Sebuah rasa yang sudah ada sejak lama. Yang menjadikan rasa itu kini ada di dalam satu ikatan. Ikatan sah pernikahan. Namun sayang, entah apa masalahnya, kini, orang yang dulu begitu memperhatikan dirinya malah menjadi jauh dari pandangan nya. Jauh dari hatinya.
Alika Giska Anugrah, wanita cantik berusia 25 tahun, wanita yang mandiri yang sudah memiliki usaha sendiri itu harus mau di jodohkan dengan Malik, anak dari sahabat orangtuanya. Lagipun, Giska pun sudah memiliki rasa yang bisa di sebut cinta. Dari itulah, Giska sangat setuju dan mau untuk menikah dengan Malik.
Tapi, siapa sangka, Malik yang dulu selalu mengalah padanya. Kini, malah berbanding terbalik. Setelah menjadi suami dari Giska, Malik malah jadi orang yang pendiam dan bahkan tak mau menyentuh Giska.
Kira-kira, apakah alasan Malik? Sampai menjadi pria yang dingin dan tak tersentuh?! Yuk baca! 😁
Kisah anak dari Anugrah dan Keanu--> (Ketika Dua Anu Jatuh Cinta)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli Fitria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Malik diam tak bisa menjawab. Ia menatap netra istrinya yang berembun, bahkan sekali kedip saja sudah di pastikan air matanya akan turun. Namun, Malik tak menjawab apapun, ia bahkan lantas berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan istrinya dengan rasa penasaran.
Giska menggeleng kan kepalanya, ini sudah tidak benar. Suaminya benar-benar kejam. Giska lantas menyambar ponselnya dan berdiri, melangkah kan kakinya keluar dan pergi dari Kedai suaminya. Bahkan Giska tidak pamit pada Suami dan adik iparnya itu. Sampai membuat Mika keheranan saat tak sengaja melihat mata Giska yang basah.
Mika memutar tumitnya dan berjalan ke arah sang Kaka, "Mas, Alika kenapa?" tanyanya penasaran. Malik hanya menjawab dengan mengedikan bahu.
"Kalian aneh banget sih! Perasaan dari pertama ke Jakarta, kalian jadi aneh. Semakin hari aku lihat-lihat kalian seperti ada yang tidak beres." ujar Mika, yang masih menatap sang Kakak yang kini menatap ponsel tak perduli pada ocehan sang adik.
Mika yang kesal lantas membuang ke lantai dengan kesal lap yang ada di tangannya. Karena tadi, ia tengah mengelap meja. Memang seperti itu tugas Mika di Kedai, membantu Malik membersihkan meja.
..._-_-_-_-_...
Kembali Ke Giska yang kini ada di jalan besar, ia bahkan menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi. Tak perduli sama sekali dengan apapun yang akan terjadi. Hatinya sakit, kenapa suaminya aneh. Apa salahnya? Harusnya, jika memang tidak mencintai, tidak perlu setuju bukan saat di jodohkan?! Jangan seperti ini, menyakitkan.
Hati wanita mana yang tidak hancur, saat memilki suami yang dingin, yang tidak bisa membuat hati seorang istri nyaman. Bahkan untuk sapaan saja, suaminya tidak pernah melakukanya. Giska tentu tidak pernah menyangka kalau akan menikah dengan manusia bunglon, berubah hangat saat di tempat hangat, dan akan menjadi es di tempat yang dingin.
Butiran bening di matanya, menghalangi pandangannya, hingga akhirnya ....
Brakk!!! Motor Giska menabrak mobil yang berhenti di depannya, motornya jatuh ke kanan, begitu juga Giska yang langsung seperti melayang ke langit ke tujuh dan jatuh seketika ke dasar bumi. Sakit di seluruh badannya.
"Astaghfirullah!" teriak seseorang yang masih bisa Giska dengar. Tubuhnya yang terjatuh ke aspal itu membuatnya diam. Tak bisa berkata apa-apa, hanya bisa menyebut nama Allaah dalam hatinya.
"Ya Allaah, Mbak! Apa Mbak tidak apa-apa?" terdengar seseorang bertanya pada Giska. Namun ia tak bisa melihatnya, matanya terpejam dam dirinya seperti tengah berada di tempat yang tidak ia kenali. Giska hanya bisa mendengar namun tak bisa melihat. Hingga akhirnya ia tak bisa mendengar apapun lagi, ia pingsan.
..._-_-_-_...
Suasana ruangan itu sangat sepi, hanya terlihat seorang perempuan berbaring di ranjang rumah sakit dengan mata terpejam, juga cairan infus yang menggantung dan tersalur ke arah jarum yang menancap di punggung tangannya. Seseorang lagi tengah duduk menunggu di samping ranjang, perempuan muda dengan jilbab hitam dan baju panjang berwarna biru muda.
Gadis itu tengah membaca Al-Qur'an di samping ranjang yang di dapati perempuan yang masih terbaring tak sadarkan diri. Lalu, terdengarlah pintu ruangan yang terbuka dari luar. Gadis itu pun lantas menyudahi mengajinya dan menoleh ke arah pintu yang terbuka.
"Assalamu'alaikum," sapa seseorang itu. Lantas mendekat ke arah gadis yang masih duduk diam di tempatnya.
"Wa'alaikumsallam," jawab gadis itu.
"Belum sadar juga, Dek?!" tanya pemuda itu. Gadis itupun menggeleng, "kasihan ya, Mas. Mana tidak ada yang telpon ke ponselnya, mau menghubungi siapa, aku nggak tahu." gadis itu mengedikan bahu dan pandangannya beralih ke arah perempuan yang masih berbaring di ranjang pasien.
"Ya, sudah. Kita tunggu saja, Mas ke depan lagi ya?" ujar si pemuda itu. Gadis itu lantas kembali mengangguk. "Kamu, sudah kabari Ibu 'kan?" tanya pemuda itu lagi sebelum benar-benar pergi.
Gadis itu meringis, lalu menggelengkan kepalanya. Pemuda itu pun mengembuskan napas kasar dan keluar. Biarlah, dia saja yang akan mengabari sang Ibu, kalau dirinya dan sang Adik tengah menunggu seseorang di rumah sakit, seseorang yang seharusnya tanggung jawab karena sudah membuat mobil bagian belakangnya penyok. Namun, malah harus menyusahkan dirinya dan sang adik, dengan membawanya ke rumah sakit dan menunggunya di sana.
..._-_-_-_-_...
Semakin malam, pikiran nya semakin melayang. Pikiran nya tertuju pada sang istri yang pergi dari Kedai dengan amarah dan tangis. Terlebih lagi, setelah menutup Kedai, ia harus menemani sang Adik membeli ponsel. Tambah lah rasa khawatirnya. Namun, ia tak bisa apa-apa, karena jika berada di rumah dengan istrinya pun, ia tak bisa melakukan apa-apa. Sungguh ia merasa begitu pengecut.
Mobilnya terparkir di depan rumahnya, dahinya berkerut saat mendapati lampu rumah yang masih padam, tak juga mendapati motor istrinya di teras. Biasanya, Giska akan memasukan motornya saat sudah malam, karena kadang takut ada kepentingan sebelum tidur yang mengharuskan menggunakan motor, agar tak perlu susah-susah mengeluarkan nya dari dalam rumah.
Malik lantas turun berjalan pelan, mencoba membuka pintu. Namun, ternyata masih terkunci. Ia lantas mengambil kunci yang ada di dalam sakunya, lalu membuka pintu rumahnya itu.
Sepi, hening dan dingin, jangan lupakan satu lagi, gelap. Malik meraba saklar dan menekannya, agar lampu di ruang tamu terang. Dan benar saja, di sana tidak ada motor Giska.
"Ke mana dia?" tanyanya pada diri sendiri. Lantas Malik berjalan ke arah kamar. Sam, tidak ada orang di sana. Perasaan khawatir nya berubah menjadi takut, "di mana kamu Giska?" tanya nya frustasi.
Malik lalu keluar lagi dari rumahnya, tal lupa mengunci lagi pintunya. Ia lantas masuk ke mobil dan menjalankan nya. Ia akan mencari ke Toko Giska, mungkin sang istri di sana. Karena selain rumah nya, Kedai tidak ada tempat lain lagi selain Toko. Ke Kostan Mika? Tidak. Itu sangat tidak mungkin.
Namun, sayang ... saat di sana, keadaan sangat sepi, lampu dalam Toko gelap, hanya lampu yang ada di emperan Toko sja yang menyala. Lalu, jika sudah seperti ini, di mana isteri nya?!
Malik lantas mengambil ponselnya, ada baiknya i mencoba menelpon nomor Giska. Ia sangat berharap istrinya itu baik-baik saja dan ada di tempat yang aman. Jika saja, sebaliknya, ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.
Tut ... tut ... tut. Panggilan tersambung, namun tidak ada jawaban.
Namun, Malik tak menyerah, ia lantas memanggil kembali. Sampai akhirnya di panggilan ke lima kalinya ada yang menjawab. Suaranya langsung membuat Malik melebarkan kelopak matanya kesal.
"Assalamu'alaikum," sapa seseorang yang menjawab panggilan di ponsel istrinya.
giska boleh nampak effort kamu tu untuk selesaikan masalah
nolong orang justru menyusahkan diri sendiri dan menyakiti keluarga.... hedeeee