamar Haikal yang terletak di ujung. Pintu kamar yang tidak dikunci membuat keduanya bisa langsung masuk untuk melihat keadaan di dalam tanpa berniat mengetuk pintunya terlebih dahulu.
Kedua tangannya terkepal dengan amarah yang tiba-tiba mencuat saat melihat Haikal kini sedang menindih tubuh Liora dan sedang memaksanya untuk melayaninya. Marvin melangkahkan kakinya cepat, menarik pundak Haikal dengan kuat hingga tubuh adiknya itu terangkat sedikit.
"Brengsek!"
Marvin melayangkan tinjunya, tubuh Haikal langsung tersungkur di samping Liora yang masih terbaring dengan wajah ketakutan. Ditariknya tangan adiknya itu dan dibawanya berdiri. Haikal langsung mendorong dada Marvin saat melihat wajah kakaknya itu.
"Berani sekali kamu masuk ke kamarku dan mengganggu kesenanganku! Liora istriku, jadi sudah seharusnya dia melayaniku!" gertak Haikal dengan napas tersengal-sengal antara menahan amarah dan nafsu yang tertahan.
"Dia memang istrimu, tapi bukan seperti itu harusnya caramu memperlakukannya bodoh!"
Buuggh...
Sekali lagi Marvin melayangkan pukulan dirahang adiknya, membuat tubuh Haikal terjatuh kembali diatas ranjang. Marvin menarik tangan Liora dan membantunya untuk bangun. Dia melepaskan jasnya dan memakaikannya dipundak adik iparnya.
Marvin menggenggam tangan Liora yang terasa dingin dan sedikit bergetar, lalu mengarahkan pandangannya pada Haikal yang masih terbaring diatas ranjang.
"Dengar ini baik-baik. Mulai detik ini, istrimu adalah milikku!" tegasnya.
Audrey yang masih berdiri disana pun tercengang kaget dengan ucapan kakaknya. Mungkinkah kedua kakaknya ini sedang terlibat cinta segitiga dengan satu wanita yang biasa dia panggil dengan sebutan kakak ipar?
✳️
✳️
✳️
Bersambung....
kaget gak.. tegang gak anuu muu