"Berhenti deket-deket gue! Tinggalin gue sendiri, kehadiran lo cuma buat gue lebih repot!" ~ Lengkara
"Aku gak akan berhenti buat janji yang aku miliki, sekuat apapun kamu ngehindar dan ngusir aku, aku tau kalo itu cara kamu buat lindungi aku!"
###
Alexandria Shada Jazlyn ditarik kerumah Brawijaya dan bertemu dengan sosok pmuda introvert bernama Lengkara Kafka Brawijaya.
Kehadiran Alexandria yang memiliki sikap riang pada akhirnya membuat hidup Lengkara dipenuhi warna.
Kendati Lengkara kerap menampik kehadiran Alexandria, namun pada kenyataanya Lengkara membutuhkan sosok Alexandria.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon story_Mawarmerah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Lengkara Berubah
“Jadi apa Lengkara ada bilang sama Bunda mau pulang?”
Shada menatap Liliana yang tengah menyemprot tanaman hias dipekarangan rumah, kendati disediakan pelayan tapi Liliana memang cukup cekatan untuk sekedar mengisi waktu luang.
“Belum ada bilang, kalo sama Shada gimana?”
Shada menggeleng lemah, “Lengka bahkan udah gak pernah baca pesan Shada Bun lebih dari enam bulan ini!”
Tangan Liliana berhenti seketika, ia menatap Shada di sisinya “Kamu serius?”
Shada kembali mengangguk sembari mengerucutkan bibirnya, apa yang di ucapkan Shada memang benar jika Lengkara sudah tidak pernah membalas pesan dan mereka tidak pernah berkomunikasi apapun selama itu.
Melihat raut sendu di wajah Shada Liliana segera menyimpan selang ditangannya. “Shada jangan cemberut gitu, mungkin Lengkara gak balas chat Shada karena lagi sibuk, kalo kata ibu jadwal pengobatan sama pembelajarannya cukup efektif!”
Shada diam, ia tau jika Lengkara pergi ke Luar Negeri bukan untuk bersenang-senang atau liburan, melainkan untuk melakukan pengobatan. Merian memang sempat mencari-cari informasi untuk pengobatan penyakit mental Lengkara.
Disana pun Lengkara tinggal disalah satu asrama khusus milik seorang Dokter sekaligus Psikolog yang standby 24 jam untuk Lengkara. Ia mendapatkan Treat langsung dari sang psikolog untuk melihat bagaimana jenis penyakit yang Lengkara miliki.
Selain itu pula Lengkara melanjutkan pembelajaran pula untuk mengisi waktunya hingga meski Lengkara putus sekolah, tapi tidak untuk putus pembelajarannnya. Dengan kurikulum yang lebih tinggi bahkan Lengkara bisa selangkah lebih mumpuni.
“Udah sekarang jangan difikirkan lagi, yah.. Lengkara pasti baik-baik aja disana dan kita tunggu aja kabar dari nenek buat kepulangannya!”
Shada tersenyum, kendati demikian jujur jika carut dikepala Shada tidak menerka dan bertanda tanya tentang kenapa Lengkara berubah padanya, pemuda itu bahkan sudah cukup berubah saat sebelum pergi dan setelah perkelahiannya bersama Gamma dan Jordi.
Shada semakin yakin jika Lengkara menyembunyikan sesuatu dari dirinya. Apalagi setelah ucapan Gamma dan Jordi saat diperpustakaan kala itu yang tidak seluruhnya dijawab mereka.
Jadi, ada apa dengan Lengkara?
*********
Tok Tok Tok…
Suara ruangan Merian diketuk, Shada masuk setelah mendapatkan persetujuan.
“Nenek panggil Shada?”
“Iya duduklah!”
Shada pun mendudukan tubuhnya disofa sementara Merian masih terlihat begitu fokus menatap beberapa Dokumen-Dokumen penting diperusahaannya. Merian memang memiliki perusahaan tapi dirinya tidak setiap saat mengunjungi perusahaannya, Merian memilih menjadi pengamat dan mengatur semua laju pertumbuhan perusahaanya di ruangan ini.
Tentu karena Merian memiliki orang-orang kepercayaan yang sudah cukup setia bekerja bersamanya. Mulai dari kuasa hukumnya Laksana Calain dan tak kalah kuat Merian memiliki cucuk laki-laki dari Liliana yakni Sagara Lencana Barawijaya. Pria yang sudah menikah dan perlahan sudah mulai mengambil kendali dominan juga di perusahaan.
Merian bangkit menatap Shada yang masih duduk begitu rapi. “Ada yang ingin nenek bicarain terkait sekolah kamu di universitas yang kamu pilih!”
Shada mengangguk hingga Merian duduk dihadapannya, lekas Shada menuangkan air dari teko yang dilengkapi pemanas elektrik dan menyeduhkan teh hangat untuk wanita yang begitu ia hormati ini.
“Terima kasih nak!” Merian mengambil cangkir teh yang dibuatkan Shada. “Nenek punya opsi Universitas buat kamu, nenek harap kamu gak keberatan buat merubah keputusan kamu soal universitas yang kamu pilih sebelumnya!”
“Memangnya dikampus mana, nek?”
“Hamahera University!”
Shada menatap Merian, itu adalah kampus terbaik dan termahal yang ada di negeri ini.
“Nilai akademik kamu mumpuni jadi nenek rasa kenapa gak masuk ke universitas yang lebih menjamin dalam segala halnya!”
Shada tersenyum samar dan menunduk, sebenarnya ia memiliki alasan untuk tidak memilih Hamahera. Ini berkaitan dengan rasa tak nyaman Shada untuk semua kebaikan keluarga Brawijaya.
“Tapi nek, Shada bisa sekolah di Lotus saja!”
Merian menggeleng “Tidak bisa, karena nenek sudah daftarkan kamu disana! Nenek harap tidak ada penolakan apapun karena__” Merian menjeda ucapannya sesaat. Itu membuat Shada menatapnya lagi.
“Harus disana karena Lengkara pun akan sekolah disana!”
Bohong jika Shada tidak tersentak oleh ucapan Merian. Ia kembali menatap Merian dengan seksama dan tatapan tanda tanya
“Maksud nenek?”
“Iya, Lengkara akan pulang dan melanjutkan sekolahnya disini!” Merian tersenyum melihat wajah syok Shada “Jadi temani Lengkara lagi seperti bisanya, mengerti!”
Shada mengangguk antusias, ia terlihat begitu sumringah mendengar jika Lengkara akan kembali pulang. Padahal Lengkara bilang padanya untuk pergi lama. Melihat antusias Shada mengenai Lengkara satu alis Merian tertarik begitu tipis.
Merian tau jika Shada adalah gadis yang sangat ekspresiv, tapi jika dirasa-rasa sekarang mereka berdua sudah tumbuh begitu dewasa. Sudah bukan lagi interaksi anak kecil dalam sebuah ikatan teman atau sodara.
Dulu Merian memang suka melihat interaksi Lengkara dan Shada saat mereka kecil, tapi kali ini mereka sudah dewasa, tidak menampik jika di hubungan dewasa ini mereka menaruh hati antara satu ke lainnya.
Sungguh sesuatu begitu saja terbersit di kepala Merian.
“Kamu terlihat senang sekali sekarang, Shada apa kamu masih ingat kesepakatan antara kita?”
Deg!!
Seketika antusias Shada terjeda, ucapan Merian tentu menyadarkan lagi kesepakatan dirinya tempo lalu terkait Lengkara. Dalam artian Shada ada disini dan apa yang Shada miliki sekarang itu sebagai timbal balik kesepakatan mereka.
Tidak lebih dari itu dan hanya karena soal timbal balik.
“Iya nek” Shada mengangguk mengiyakan ucapan Merian, mau dikata apa dirinya memang tidak berhak dan tidak memiliki kuasa apapun di tempat ini.
“Baguslah kalo begitu! Sekarang kamu boleh kembali!”
“Terima kasih, nenek!” Shada bangkit dan menunduk pada Merian, ia menarik kedua sudut bibirnya begitu lebar.
Merian sendiri masih duduk di kursinya, ia memejam setelah mengucapkan sarkasan itu. Katakan jika ucapan Merian memang keterlaluan, bukankah sudah cukup jelas jika Merian menegaskan pada Shada untuk kembali pada peraturan Merian membawa Shada kesini.
Menjadikan Shada peneman Lengkara dengan imbalan menjamin kehidupan Shada.
“Ini memang harus nenek lakuin, Shada!” Merian melanjutkan lirihannya “Setidaknya agar kamu tau dan punya batasan pada Lengkara, jika kalian tidak boleh lebih dari sekedar teman atau sodara!”
********
Shada begitu siap dengan pakaiannya untuk menjemput Lengkara pulang. Ia dan Liliana berada di kendaraan yang sama menuju bandara.
“Yang mau ketemu Lengkara semangat amat yah!” Goda Liliana ketika Shada terlihat gelisah, ia kerap menatap ke arah jendela manakala kendaraan kedapatan berhenti.
“Keliahatan sekali yah bun?”
“Oh.. bukan lagi! Kamu kangen banget sama Lengkara, huh?”
Shada mengangguk antusias “Bukan Cuma kangen sebenarnya bun!”
“Terus karena apa?”
“Karena Lengkara punya banyak hutang penjelasan sama Shada!”
Liliana terkekeh, untuk ia pribadi sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan bagaimana kedekatan Lengkara dan gadis di sampingnya ini. Selain karena pribadi Liliana yang memilliki pandangan terbuka, Liliana sangat bersyukur karena kehadiran Shada di hidupnya.
Rupanya, Liliana sudah benar-benar menaruh kehadiran Shada sebagai keluarganya!
Kendaraan menepi di parkiran, Liliana dan Shada beranjak memasuki bandara dengan tujuan mendahului Lengkara untuk sekedar menyambut pemuda itu. Namun, siapa mengira jika para penumpang di tujuan Lengkara sudah lebih dulu datang.
Termasuk Lengkara dengan koper ditangannya tengah berdiri bersama seorang perempuan. Liliana diam dan Shada lebih dari mematung melihat itu. Senyum Lebarnya terkatup tepat ketika melihat Lengkara nampak humble dengan seorang gadis yang entah siapa.
Lengkara menoleh pada posisi Liliana dan Shada yang berjarak delapan langkah darinya, ia dan Shada bahkan sempat beradu iris satu detik untuk kemudian Lengkara yang lebih dulu memutus tatapannya dari Shada.
“Aku duluan! sampai ketemu lagi!”
Shada jelas sekali melihat senyum Lengkara pada sang gadis, apalagi sang gadis memeluk Lengkara sebentar lalu di arahkan oleh seorang pria yang mungkin pengawalnya. Jelasnya sang gadis diperlakukan begitu hormat.
Berakhir dengan Lengkara yang disergah pak Syam untuk membawakan kopernya.
“Tuan Muda selamat datang kembali, mari biar saya bawain kopernya!”
Lengkara mengangguk, Liliana sendiri sontak menoleh pada Shada. “Nak..”
“Ehh.. iya bunda” Shada tersenyum begitu lebar, lalu Shada berlari pada Lengkara.
“Hey kamu!” kata Shada di hadapan Lengkara. Kedua iris mereka saling bertatap setelah sekian lama tak bertemu. “Kamu punya banyak hutang penjelasan__”
“Bunda..”
Shada seakan mencelos rasanya!
Benar-Benar tanpa disangka Lengkara malah melewati Shada di hadapannya untuk berlalu mendekati Liliana.
Membuat Shada mematung seolah terkena Blankspace beberapa saat.
Kenapa, Kenapa Lengkara berubah seperti ini padanya?