Bisu Tawanan Hartawan

"Jordan memang sangat keterlaluan, aku mendukungmu membalas dendam terhadap dia, tapi jangan pada gadis ini. karena dia tidak tahu apa-apa," kata Darwine.

"Aku masih waras, kau tidak perlu khawatir!" jawab Aaron.

"Aku hanya tidak ingin gadis ini bernasib buruk sama dengan gadis lain," ujar Darwine.

"Apakah salah satu pasienmu?" tanya Aaron.

"Apakah kamu tahu, dia tidak berbeda dengan gadis itu. Calon suaminya juga adalah penipu, pria itu menghamili pacarnya dan kemudian meninggalkan pacarnya karena dia ingin menikahi pasienku. tapi sayang sekali pasienku yang tidak bersalah diculik dan diperkosa oleh kakak dari pacar calon suaminya. kini pasienku trauma dan bermimpi buruk setiap malam," ungkap Darwine.

"Aku bukan binatang seperti pria itu, walau adikku menjadi korban, yang harus ku bunuh adalah pria itu dan bukan calon istrinya. seperti Angelina Hamilton...aku hanya ingin mengurungnya agar pernikahan mereka gagal. sebagai seorang pria untuk apa aku perkosa gadis itu? itu bukan namanya ingin membalas dendam tapi mencari kesenangan sendiri. yang harus kita lakukan adalah buat perhitungan pada orang yang menyakiti adik kita," kata Aaron.

"Aku juga tidak mengerti kenapa pria itu begitu tega, hanya karena adiknya yang dibohongi sehingga pasienku yang harus menanggung akibatnya. karena dia berkuasa pihak keluarga pasien tidak berdaya dan hanya bisa pasrah," ujar Darwine.

"Aaron, aku sangat memahamimu, selama ini kau sangat melindungi adikmu. tentu saja kau sangat kehilangan. tapi...aku tetap berharap kamu jangan berlarut dalam kesedihan begitu lama. bangkit dan lupakan!"

"Mana mungkin aku bisa melupakan apa yang telah dia lakukan pada adikku, selagi dia masih bernafas aku tidak mungkin bisa melupakan dendam ini," jawab Aaron.

"Baiklah, kalau begitu lakukan saja apa yang kamu inginkan, asalkan jangan membunuh orang yang tidak bersalah!" ujar Darwine yang melangkah keluar dari kamar Angelina.

...****************...

Mansion Hamilton.

"Pa, kenapa Angelina masih belum pulang? apakah dia begitu tidak tahu malu tinggal di rumah Jordan?" tanya Angela yang duduk bersama di ruang tamu.

"Biarkan saja! lagi pula mereka akan menikah besok," ucap Monaliza.

"Sudah dua hari dia tidak pulang, dia cukup berani melakukan ini," ketus Alex.

"Pa, hukum saja dia!" kata Angela.

"Jangan menghukumnya lagi! kalau saja dia cacat maka Jordan tidak akan menikahi dia," jawab Monaliza.

"Jordan bukanlah pria yang baik, papa mendapati dirinya selalu saja mencari wanita lain. Angelina hanyalah sebuah mainan baginya," kata Alex.

"Pa, kenapa masih menyetujui pernikahan ini? bukankah sama saja Angelina akan menderita jika mendapati suaminya adalah pemain wanita?"

"Namaku akan menjadi bahan lelucon ketika adikmu belum menikah, dia akan dianggap tidak laku karena bisu. dan tentu saja kalau sampai terjadi maka papa akan menanggung malu. tidak peduli apakah pria itu baik atau tidak yang penting adikmu sudah menikah," jawab Alex.

"Kalau aku di posisinya aku akan gila kalau kedapatan suamiku memiliki wanita lain," kata Angela.

"Ini sudah nasib dia, jangan lupa...karena ulah kita dia menjadi bisu. asalkan dia menikah maka kita akan kekurangan satu beban. setelah menikah...dia menderita atau pun disiksa pria itu. kita juga tidak akan ikut campur," ucap Monaliza.

"Pa, Ma, apakah dia tidak akan bisa bicara lagi?"

"Obat yang kita berikan akan membuat dia bisu selamanya, kecuali kalau diobati oleh dokter yang ahli," jawab Alex.

"Tidak ada yang akan mengobatinya, sedangkan kita saja berharap dia bisu selamanya," kata Monaliza.

"Biaya pengobatan bukan sedikit nominalnya, siapa yang akan mengobatinya," ujar Alex.

"Mungkin sudah nasib dia dilahirkan menjadi seorang bisu, dan hanya akan menderita setelah menikah dengan Jordan. dia juga tidak bisa mengadu karena mengeluarkan suara saja tidak mampu," ucap Angela.

Malam hari.

Angelina mulai mengerakkan jarinya, lalu dia membuka kelopak mata dengan perlahan dan melihat sekitaran kamar itu.

"Aku ada di mana? apakah aku sudah mati?" batin Angelina.

Angelina yang masih kesakitan dia berusaha untuk bangkit dan duduk menyandarkan diri.

"Ini adalah kamar, kenapa aku bisa ada di sini? ada obat dokter, apakah dokter datang memeriksaku?"

Angelina mengambil obat yang di atas meja dan melihat kegunaan obat tersebut.

"Tidak ku sangka mereka masih memanggilkan dokter untukku, kenapa hidupku begitu pahit? selama ini aku sangat percaya pada Jordan. tapi...dia malah membohongiku selama ini. dan adik dari pria itu lebih kasihan dariku. dia hamil dan akhirnya memilih bunuh diri. semua ini karena Jordan," batin Angelina.

"Bagaimana dengan nasibku setelah ini? apakah dia akan membunuhku atau melepaskan aku? di mana pun aku berada juga tidak ada bedanya. aku tetap akan menderita," batin Angelina.

Angelina kemudian turun dari tempat tidurnya dan melangkah ke arah pintu. ia keluar dari kamarnya dan berjalan ke arah ruang tamu.

Dalam kediaman itu sangat gelap dan tidak terlihat siapapun di sana. Angelina kemudian menuju ke dapur karena dirinya yang merasa haus ia pun mengambil gelas dan mengisi air sendiri.

Saat ia sedang minum air putih, ia mendengar suara berisik dari salah satu ruangan yang ada di sana.

"Kenapa ada suara? apakah ada maling?" batin Angelina.

Angelina melangkah dengan perlahan menuju ke arah suara itu berada. ia membuka pintu dan memasuki ruangan tersebut.

Gadis itu menghentikan langkahnya karena melihat Aaron yang sedang menghabiskan beberapa botol minuman keras. ruangan itu adalah pub mini yang terdapat banyak jenis minuman yang terpajang di rak dinding itu.

"Kenapa dia minum begitu banyak minuman itu, apakah karena kematian adiknya membuat dia terluka?" batin Angelina.

Angelina berjalan menghampiri pria itu yang sedang putus asa.

"Kenapa pria ini seperti tidak asing, di mana aku pernah melihatnya?" batin Angelina.

Aaron yang sedang meneguk minumannya, ia langsung memandang ke arah gadis itu yang jaraknya tidak jauh darinya.

Aaron menatap dengan tatapan tajam ke arah gadis itu, setiap kemunculan Angelina membuat Aaron mengingat kejadian adiknya. pria itu bangkit dan mengcengkeram leher gadis itu dan mendorongnya ke tembok.

Angelina kesakitan dan sulit untuk bernafas, ia memandang pria itu dengan mata berkaca-kaca.

"Kenapa kau harus menjadi calon istrinya? jangan salahkan aku membencimu dan ingin membunuhmu!" ucap Aaron yang sedang mengcengkeram leher gadis itu dengan penuh kebencian.